Dinner with Pasangan Pak Rauf.

57 39 3
                                    


Anyeong. Jan lupa sarapan yah kalau pagi.

***

Keperawakan pria itu jelas bukan masalah buat Ian sejak awal, dan setelah melihat langsung nyaris benar-benar type ideal Ian. Pria bertubuh berisi setinggi 190cm itu benar benar type Ian. Namun, bukan itu masalahnya sekarang.

Masalahnya adalah, hatinya sudah dimiliki orang lain.

Bukan kah itu hal yang normal, Pak Rauf laki laki dewasa yang tetap memiliki hal yang perlu di lakukan sebagai hakikatnya seorang pria. Menikah adalah hal wajar,

"Mr. Butterflies... "

Ian bergumam nanar menyebut nama itu dengan sangat pelan dan kosong. Tidak ada lagi Mr. Butterflies, adanya adalah Pak Rauf, sosok asing yang sudah memiliki pendamping disisinya.

"Ian, coba tetap fokus". Pak Rauf menyadarkan Ian yang terlihat fokus pada pikirannya sendiri yang terus berkomat kamit sejak tadi.

"Ekhm, iya Pak. Maaf." Dehem Ian segera tersadar.

Pria itu ada di hadapan Ian saat ini. Mengajar di kelasnya.

_

Setelah jam pelajaran habis, Ian ingin segera keluar dari kelas dan pulang. Ia lelah,

"Ian".

"Eh?!". Suara berat Pak Rauf siapa yang tidak bisa mendengarnya.

"Iya Pak?", Ian menoleh ke arah Pak Rauf yang tengah berdiri di sisi lorong kelas yang terbuka, memperlihatkan pemandangan parkiran kampus dan pemandangan pepohonan yang indah.

"Nanti malam kami buat acara kecil di rumah... ", Pak Rauf berucap ringan seperti mengajak ngobrol orang yang sudah lama ia kenali dengan baik.

"Pamer doang ngajak enggak", Ian mengimbangi dengan bermaksud bercanda ringan.

"...sekarang saya mau ngajak kamu". Mata Ian berubah excited, Pak Rauf cepat mengenali perubahan mood Ian sejak siang kemarin lusa. Ian menutup mulutnya dengan tangan, dan melihat hal lain sejenak, berlaku seakan akan tersipu walau semua orang tahu jika Ian ngejokes.

"Hhh, kamu ini lucu yah Ian".

"Eh, serlok dulu lah Pak", tanya Ian bersemangat. "Sudah saya kirim lewat chat." Ian segera mengecek handphone miliknya, benar ada yang mengirimkan chat, nomor yang sudah lama sekali tak pernah tersentuh. Kontak yang sudah bername take emoji love hitam dan kupu kupu, Ian segera berniat mengganti name take itu.

"Oke lah Pak, hati hati di jalan. Saya duluan".

"Kamu yang harusnya hati hati di jalan".

Ian terkekeh dan berlalu mendahului pria itu. Berlaku seakan akan semua baik baik saja walau sebenarnya hati Ian masi terasa tertiris iris membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam.

Bertemu dengan wanita itu.

Well, kalau itu kebahagiaan Pak Rauf, ya... begitulah baiknya.

***

Hidup sebagai anak kos banyak membuahkan hal hal positif dan negatif bagi Ian yang notable nya pemalas. Kamarnya bersih memang, dan jarang kotor namun bukan malas dalam hal begitu. Malas masak salah satunya sebab sudah kecapean dari kampus, karna itu biasanya Ian hanya makan selada atau sayur sayur rebus, hitung hitung malas masak dan sehat kan.

Malam itu Ian bersiap siap mengendarai motor miliknya dan mengenakan helm. Melihat kembali letak GPS yang Pak Rauf kirimkan padanya.

"Ga jauh jauh banget yah", gumamnya dalam berkendara.

Bangku Punya Ian [Revisi-END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang