New (2)

45 0 0
                                    

..

Jiwa yang melihat hal itu pun langsung berusaha menyadarkan Arika,

"Ini sudah termasuk percobaan pembunuhan" ucap Jiwa

Ambar mengalihkan pandangannya ke arah Jiwa,
"Heh jangan banyak omong, langsung gendong bawa ke UKS"

°°

Airin dan Jaka pun kembali di panggil oleh pihak sekolah, karena pihak sekolah langsung menghubungi Jaka

Tak hanya Jaka, ada juga Damar dan satu anak buah Damar lagi yang siap selalu mengawal Jaka di perjalanan

Setelah sampai sana, Arika sudah sadar sedari tadi sebelum ayah dan ibu nya datang menemui nya

Ambar pun bernafas lega,
"Alhamdulillah, Lo udah sadar Arika" ucap Ambar yang benar-benar lega

Arika masih nampak pusing, sembari memegangi pelipis nya
"Akh"
"Apa gue tadi pingsan?" Tanya Arika pada Ambar

Ambar mengangguk,
"Iya"
"Lo minum air dari botol yang di kasih sama Armor tadi"
"Jiwa udah berusaha buat Lo jangan minum air itu, tapi tetep aja Lo minum, Lo pingsan juga dia yang bawa Lo kemari" jelas Ambar ada Arika

Arika menghela nafas,
"Memalukan, malu gue pingsan kaya tadi, mana ada acara di gendong segala, dimana letak harga diri gue sebagai pentolan sekolah, pentolan yang melindungi sekolah pingsan gitu aja" jelas Arika pada Ambar

Ambar juga menghela nafas,
"Udahlah"
"Ngga usah pake pentolan2 segala, Lo udah kebanyakan musuh Arika' jelas Ambar lagi, ia kesal pada Arika

Tak lama dari itu tiba2 datanglah Airin dan juga Jaka
"Ya Allah Arika, kamu kenapa nak??" Tanya Airin pada Arika, Airin dengan nada panik paniknya

Arika mengerutkan keningnya,
"Mamah?"
"Ngapain kesini segala sih?"
"Papah juga"

Jaka hanya diam ia berdiri di belakang Airin, ia tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada putri nya

"Iya nak"
"Pihak sekolah menghubungi papah kamu, dan langsung kesini juga kebetulan mamah juga tadi ada di kantor papah" Jelas Airin pada Arika

"Kamu kenapa sih nak? Kenapa bisa pingsan??" Tanya Airin pada Arika

Arika menghela nafas kesal,
"Udahlah mah!"
"Ngga apa-apa Mah"
"Lagipula kenapa rame-rame sih Dateng nya, papah saja kan sudah cukup"

"Mamah juga orang tua kamu, mamah berhak tau bukan papah saja" balas Airin pada Arika

"Ribet kalo udah sampai di telinga mamah, heboh, papah aja diem aja, mamah heboh banget" balas Arika balik

Airin mengalihkan pandangannya ke arah Jaka,

"Bang! kenapa diam aja sih? Anaknya tadi pingsan loh, malah diam aja, tadi aja dijalan marah-marah ngomel-ngomel, sampai sini malah diam begini" ucap Airin kesal pada Jaka

Jaka mendekat ke arah Arika,
"Apa kamu pingsan karena pengaruh obat yang di larutkan?" Tanya Jaka pada Arika

Arika mengerutkan keningnya, ia seperti berpikir

Obat yang dilarutkan?
Atau jangan-jangan---

Minuman yang Armor berikan tadi ada obat yang sudah di larutkan?

Kenapa papah tiba-tiba langsung nanya to the poin kaya begini, bisa jadi benar bisa jadi salah sih

Gue juga curiga kalo itu ada obat yang dilarutkan

Gumam Arika

"Arika?"
"Jawab pertanyaan papah"

Arika meneguk salivanya
"Eh, em--
"Engga kok pah" balas Arika

"Obat yang dilarutkan kan?"
"Maksud Abang apa nanya begitu SMA Arika?" Tanya Airin pada Jaka

Jaka hanya menggeleng cepat,
"Engga"
"Engga apa-apa"
"Aneh aja"

"Arika bukan orang yang bisa pingsan begitu saja, selelah apapun Arika, Arika pasti masih kuat untuk menjaga imun tubuhnya sendiri" jelas Jelas pada Airin

"Udah jangan ngomong yang aneh-aneh" sela Airin pada Jaka

Sementara itu,

Teo anak buah Damar berjaga di depan gerbang, dan Damar sendiri masuk ke dalam kelas Jiwa untuk menemui Jiwa

Damar pun berjalan menemui Jiwa di kelasnya,

Sesampainya di kelas Jiwa,

"JIWA!"

Semua teman sekelas Jiwa pun tersentak kaget,

"P'papah?" Jiwa terkejut akan kehadiran papah nya

Semua mata tertuju kepada Damar, tak terkecuali Jiwa,

"Eh, hehe"
"Kaget ya?"
"Hehe, Maaf ya, saya cuma ada urusan sama anak saya yang bandel ini" ucap Damar pada teman sekelas Jiwa

"Jiwa!"
"Sini kamu!" Ucap Damar tegas pada Jiwa

Setelah Damar Berhasil membawa jiwa keluar dari kelas,

"Ada apa sih pah?"
"Kenapa?"

"Arika kenapa bisa pingsan??" Tanya Damar pada anaknya

"Mana Jiwa tau" balas Jiwa

"Hei, Jiwa!"
"Kamu harusnya jaga dia, bukannya ngga tau begini" balas Damar pada Jiwa, agar Jiwa memperdulikan Arika

Jiwa menghela nafas,
"Jiwa ngga tau pah" balas Jiwa

"Ada sesuatu yang kamu sembunyikan"
"Papah bisa membaca pikiran mu" ucap Damar

"Kamu pikir papah itu bodoh?" Tambah Damar pada Jiwa

"Ngga juga, papah dulu kan ketua berandal legendaris, mana mungkin papah bodoh" sela Jiwa pada Damar

Damar pun menghela nafas,
"Hei Jiwa"
"Denger ya"
"Justru ketua berandal legendaris itu sangat bodoh, dia sangat-sangat bodoh, selama ini yang harus pintar mengatur strategi adalah tangan kanannya, dia hanya mengandalkan otot, otak yang kepakai hanya 20%" jelas Damar pada Jiwa

Jiwa mengerutkan keningnya,
"A'anak buahnya?"
"Jadi-- cerita ketua berandal legendaris itu bukan papah ya? Papah bohong ya sama Arika"

Damar kembali menghela nafas,
"Bukan maksud papah begitu Jiwa" jelas Damar pada anaknnya

"Kamu kenal paman Jaka kan?" Tanya Damar pada anaknya

"Paman Jaka?"
"Iya kenal"
"Dia kan ayah dari Arika" balas Jiwa

"Bukan maksud papah menjelekkan dia"
"Dia dulu sangat bodoh, otak yang ia pakai kapasitasnya hanya 20%" jelas Damar pada Jiwa

Jiwa mengerutkan keningnya,
"M'maksud papah apa?" Tanya Jiwa bingung

"Tolong jangan beritahu Arika soal hal ini, berandal yang namanya malang melintang 15 tahun kebelakang, berandal yang membuat onar hingga beberapa pentolan di sekolah lain menjadi korban, dia adalah paman Jaka sendiri"
"Sampai dimana dia mengenal Bu Airin, guru dia sendiri, keberingasan dia perlahan-lahan luntur dengan sendirinya" jelas Damar pada Jiwa

"Jadi-- paman Jaka yang sebenarnya terlihat agak konyol itu berandal legendaris yang dulu pernah di takuti di masa nya?"
"Arika juga pentolan sekolah di sekolah Jiwa" balas Jiwa pada Damar

"Kamu jangan pernah memperlihatkan ilmu bela diri kamu di depan teman-temanmu"
"Papah tau kalo kamu sebenarnya lebih kuat dari Arika"
"Papah ngga mau kamu banyak musuh seperti papah dan paman Jaka dulu, kamu adalah garapan papah satu-satunya di keluarga ini, mamah mu juga sudah berpesan kepada papah akan hal ini" tambah Damar lagi pada Arika

"Tapi kenapa-- Arika malah berguru sama papah, bukan sama Paman jaka?" Tanya Jiwa pada Damar

Damar menghela nafas,
"Paman Jaka dulu berbeda dengan paman Jaka yang yang kemu kenal sekarang"
"Dia dulu sangat beringas, sangat-sangat berbeda"

°°

ISTRIKU GURUKU ( SEASON 3❤️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang