7. Let's get loud!

351 58 16
                                    

Selamat membaca

Jangan lupa vote dan komen.

Setelah hari apes nonik berlalu kini Emily beraktifitas kembali seperti biasanya di Surabaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah hari apes nonik berlalu kini Emily beraktifitas kembali seperti biasanya di Surabaya. Namun hari tidak apes saja kok, ia masih mendapatkan keberuntungan dengan menjadi juara harapan pertama di lomba dance anak berbasis nasional.

Jelas mendengar kabar kejuaraan Emily berpartisipasi lomba dance anak nasional di Jakarta, membuat anak perempuan yang terkenal suka membuat ulah di sekolah dipanggil ke ruang Kepala sekolah oleh pihak Kepala sekolah.

Kali ini dipanggilnya bukan karena berulah nakal di sekolah, tapi karena lomba kejuaraan yang dimenangkan Emily.

"Pialanya udah dibawa?" tanya Kepala sekolah pada Emily yang tengah mengupil didepannya.

Emily memancing upilnya menggunakkn jari telunjuk kirinya, setelah dapat ia tempelkan ke sofa ruang kepsek. Kepalanya menggeleng tidak pelan, "Untuk apa?"

Kepala sekolah menghela nafas panjang. "Tadi ibu sudah menghubungi mami Emily untuk membawa piala juara harapan supaya Emily bisa di foto sama pialanya terus fotonya diabadikan di sekolah."

"No way, I ndak mau kalau kasih gelatis."

"Maksudnya?" tanya sang kepsek membuat Emily menepuk jidatnya.

"Hayya kata papi na itu sponsol na so kalau mau buat billboald atau blosul sekolah make Emily photo halus bayal na." jawab Emily kepada kepala sekolah, karena ayahnya selalu berpesan,

Jangan mau dimanfaatkan pihak sekolah secara cuma-cuma atau gratis, karena dia telah menang lomba. Semua kemenangannya juga membutuhkan biaya jadi harus jadi timbal baliknya, jika ia akan dijadikan bahan sponsor atau endorsan sekolah.

Hmm kecil-kecil cabe cuan ini anak, batin Kepala sekolah.

"Mau di bayar berapa hah?"

Satu jari telunjuknya mengetuk pelipis dahinya dengan kening mengkerut memikirkan bayaran sponsor yang harus ia terima. "Go tiao lah."

"Lima juta? Cuman juara harapan masa minta lima juta Ly?" tanya Kepala sekolah.

Emily turun dari tempat duduknya lalu melangkahkan kakinya pergi dari ruang kepala sekolah tanpa berkalimat.

"Kenapa pergi Emily?" tanya Kepala sekolah mengikuti langkah Emily.

"Lu olang macam mana oy. This is bussiness blo, when you ndak mau bayal i sesuai halga i yang mau. Yasudah ndak usah melendahkan i." jawab Emily sambil bersedekap tangan di dada menatap aneh kepala sekolahnya.

"Saya nggak merendahkan saya kan hanya menego." kata Kepala sekolah.

"Cuman juala halapan katanya." ucap Emily mengingat kata sang kepsek tadi.

NONIK CORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang