Part 8: Calling

6.2K 689 26
                                    

Niall's POV

Aku bersama ketiga sahabatku sedang duduk santai di rumah pemberian manager kami. Manager memberikan waktu selama dua bulan untuk istirahat dari world tour kami yang sedang berjalan.

"This is for you." Kata Harry sambil meletakkan sebuah kartu nama di atas meja di depan ku.

Aku meraih kartu nama itu dan membacanya.

Bella Aleen, Student.
University of London.
+44 20 4854 50xx

"Astaga! Dari mana kau mendapatkannya, Harold?" Tanya ku pada Harry girang karena memang ini yang aku inginkan.

"Hmm.. Aku memintanya saat aku mengantarkannya pulang kemarin." Jelas Harry.

"Hey, what are you talking about guys?" Tanya Louis yang bingung dengan perbincangan kami.

"Aku juga sebenarnya tidak tau, Lou. Tapi kemarin aku bertemu dengan Zayn dan dia sedang bersama perempuan yang bernama Bella. Dan kurasa Niall menyukainya. Makanya, aku meminta kartu nama Bella pada saat itu." Jawab Harry pada Louis.

"Apakah perempuan itu yang mabuk pada saat pesta di pub minggu lalu?" Sahut Liam.

"What? Club? Hei? Bisa kau jelaskan pada kami Nialler?" Tanya Louis yang tampaknya semakin bingung.

Jujur aku pun juga pusing dengan pertanyaan-pertanyaan mereka.

"Hey okay guys listen. Kalian ingat perempuan bawel dan cerewet di pesawat yang aku ceritakan pada kalian saat kalian meninggalkan ku sendirian di Detroit?"

"Hmm.. Lanjutkan." Kata Louis tidak sabaran.

Akhirnya aku menceritakan setiap kejadian ku bersama Bella secara detail.

"Lalu, kenapa Bella bersama dengan Zayn saat kau bertemu dengannya?" Tanya Liam tiba-tiba.

"Aku tidak tau pasti mengapa mereka bisa bersama waktu itu, Li." Jawab ku.

"Hey Niall, lalu mengapa kau emosi dengan Zayn saat aku kembali ke meja mu waktu kemarin?" Sahut Harry yang membuat Louis dan Liam semakin menyimak karena penasaran.

Akhirnya aku pun juga menceritakan tentang Zayn yang melarangku mendekati bella dan apa yang di rencanakan Zayn kepada Bella yang ingin menjadikan Bella sebagai umpan agar Perrie mau kembali lagi dengan Zayn.

"He's such a fuckhead." Komentar Louis.

"Tapi entah kenapa, firasat ku mengatakan bahwa kemarin Bella dan Zayn baru saling bertemu satu sama lain." Sahut Harry.

"Ya, dari cerita mu pun, aku juga menyimpulkan seperti itu. Niall, apa kau suka dengan Bella?" Tanya Liam padaku membuat ku gugup.

"Yes, maybe i'm falling in love with her." Jawab ku.

"Pantas saja kau sangat dingin dengannya saat bertemu." Sahut Harry.

"Ahh. What should I do guys? Zayn mungkin sudah satu langkah di depan ku. Dan kalian tau sendiri betapa kaku dan dinginnya aku saat bersama dengan orang yang aku suka." Ucap ku frustasi.

"Oh no niall." Kata Louis dengan tampang yang membuat ku kesal.

"You're not helping me." Jawab ku.

"Niall cmon, kau punya nomornya kan sekarang? Kau tinggal ambil ponsel mu, tekan nomornya, dan ajak dia pergi kencan. Simpel bukan?" Ucap Harry sambil menepuk bahuku.

"Really? Apakah akan berhasil?" Tanya ku ragu.

"Kau bahkan belum mencobanya." Kata Liam.

Aku segera mengambil ponsel ku dari saku celana ku dan menekan nomor Bella di ponsel ku.

Tut... Tut... Tut...
The number you are calling is busy. Please try again later.

"Shit." Gumam ku saat mendengar suara operator itu.

"Ada apa?" Tanya Louis.

"Nomornya sibuk. Sepertinya ada yang sedang menelfonnya."

"Sabar Nialler. Kau bisa mencobanya lagi nanti." Ucap Harry.

Ah, sedang apa sih kau, Bella?

***

Bella's POV

Aku berbaring di atas kasur ku sambil memperhatikan langit-langit kamar ku dan mengingat kembali kejadian kemarin.

Bagaimana bisa aku bertemu dengan Zayn, Niall dan Harry sekaligus dalam satu hari? Benar-benar kebetulan yang luar biasa.

Dan Harry yang tiba-tiba menanyakan nomor ku saat mengantarkan aku pulang. Tapi aku memberikannya dia kartu nama ku.

Sejujurnya aku bingung kenapa Harry bisa menanyakan nomor ku, tapi sepertinya dia memang sering melakukan itu ke fansnya hanya untuk sekedar basa-basi? Entahlah.

Padahal aku berharap bahwa Harry akan memberikan nomor itu ke Niall, dan Niall akan menghubungi ku dan menanyakan ku untuk makan malam.

HAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHA. Mustahil. Mana mungkin semua itu terjadi. Bodohnya aku berharap setinggi langit. Niall saja membenciku. Bahkan saat kemarin bertemu di Nandos pun, dia tidak berbicara sepatah kata pun.

Tiba-tiba ponsel ku berdering menandakan telfon masuk. Nomor tidak di kenal muncul di layar ponsel ku.

Apa itu Niall? Apa khayalan ku akan menjadi kenyataan? Aku langsung menggeleng-gelengkan kepala ku untuk menyadarkan ku dari mimpi ku. Haha.

"Halo?" Sapa ku padanya.

"Apa benar ini Bella Aleen?"

"Ya benar. Ada keperluan apa ya? Dan siapa?"

"Whoaa too much question. Haha. I'm Zayn Malik."

Aku diam tidak menjawab. Apa benar ini Zayn? Astaga!

"Halo? Bella? Are you still there?" Tanyanya membuyarkan lamunan ku.

"Eh? Im here. Sorry, tapi dari mana kau tau nomorku?"

"Saat kau ke toilet dan sebelum si kepar--- eh maksud ku sebelum Niall dan Harry tiba-tiba muncul, aku melihat kartu nama mu di dalam tas mu, makanya aku mengambilnya. Apa kau tidak keberatan?"

Aku terdiam lagi.

"Oh. Tidak kok. Hehe" jawab ku canggung.

"Bella?"

"Ya?"

"Apa besok kau ada acara?"

"Sepertinya tidak. Kenapa?"

"Apa aku bisa mengajak mu keluar makan malam?"

"Eh? Bagaimana ya.."

"Oh ayolah Bell. Aku akan melakukan apapun untuk mu."

Astaga apa aku bermimpi?

"Uh.. Baiklah."

"Ok. Send me your address and I'll pick up you tomorrow at 7pm."

"Okay."

"Okay. See ya later, Bell!"

Ya Tuhan. Kenapa bukan Niall saja yang menelfon dan mengajak ku makan malam? Dan kenapa khayalan ku begitu tinggi ya Tuhan?...

***

Hulaa. Hehehe.

Maaf bangeet inii ceritanya rada ga jelaas soalnya bikinnya sebelum sahur hehe-_-

Btw, makasih bangeeet bangeet bangeet yang udah baca. Dan tolong vote/komen kalo suka hehe. It means a lot bgtt nihh hehehe.

Semoga sukaa sama ceritanya dan tunggu part selanjutnya yaa! Hehe

All the love, xx

Fool's Gold [Niall Horan] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang