Bab-22

6.3K 535 58
                                    

Vote untuk bab ini

Skskskksksksk Selamat Membaca!

*
*
*

Nindy berjalan menjauh dari semua murid yang sedang berpesta dan bersenang-senang setelah menyalakan api unggun. Tanpa sepengetahuan Cleo, Nindy memilih pergi sendiri tanpa mengatakan apapun pada temannya itu.

Dengan senter di ponselnya, kaki mungilnya mengarah ke sebuah danau yang tak jauh dari tenda para murid.

"Disini tenang dan sejuk," ujarnya setelah duduk di bebatuan dekat danau. Sudah dikatakan bukan kalau Nindy tidak terlalu suka dengan keramaian.

"Semua ini memang nyata, atau sekedar mimpi belaka ya?" gumamnya, Nindy masih tak menyangka jika dirinya mengalami hal yang menurutnya sangat mustahil.

Masih larut dalam pikirannya, Nindy sampai tak mengetahui bahwa ada seseorang yang sudah duduk di sampingnya.

Orang di sampingnya menatap lekat wajah mungil Nindy dari samping, terlihat rambut kecoklatan Nindy berkibar mendapat serpaan dari angin malam.

Tetap cantik, dilihat dari sisi manapun

Mendekatkan wajahnya ke arah Nindy, kemudian ia berdeham pelan, untuk membuat gadis itu sadar akan kehadirannya.

Nindy menegang kaku kemudian ia langsung menoleh ke samping.

Cup

"Eh," Nindy membulatkan matanya terkejut, begitupun orang tersebut, keduanya sama-sama terdiam beberapa detik.

Tersadar, Nindy langsung menjauhkan wajahnya, ia memegang bibirnya yang baru saja mencium orang itu.

"First kiss gue," gumamnya yang masih terdengar orang di sampingnya.

"Kak Niko!!" pekik kesal Nindy, kemudian menatap garang Niko.

Ya, orang tersebut adalah Niko.

Niko yang masih terdiam pun lantas tersentak kaget, ia berusaha menormalkan detak jantungnya yang berdebar dengan kencang. "Apa," balasnya sembari mengangkat satu alisnya mencoba untuk biasa saja.

"Kenapa datang nggak bilang-bilang sih? Dan lagian kenapa juga duduknya dekat benget sama gue."

"Makanya jangan ngelamun, nanti kesambet," Niko menjawab dengan mata yang masih menatap lekat wajah Nindy.

"Arghhh tapi kan jadinya k-kita."

"Jadi apa?"

"Gara-gara kak Niko, jadinya bibir gue nggak suci lagi" ujar Nindy kesal. "Itu juga first kiss gue" lanjutnya lirih.

"Sama, itu juga first kiss gue," balas Niko santai.

Nindy membuang muka kesal lantaran mendapatkan jawaban dari Niko yang seperti biasa saja, dirinya kembali menatap kedepan ke arah sungai.

"Kenapa disini?" tanya laki-laki itu.

"Suka-suka gue lah," ketus Nindy lantaran masih tak terima perihal ciuman itu.

"Lo marah?"

"Siapa yang nggak marah, kalau first kiss nya diambil, padahal itu kan buat suami gue," Nindy kembali berbalik kesamping, menatap ke arah laki-laki itu.

"Tapi kan lo yang cium gue, seharusnya gue yang marah." perkataan Niko mampu membuat Nindy terdiam, benar juga, tapi kan--, ah pokoknya ini salah laki-laki itu, bukan dirinya.

"Pokoknya ini salah Kak Niko, lagian wajah Kak Niko juga pas di samping gue!"

Niko menghela nafas pelan, sebenarnya tadi ia memang ingin memperhatikan Nindy dari dekat, tapi ia tak tau jika jadi seperti ini.

Protagonist Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang