Bab-20

6.7K 568 18
                                    

Yeayyy update
Tandai jika typo

Vote buat bab ini!!!

_______________________________

Happy Reading

Nindy sekarang kini sudah berjalan menuju tendanya, dirinya tadi menolak saat mereka berdua menawarkan untuk mengantarkannya, lagian tenda dia dengan kelas tiga lumayan dekat jadi buat apa juga mereka mau mengantarnya.

Setelah sampai di tenda Nindy mengernyit heran karena tidak menemukan keberadaan Vanya dan Sarah, hanya ada Cleo yang masih beberes di dalam tenda tanpa tau dirinya sudah berada disini.

"Cleo," panggil Nindy kepada Cleo yang masih sibuk dengan kegiatannya.

"Anjir," kaget Cleo, kemudian berbalik menatap Nindy.

"Lo ngagetin bangsat" kesal Cleo menatap Nindy garang yang dibalas kekehan geli Nindy.

"Lagian lo fokus banget sih, balik dulu gue mau ganti baju!" Nindy meletakan jaket Ifdhal, kemudian ia sibuk untuk mengganti bajunya yang basah.

"Ishh, ntar lo harus jelasin sesuatu sama gue, ini penting banget," ujar Cleo yang sudah berbalik melanjutkan beres-beresnya.

Nindy mengiyakan saja ucapan Cleo, setelah selesai ia kemudian menghadap ke arah Cleo dan langsung bertanya.

"Apa?" Cleo yang mendengar itupun langsung menatap Nindy dengan selidik.

"Lo beneran adiknya kak Dewa?" tanya Cleo to the point.

Nindy yang mendengar itu mengangguk pelan.

"Omg! jadi itu bener? Pantas saja tadi kak Dewa marah banget waktu tau lo bertengkar sama nenek lampir."

"Kok bisa?" sahut Nindy penasaran, Cleo menghela nafas terlebih dahulu sebelum menceritan hal itu dengan menggebu-gebu.

Flashback on.

Saat ini Cleo sedang tersenyum puas menatap Sarah dan Vanya, karena setelah mendengarkan ceritanya Bimo memutuskan untuk membawa Sarah dan Vanya keluar dari tenda mereka, dan pastinya mereka dihukum lari memutari tenda kelas sebelas sebanyak tiga kali.

"Gue nggak terima, masak cuma gue sama Vanya doang yang dihukum, sedangkan dia dan murid beasiswa miskin Nindy itu nggak dihukum," protes Vanya menatap tak terima ke arah Bimo.

Baru Bimo ingin menyahuti protesan Vanya, tapi lebih dulu terpotong oleh suara seseorang.

"Ada nyawa beberapa lo berani ngomong begitu," suara datar dari seseorang membuat semuanya menoleh.

Mereka menelan ludah gugup ketika mendapati adanya Dewa dan Niko yang datang dengan aura tidak seperti biasanya.

"Ma-maksud kakak a-apa ya," gugup Sarah menjawab takut-takut pada kakak kelas yang sangat disegani itu, apalagi disebelah Dewa ada Niko, anak pemilik Zenatta.

"Gue nggak ngerti maksud kakak," timpal Vanya berusaha biasa saja, padahal kakinya sudah gemetar mendapat tatapan tajam dari kedua laki-laki yang sayangnya sangat tampan itu.

Dewa memilih abai pertanyaan itu, matanya menatap Bimo seakan meminta penjelasan, Bimo yang paham pun berdehem sebelum memulai bicara.

"Mereka berempat tadi bertengkar perihal Nindy murid baru kelas 11 itu nggak bawa air, Vanya dan Sarah yang nggak terima itu langsung ngatain Nindy, bahkan Vanya juga dorong Nindy sempai luka, makanya gue turun tangan sama Sagara," jelas Bimo cepat.

Protagonist Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang