Bab-19

6.8K 577 47
                                    

Tandai typo!

____________________

Happy Reading!

Nindy kembali ke tenda dengan wajah kusut serta pakaian yang sudah basah, tak lupa juga di tangannya terdapat sepatu ya ia tenteng dengan ember juga.

"Lo mandi di sungai Nind?" celetuk Cleo melihat penampilan temannya ini.

Nindy mendengus kasar, "Mandi di sungai bapak lo," jawabnya ketus yang langsung melemparkan sepatu dan embernya juga di depan tenda

"Terus kenapa lo gini?"

"Gara-gara kak Mohan, gue kesel banget sama dia," ujar Nindy, karena memang dirinya tercebur ke sungai akibat ingin mengejar Mohan.

"Lah kok----"

"Woy Nind airnya mana, gue udah tungguin dari tadi," ujar Sarah yang datang menghampiri mereka berdua.

Nindy memasang raut tak enak, bersalah. "Sorry gak jadi ambil," jawabnya menatap wajah kesal Sarah.

"Lo gimana sih, nggak becus banget jadi orang, disuruh ambil air aja gabisa," sentak Sarah kesal terhadap Nindy.

"Santai dong Sar, nggak perlu nyentak juga kalik," sahut Cleo tak terima Nindy di sentak begitu.

Nindy semakin bersalah melihat wajah tak terima Sarah,"Sekali lagi sorry." ujarnya meminta maaf lagi.

"Minimal berguna lah jadi orang, udah cuma murid beasiswa tapi nggak tau diri!"

"Attitude orang miskin yaa emang gitu, nggak tau caranya bertanggung jawab" celetuk Vanya yang baru datang.

"Kalian apa-apaan sih bangsat, cuma masalah gini aja diperbesar, sampai ngehina orang gitu," ujar Cleo menggebu-gebu kepada mereka berdua.

Nindy menghela nafas lelah, "Kan gue udah bilang maaf, terus gimana lagi, nyatanya emang gue gabisa ambil tuh air, waktu itu airnya masih dibuat nyuci celana kak Mohan, masa gue harus ambil sih," jelas Nindy, ia sedikit tak terima mendengar ejekan itu. Jangan harap Nindy itu cewek menya-menye yang tidak bisa menjawab jika di hardik oleh seseorang. Dirinya itu tipe cewek dengan sifat bunglon, bisa berubah anggun, manis, lucu, bar-bar, dingin serta galak, tergantung mood nya sendiri.

"Tuh denger alasan Nindy," ketus Cleo.

"Alah alasan doang pasti, nyesel gue satu tim sama murid beasiswa." kata Sarah yang masih kekeuh menyudutkan Nindy, memang semua murid disini belum mengetahui jika Nindy adalah adik dari Dewa yang termasuk salah satu anak donatur di Zenatta.

"Iya, malah jadi nambah beban!" sahut Vanya menatap remeh ke arah Nindy. Memang sebenarnya rata-rata semua murid di Zenatta selalu memandang rendah murid yang tergolong miskin/beasiswa, tidak peduli secantik atau seganteng apapun itu orangnya, karena menurut mereka materi/harta itu nomer satu, baru keduanya boleh rupa dan ketiga tentu sifat.

Miris bukan untuk pemikiran orang-orang yang seperti itu, bagi Nindy harta tidak seberpengaruh itu baginya dalam mencari pasangan. Karena hanya wanita malas yang akan tertarik dengan materi, sedangkan untuk gadis seperti dirinya yang pekerja keras kalau mendapatkan pria yang kaya harta adalah bonus. Selebihnya yang paling pertama adalah karakter sifat seseorang tersebut.

"Lo tau bahasa manusia nggak sih? Gue udah jelasin dan gue udah minta maaf, tapi kenapa lo malah ngata-ngatain gue begitu," tak terima Nindy yang langsung maju ke arah Sarah dan Vanya.

"Anjing, jangan deket-deket gue lo!" usir Sarah tak suka pada Nindy yang dalam keadaan basah mendekat kearahnya.

Melihat Nindy yang terus mendekat ke arah Sarah membuat Vanya kesal, ia langsung mendorong Nindy keras.

Protagonist Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang