Bab-4

11.4K 819 23
                                    

Tandai typo!
______________________


Terkadang kita hanya bisa menebak sesuatu yang belum terjadi, meskipun tebakan kita tersebut hasilnya salah.

Seperti hal nya Nindy sedang memandang hujan yang begitu deras.

Ia berpikir bahwa hujan tidak akan turun, karena ia sudah menebak jika tadi pagi akan turun hujan, tapi nyatanya langit pagi yang sangat mendung tidak menimbulkan hujan.

Malahan pukul 14:00 waktu pulang sekolah yang langit sudah cerah justru tiba-tiba turun hujan.

Semesta memang kadang seolah mempermainkan kita.

Menghela nafas pelan, Nindy menoleh ke sekitar, yang ternyata sudah mulai sepi.
Ia sudah menunggu hujan supaya reda sekitar 1 jam an di halte ini.
Tapi bukannya reda, hujan malah bertambah deras seolah olah menyuruh Nindy untuk bermain-main dengan airnya.

Bangkit dari duduknya Nindy memutuskan untuk pulang saja. Ia juga tidak mau jika harus menunggu disini sampai malam.

Melangkahkan kakinya keluar halte, tubuhnya pun langsung terguyur hujan.
Ia pun berjalan santai seperti menikmati air hujan yang turun membasahi tubuhnya. Mungkin butuh waktu 30 menit untuk dirinya bisa sampai ke rumahnya.

Bib bip

Terdengar suara tlakson mobil tepat berada di belakangnya.

Nindy menoleh kebelakang, bukankah dia sudah berada di pinggir jalan, dan disampingnya juga masih luas untuk bisa dilewati oleh sebuah mobil. Tapi kenapa mobil di belakangnya ini terus terusan membunyikan klakson nya.

Mencoba tak peduli ia pun melanjutkan langkahnya, namun baru 3 langkah, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tanganya lembut.

"Lo gila?" ujar seorang cowok menatap dirinya sedikit tajam.

"Nggak" jawab Nindy menggeleng polos.

"Ikut gue!"

"Gamau lepasin gue! Lagian lo aneh banget udah ngatain gue gila, sekarang malah mau culik gue," ucap Nindy meronta-ronta ingin dilepaskan tangannya dari laki-laki dongo yang pernah ia temui.

"Gue anter" ucap laki-laki itu yang sudah melepaskan tangan Nindy

"Bilang dong, gue kira kan lo mau nyulik gue."

Tanpa membalas ucapan Nindy. Ifdhal langsung manarik tangan Nindy kembali menunju mobilnya, dan Nindy pun hanya menurut saja, karena ia juga butuh tumpangan agar cepat sampai di rumahnya.

Sebelum masuk ke mobil Ifdhal, Nindy menatap takut pada cowok bermata elang itu.

"Tapi ntar mobil lo basah?" cicitnya.

"Masuk!" tekan Ifdhal yang membuat Nindy langsung masuk ke dalam mobil tersebut.

"Makasih atas tumpangannya, lo cukup ikutin arahan gue aja. Rumah gue deket dari sini kok."

"Oh ya, kenalin gue Anindya Jihanala, kalau lo siapa?" ujar Nindy sembari tersenyum manis, mengulurkan tangannya kepada Ifdhal.

Menatap sekilas tangan mungil yang menurutnya pucat itu. Ifdhal hanya diam.

"Ifdhal Narenda," sahut Ifdhal tanpa membalas uluran tangan itu.

Mendengar nama itu mampu membuat Nindy terdiam kaku.

Beberapa detik kemudian ia pun tersadar jika tanganya yang masih menggantung. Tersenyum kaku, Nindy pun terpaksa menarik tangannya kembali.

*********

Protagonist Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang