Bab-23

5.9K 465 36
                                    

Tandai typo!
______________&

Pagi ini Kepala sekolah Zenatta telah membubarkan kegiatan camping yang sebenarnya masih satu hari lagi, di karenakan cuaca yang tidak mendukung. Karena kemungkinkan akan terjadi hujan lebat serta badai, sehingga pihak sekolah langsung membubarkan acara ini.

Siangnya para murid kini sudah sampai di kediamannya masing-masing, begitupun Nindy yang sekarang sudah berada di mansion bersama Dewa.

"Ayah kok nggak jemput kita ya?" Nindy bertanya pada Dewa, saat ini mereka sekarang sedang duduk di sofa ruangan keluarga.

"Mungkin banyak kerjaan di kantor," balas Dewa yang membuat Nindy mengangguk paham.

"Kamu ada hubungan apa sama Niko?" tanya Dewa, ia sangat penasaran tentang kemarin kenapa Niko bisa mencium adiknya. Bahkan Dewa juga terkejut saat Ifdhal berantem dengan Niko itu karena adiknya, apakah keduanya memperebutkan Nindy.

"Nggak ada hubungan apa-apa kok," Nindy menjawab dengan mantap, memang ia tidak ada hubungan apa-apa dengan Niko bukan?

Mendengar jawaban Nindy, Dewa menghela nafas pelan kurang yakin dengan jawaban adiknya itu. Apalagi Niko baru kali ini mencium seorang perempuan dan Dewa tau betul perangai Niko, temannya itu sangat anti berkontak fisik dengan perempuan selama ini, bahkan Niko selama ini hanya mempunyai teman perempuan 1 yaitu Karren, dan itupun karena mereka sudah bertemu sejak kecil, kedua orang tuanya yang bersahabat.

Apa Niko mencintai adiknya? Tapi itu terasa mustahil, karena mereka kenal belum lama.

"Bang, aku mau ke supermarket ya, mau beli snack."

"Istirahat dulu, nanti Abang yang beliin." Nindy menggeleng keras. "Gak mau! Aku mau beli sendiri," cicitnya yang membuat Dewa menghela nafas pasrah.

"Hm, yaudah di antar supir atau gak sama sekali!" Nindy mengangguk semangat mendengar ucapan Dewa.

______________

"Rasa matcha emang nggak ada duanya," dengan mata berbinar Nindy menjilati es krim yang baru saja ia beli. Ia sekarang sedang berada di mobil arah perjalanan pulang.

Ckitttt

"Eh, ada apa Pak Tono?" Nindy bertanya, lantaran mobil mereka tiba-tiba berhenti mendadak.

"Aduh Non, itu di depan kok ada orang baring ya, apa itu begal?" sahut Pak tono resah, karena sudah sering terjadi membegal dengan trik kecelakaan, seperti sekarang dilihatnya orang itu seperti jatuh dari motor, saat kita niat untuk menolongnya nanti tiba-tiba orang itu langsung menodongkan senjata tajam.

"Kita puter balik aja yuk Non," lanjut Pak Tono yang langsung mendapat tolakan dari Nindy.

"Jauh Pak kalau puter balik, lagian belum tentu juga itu begal, yaudah biar Nindy aja yang ngecek." ujar Nindy yang langsung turun dari mobil, sehingga itu membuat pak Tono panik. "Non jangan! Itu bahaya." Pak Tono bersuara sembari langsung turun juga mengikuti anak majikannya itu, bisa melayang nyawanya jika sampai Nindy terluka.

Nindy mengerjapkan matanya pelan mengamati seorang laki-laki didepannya ini yang seperti pingsan.

"Hay, lo gpp?" Nindy bertanya sembari mencoba membangunkan orang itu, ia tak bisa melihat wajahnya, karena laki-laki itu pingsan dalam keadaan tersungkur, wajahnya yang menghadap ke aspal jalan.

"Aduh Non ayok kita ke mobil aja," bujuk Pak Tono.

"Bapak tunggu dimobil aja kalau takut," kesal Nindy lantaran dari tadi supirnya ini tidak bisa diam. Sehingga itu membuat pak Tono langsung diam pasrah.

Protagonist Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang