Bab-2

14.3K 923 13
                                    

Tandai typo!
__________________

Seorang gadis yang merasa terganggu akibat tepukan pelan di pipinya serta beberapa kali seseorang memanggil namanya pun akhirnya tak lama membuka matanya. Ia mengernyit heran ketika mendapati ruangan yang tampak asing di matanya.

"Bangun Nak! Kamu lupa kalau hari ini pertama kamu masuk sekolah barumu?" suara wanita paruh baya mengalihkan antensi sang gadis yang tadinya masih bingung dan mengamati keadaan sekitar.

"Bersiap-siaplah, kalau sudah jangan lupa makan, karena ibu sudah menyiapkannya, dan ibu sekarang harus ke toko." wanita paru baya itu tetap berbicara walaupun sang gadis belum menjawabnya, dan kemudian meninggalkan sang gadis yang masih linglung dengan keadaannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya gue udah mati, dan jika selamat pun gue harusnya dirumah sakit karena Vika pasti bawa gue ke rumah sakit, bukan malah ke sini," ucap sang gadis yang tak lain adalah Nindya Saputri, karna rasa penasaran yang tinggi pun Nindy langsung bangkit dari kasurnya dan menunju lemari kayu yang atasnya tertera nama Anindya Jihanala P.

"Bukannya itu nama Protagonis novel buatan Vika?" guman Nindy dengan perasaan was wasnya, ketika memikirkan hal yang mungkin menurutnya mustahil.

Nindy menemukan sebuah cermin kecil di atas meja yang terdapat di kamar itu. Matanya membola kaget ketika dirinya melihat pantulan di cermin itu, sial bagaimana bisa?

"Ini bukan wajah gue sialan," ucapnya dengan gemetaran, ia shock melihat pantulan wajah di cermin itu, mata bulat berair, hidung kecil mancung, kulit seputih susu, serta pipinya yang berisi seperti bakpao dan jangan lupa rambut kecoklatan.

"Hiks hiks kemana wajah cantik tirus gue, kenapa jadi bakpao seperti ini!" tak terima Nindy dengan apa yang ia alami sekarang, dan sudah di pastikan jika dirinya mengalami perpindahan jiwa ke tubuh Protagonis di novel karya sahabatnya.

"Oke nindy tenangkan dirimu, tarik nafas, keluarkan," ucapnya berulang kali.

"Gue gamau ngikutin alur novel sialan ini, karena kalau gue ngikutin yang ada hidup gue gak tenang di sini, karena akan dapat banyak bullyan dari Karren."

"Tadi Ibu pemilik tubuh ini bilang kan bahwa hari ini adalah awal gue pindah sekolah, brarti plot novel akan dimulai hari ini juga," monolog Nindy

"Baiklah sekarang tidak ada lagi Nindya Saputri, yang ada adalah Anindya Jihanala P."

Nindy bertekad tak akan meniru sifat polos pemilik tubuh yang asli, karena ia akan menjadi diri sendiri, dan bukankan itu baik? Karena tidak akan ada yang terpesona dengan dirinya. Karena di novel dijelaskan banyak yang suka terhadap Protagonis wanita itu karena memiliki sifat polos cerianya.

************

Menatap gedung yang bertuliskan SMA HIGH SCHOOL ZENATTA, Nindy menghela nafas sebelum memasuki gedung tersebut. Meyakinkan dirinya pasti akan baik baik saja, ia pun berjalan memasuki gerbang sekolah itu sembari memegang tas ranselnya yang berwarna biru muda.

Ia tak menghiraukan semua orang yang menatap dirinya penasaran, Nindy hanya fokus mencari ruangan kepala sekolah. Teringat satu hal bahwa akan ada adegan dirinya menabrak Protagonis pria, Nindy pun mencari jalan aman yaitu akan tanya kepada seseorang saja, Supaya ia cepat menemukan ruangan kepala sekolah dan terhindar dari sang Protagonis.

"Permisi kak!" ucap Nindy kepada seorang laki-laki tampan yang terlihat seperti badboy, tak lupa ada earphone di telinganya.

Melihat laki-laki itu yang hanya mengangkatkan alis sebagai respon, Nindy pun kembali bersuara.

"Ruangan kepala sekolah dimana ya kak, soalanya gue murid baru disini." ujar Nindy

1 menit, 2 menit, 3 menit orang tersebut tidak membuka suaranya sama sekali dan dia hanya memperhatikan Nindy lekat. karena Nindy yang sudah kesal dan salah tingkah pun ia memutuskan meninggalkan laki-laki yang menurutnya dongo itu, yang sayangnya sangat tampan.

"Dasar cowok prik lo!" ucapnya kesal seraya menggembungkan pipinya, kemudian melangkah pergi meninggalkan laki-laki tadi dengan kaki di hentak-hentakan.

Cowok dengan tag nama Ifdhal Narenda itu masih memperhatikan punggung Nindy yang terlihat semakin mengecil. setelah Nindy tak terlihat lagi, sedetik kemudian dia terkekeh kecil

Bakpau

Mendatarkan wajahnya kembali, ia lantas kembali jalan menunju kelasnya.

_________________

Gadis mungil peran utama kita sekarang sudah duduk di meja kantin sendirian dengan makanya favoritnya yaitu batagor.

Setelah tadi menemukan ruangan kepala sekolah dibantu salah satu murid yang menurutnya cupu. Ia pun diantar guru ke ruangan kelas yang akan ditempatinya.

Tidak ada basa-basi dan perkenalan seperti kebanyakan siswa pindahan lain dan Nindy pun tak masalah, karena menurutnya itu lebih baik, moto hidup Nindy adalah ingin hidup tenang dan nyaman. Sehingga tanpa teman pun tak masalah.

Sebenarnya ia paham akan keadaan jika banyak tatapan kagum yang dilayangkan para siswa sedangkan untuk para siswi dia hanya menatap sinis dirinya, mungkin karena dia hanya murid beasiswa sehingga banyak yang menatap dirinya rendah.

Disekolah ini untuk murid beasiswa bisa dihitung dengan jari, dan salah satunya adalah dirinya.

"Untung banget gue tadi nggak ketemu Protagonis cowok, dan alur novel juga sudah melenceng, jadinya gue kedepannya bakal hidup tenang disini," gumam Nindy terlihat senang, padahal tanpa Nindy sadari jika dirinya lebih bertemu dulu dengan sang antagonis.

Dirinya tak menyadari bahwa yang tadi ia tanya adalah antagonis pria, dan Nindy mungkin sudah membangunkan sisi lain dari seorang Ifdhal Narenda Swag.

"Kantin hari ini penuh ya," ucap seorang laki-laki yang langsung duduk di depan Nindy dan menaruh bakso yang dibawanya ke meja.

Melotot lucu akibat kaget, laki-laki didepannya pun terkekeh kecil. "Sorry gue buat lo kaget."

"Ehm gpp kok," sahut Nindy sedikit risih karena merasa laki-laki didepannya ini memperhatikan dirinya lekat.

Sekilas menatap laki-laki itu, Nindy sudah mengetahui bahwa laki-laki tampan didepannya ini adalah tipe good boy. Dengan pakaian yang rapi, bahkan tatanan rambut hitam nya pun juga rapi, tidak acak-acakan seperti laki-laki yang ditemuinya pertama kali tadi.

"Gue Sagara Caesar Martin, ketua OSIS sekolah ini" ucapnya sembari mengulurkan tangan kekarnya ke arah Nindy.

Deg

"Anindya Jihanala," ujar Nindy membalas uluran tangan itu.

Sial, Nindy ingat nama itu adalah salah satu sahabat protagonis yang menyukai antagonis cewek, bahkan diceritakan bahwa Sagara selalu menutupi kejahatan Karren atas dalang pembullyan yang dilakukannya kepada Nindy.

Dia melakukan hal itu karena tidak mau membuat nama sang pujaan hati menjadi buruk di mata para siswa siswi.

Cowok sialan

______________________


Protagonist Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang