Bab 12. Balasan Surat

105 51 8
                                    

Seperti biasa Vote dulu sebelum membaca💗

"Berisiknya ombak, lebih baik dari pada berisiknya manusia di luar sana."
Athalan Fernando

"Athalan Fernando

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING

Karena identitas dirinya tentang fakta bahwa Athalan seorang anak tunggal kaya raya, Athalan menjadi incaran beberapa siswi di sana. Bahkan, yang dulunya suka mem-bully Athalan, sekarang bersikap baik padanya untuk bisa berteman baik dengan Athalan.

Athalan merasa bingung ia harus bersyukur atau bagaimana. Karena, di satu sisi Athalan merasa senang karena setidaknya tidak akan ada yang berani membullynya lagi. Sedangkan, di sisi lain, Athalan jadi merasa agak risih dengan siswi-siswi yang mendekatinya. Tapi ada perasaan, bahwa pertemanan mereka dengan dirinya tidak tulus. Berteman dengan cara memandang status.

Athalan ini tipe orang yang suka menyendiri, suka dengan kesunyian. Tapi bukan berarti ia tidak suka jika ada yang mau menjadi temannya, justru Athalan bersyukur. Asal, satu kata, yaitu... Tulus.

"Athalan," panggil seorang siswi yang mendekat ke arah mejanya.

"Iya?"

"Mau gak jadi temen gue?"

Yang tadinya dirinya sedang fokus pada bukunya, Athalan jadi memandang siswi yang berada di depannya. "Iya, Alan mau. Itu karena semua siswa dan siswi di sini sudah Alan anggap teman," jawab Athalan. Ia tidak mau siswi yang ada di depannya jadi berharap lebih padanya.

"Kalo gitu... Boleh, gak, gue minta nomer telepon lo? Gue pengen bahas tugas soalnya," kata Siswi tersebut. 'Bahas tugas' ia jadikan sebagai kalimat andalan agar Athalan tidak menolaknya.

"Maaf, Alan gak bisa. Nanti takut percuma. Karena Alan jarang buka ponsel Alan. Kalau mau bahas tugas, bahas aja langsung di sekolah," jawab Athalan menjelaskan.

"Oke. Kalo gitu, gue boleh gak minta di ajarin Matematika?"

"Iya, boleh."

"Oke, gue ambil bukunya bentar, ya?"

"Iya."

Athalan mengajarkan dengan senang hati pada gadis yang ada di hadapanya. Gadis ini bernama Caca. Caca dengan mudah memahami penjelasan Athalan.

Athalan teringat tentang surat yang ia tulis dan ia lempar ke laut. Ia jadi berpikir, kira-kira kemana surat itu akan pergi? Atau apa bakal ada yang membalas suratnya?

Karena penasaran, Athalan memutuskan sepulang sekolah nanti, ia akan mengecek surat itu lagi di pantai.

"Lan, kayaknya... Jadi lo tuh enak, ya?"

Athalan yang tadinya melamun, langsung menoleh pada Caca yang tengah sibuk menulis. "Maksudnya?"

"Iya, Lo kan anak tunggal, lo anak orang kaya juga. Bisa beli dan ngelakuin apapun yang lo pengen tanpa memandang harga."

ISI LAUTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang