Part 12: Song for You [1]

5.9K 638 11
                                    

Bella's POV

Aku sedang menimang-nimang apakah aku akan datang atau tidak. Kalau aku datang, aku akan bertemu Niall. Aku takut aku malah semakin tidak bisa melupakannya.

Ah, betapa konyolnya aku. Jelas-jelas aku hanya kagum dengannya selama ini. Ha-ha-ha. Aku sangat terbawa perasaan.

Pintu kamar ku terbuka, terlihat Cindy yang memunculkan setengah badannya dari pintu.

"Kau akan datang?" Tanyanya. Aku tidak menjawab. Ya, aku menceritakan tentang Liam yang mengundangku untuk datang ke rumah mereka.

"Sebentar, aku akan telfon Zayn untuk meminta izin."

Aku langsung menyambar ponsel ku dan menghubungi Zayn.

"Hei babe." Sapanya.

"Uh, hai Zayn.." Jujur, ini agak canggung. Dulu aku mengidolakannya, sekarang dia malah menjadi kekasih ku. Tapi kenapa aku tidak sebahagia yang aku perkirakan saat menjadi kekasih Zayn? Bukankah berarti aku adalah perempuan yang beruntung karena mendapatkan Zayn?

"Ada apa, Bells? Is anything wrong?"

"Bukan begitu. Eh.. Liam dan Louis mengundang ku ke rumah mereka. Apa aku boleh datang?" Tanya ku ragu-ragu pada Zayn. Takut Zayn akan marah.

Tidak ada jawaban dari Zayn. Zayn hanya diam. Aku panik.

"Jadi... Mereka mengundang mu ya? Hmm.." Ucap Zayn terdengar seperti berfikir atau entahlah, seperti menyembunyikan sesuatu.

"Iya.. Eh, tapi mereka juga mengundang Cindy. Jadi aku akan bersama Cindy." Jelas ku pada Zayn.

"Baik lah, kau boleh datang." Aku langsung tersenyum saat mendengar kalimat itu.

"Benar kah?! Aaah! Terimakasih Zayn!" Ucap ku gembira.

"Anything for you, babe! Jangan lupa kabari aku. Maaf aku tidak bisa mengantar mu, aku ada urusan di studio."

"Tidak apa-apa Zayn aku bisa naik taksi. Kalau begitu sudah dulu ya Zayn aku mau siap-siap."

"Okay, bells. I love you."

"Love you too Zayn!" Aku terkekeh geli saat aku mengatakan itu pada Zayn. Aku masih tidak percaha bisa menjadi kekasihnya. Walau aku belum sepenuhnya mencintai Zayn, tapi aku akan berusah.

"So? Jadi kita berangkat?" Tanya Cindy tiba-tiba yang ternyata sejak tadi sudah berada di kamar ku dan sedang memakan chips ku.

Aku tersenyum mengangguk bahagia.

***

Tok.. Tok.. Tok..

Aku sudah berada di depan rumah mereka bersama Cindy. Aku rasa mungkin ini seperti basecamp tempat mereka untuk berkumpul.

Suasa minimalis terlihat jelas dari luar rumah. Halaman sekitar rumah pun sangat besar. Banyak rerumputan dan pepohonan mengelilinginya. Sangat nyaman.

Tiba-tiba pintu terbuka dan terlihat sosok Louis disana.

"Hello, Bella!" Sapa Louis dengan ramah.

"Hai Louis!!" Balas ku pada Louis dengan cengiran bahagia.

"Come in." Louis mengajak kami masuk ke dalam rumah mereka. Aku hanya membuntutinya dari belakang dan kami berjalan ke arah ruang santai atau seperti ruang keluarga.

"Guys! Lihat siapa yang dataaang!" Ucap Louis berteriak gembira pada teman-temannya. Liam dan Harry langsung menengok ke arah ku lalu berlarian ke arah ku dan memelukku. Tapi tidak dengan Niall.

"Hey! Finally i can meet you again, Bella!" Kata Harry sambil memelukku.

"Me too!" Balas ku. Lalu harry beralih melihat sahabat ku, Cindy.

"Hey, what's your name, beautiful?" Tanya Harry pada Cindy.

"Oh.. Uh.. Aku Cindy." Aku melihat pipi Cindy yang merona tapi dia berusaha menutupinya. Aku hanya tersenyum kecil melihat kejadian itu.

"Ahh you must be Bella! Nice to meet you, Bella." Ucap Liam hangat dan juga memelukku.

"Nice to meet you too, Liam." Balas ku pada Liam sambil tersenyum.

Setelah acara sapa menyapa tadi, kami semua duduk di ruang keluarga itu. Aku duduk di antara Louis dan Liam, di depan ku persis ada Niall yang tengah menatap ku datar. Entah lah aku sangat gugup. Sedangkan Cindy, dia duduk di sofa sebelah Niall bersama Harry.

Ada yang aneh dengan wajah Niall, di sudut bibir nya ada seperti luka memar. Apa dia baru berkelahi?

"Aku sangat senang kau bisa datang, Bell." Seru Louis membuka percakapan.

"Yaa! Aku juga sangat senang sekali! Aku tidak percaya aku bisa disini hehehehe." Mereka langsung tertawa melihat tingkah ku. Kecuali Niall.

"Hey! Apa nama twitter mu? Akan aku follow." Ucap Harry dari sebelah Cindy.

"Ya! Ya! Aku juga akan follow twitter mu!" Sahut Louis yang juga membuat Liam ikut-ikut.

Aku terkekeh saat melihat tingkah mereka. Ternyata benar selama ini bahwa mereka memang ramah. Tapi tidak dengan Niall. Dia hanya diam sedari tadi. Aku jadi sedikit canggung.

"Username ku @bellaaleen94 hehehe" jawab ku dengan tersenyum lebar. Mereka pun langsung segera menghadap ponsel mereka masing-masing.

"Ah sangat membosankan! Aku akan ke kamar." Ucap Niall tiba-tiba dengan nada seperti kesal dengan ku. Dia berjalan menjauh dan menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamarnya sambil sedikit membanting pintunya saat dia sedang menutupnya.

Harry langsung berdiri dan menyusul Niall.

Aku tertegun melihat kejadian barusan. Sepertinya Niall benar-benar tidak suka dengan ku. Dia benar-benar membenci ku. Aku melihat Cindy yang menatap ku dengan tatapan 'ada-apa-dengannya'.

"Jangan di masukkan ke hati, Bell. Niall sedang PMS. Hahahaha." Seru Louis seakan tau apa yang sedang aku pikirkan.

"Ahh. Tidak bukan begitu hehe. Uhh. Lou, bolehkan aku bertanya sesuatu?" Tanya ku pada Louis.

"Apa itu? Boleh saja." Jawab Louis yang menjadi penasaran.

"Apa Niall baru berkelahi? Eh? Maksud ku, terlihat seperti ada luka memar di sudut bibirnya."

"Ah itu. Itu urusan lelaki. Hahaha" aku hanya tersenyum simpul menanggapi jawaban Louis.

"Jadi, kau bersama Zayn, eh?" Tanya Liam. Lagi-lagi aku menjawab dengan tersenyum.

"Wow." Komentar Louis dengan nada sinis. Aku bingung dengan tingkah laku mereka.

"Hei, kalian punya piano. Apa kalian sering memainkannya?" Tanya ku sambil mengalihkan topik pembicaraan yang sedikit canggung.

"Hmm. Mungkin seperti pajangan." Jawab Louis sambil tertawa.

"Kau bisa bermain piano?" Tanya Liam.

"Waah, Bella sangat jago main piano! Dia pernah lomba tingkat nasional!" Celetuk Cindy tiba-tiba yang membuat aku mendelik ke arahnya.

"Wah! Bisa kah kau memainkan sebuah lagu untuk kami?" Pinta Louis pada ku.

"Eh? Bagaimana ya.." Jawab ku berfikir.

Sial, aku kan hanya mengalihkan pembicaraan. Mereka malah meminta ku bermain piano. Ughh.

"Ah ayolaah aku mohooon." Ucap Louis layaknya anak berumur lima tahun yang meminta balon.

"Ya, aku ingin melihat mu bermain sambil bernyanyi. Ayolah." Seru Liam.

"Baiklah."

Fool's Gold [Niall Horan] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang