Part 15: Diary

5.7K 672 8
                                    

Niall's POV

Aku baru saja tiba di rumah ku sendiri dari rumah Bella. Ya. Seharian ini aku menjaga Bella. Dia masih saja cerewet seperti biasanya, padahal dia sedang sakit.

Aku melihat sesuatu yang berbeda darinya. Dia lugu, manis, lucu, periang, dan cerewet. Senyumnya dan tawanya selalu bisa mengalihkan ku. Dan yang paling penting, dia sangat bisa menghargai orang.

Misalnya seperti saat aku tadi sedang menceritakan pengalaman ku kepadanya, dia selalu mendengarkan dengan baik dan menanggapinya. Dia bisa memperlakukan lawab bicaranya dengan baik. Itu yang membuat ku semakin tertarik dengannya.

Tiba-tiba aku teringat saat aku mengambil buku diary dari kamarnya. Aku meraih buku itu dan mulai membukanya.

Banyak coretan i love you Niall horan di kertasnya. Tulisan itu membuat senyum di bibir ku muncul. Aku membaca satu persatu pengalamannya hingga aku sampai pada halaman saat dia menceritakan pengalamannya bertemu dengan ku.

Aku mulai membacanya dengan seksama.

[April 3th, 2015]

Astagaa omg ! Aku tidak percaya hari ini aku bisa bertemu dengan Niall Horan. Kau pasti tidak akan percaya kan? Sama! Aku juga awalnya tidak percaya! Dan yang makin membuat ku tidak percaya lagi, dia duduk di sebelah ku!!! OMG IM DYINGGGG RIGHT NOW!

Aku tersenyum saat membacanya.

Tapi, dia sangat dingin dengan ku. Dia cuek sekali. Sangat beda dengan apa yang di ceritakan dengan media sosial selama ini. Entahlah, sepertinya aku membuatnya kesal dengan ku. Yah, aku akui sih aku sangat cerewet waktu itu karena aku terlalu gembira saat melihatnya.

Jujur aku sangat sedih saat Niall ketus kepada ku. Dia tidak tau bahwa dia lah yang membuat ku jadi seperti ini.

Aku mengerutkan dahi ku saat membaca bagian ini.

Dulu, saat aku di bully, tidak ada yang mau berteman dengan ku (ya, hanya Cindy yang mau berteman dengan ku), tidak ada yang mau dekat-dekat dengan ku dan menganggap ku seperti kotoran yang menjijikkan karena aku dulu gendut dan jelek, tapi Niall dan One Direction membuat ku merasa spesial. Mereka bisa membuat ku merasa cantik apa adanya.

Aku mencintai Niall. Bahkan mungkin melebihi cinta dari seorang penggemar ke idolanya. Yaa aku memang gila huft. Padahal Niall yang membuat ku berpacu untuk diet dan mempercantik diri, aku ingin Niall menganggap ku cantik, tapi apadaya, dia malah membenci ku.

Ah sudah dulu deh, aku sedih sekali kalau mengingat Niall. Byee! x

Aku terdiam. Tidak tau harus berkata apa. Jadi, ini masa lalu nya. Astaga. Aku semakin merasa bersalah dengannya. Aku menjambak rambut ku frustasi.

Tiba-tiba suara bel pintu rumah ku terdengar. Aku segera bangkit dan membukakan pintu. Louis, Liam, dan Harry berdiri di luar pintu. Aku segera mempersilahkan mereka masuk.

"Ini untuk mu. Malam ini kami boleh menginap disini? Kami bosan." Tanya Louis sambil memberikan chips yang banyak.

"Hmm." Tanggap ku singkat sambil meletakkan chipsnya di ruang tamu.

"Kau sedang memikirkan Bella ya?" Tanya Liam tiba-tiba yang sepertinya mengetahui raut wajah ku.

"Hey sobat, Bella akan baik-baik saja. Lagi pula dia kan sudah membaik." Sahut Harry.

"Ya, ini soal Bella, tapi bukan tentang keadaannya. Tapi.... Aku sudah tau tentang masa lalunya." Mereka sontak menghentikan aktifitasnya dan memperhatikan ku.

Kami segera berkumpul di ruang tamu ku dan aku menceritakan semua yang aku baca di buku diary milik Bella.

"Aku tidak menyangka masa lalu nya seburuk itu. Lagi-lagi di bully karena fisik. Ada apa sih dengan manusia jaman sekarang?" Komentar Louis sinis.

"Guys. Maafkan aku. Aku ingin mengakui sesuatu. Sebenarnya aku sudah tau tentang masa lalu Bella sejak lama dari Cindy. Tapi karena Cindy menyuruh ku berjanji untuk tidak membocorkan ke siapapun, jadi aku diam. Maafkan aku." Ucap Harry penuh sesal membuat kami terdiam.

"No problem, Harold. Lagi pula aku sudah tau sekarang." Tanggap ku berusaha tersenyum.

"Aku merasa bersalah dengan Bella. Apalagi sikap ku yang menyebalkan." Tambah ku.

Mereka semua tampak diam berfikir. Aku benci suasana hening ini.

"Kalau begitu, perbaiki sikap mu." Seru Louis memecah keheningan.

"Ya, aku setuju. Kau harus bersikap baik pada Bella mulai sekarang. Buat dia merasa spesial, Niall." Sahut Liam.

"Dia memang spesial." Jawab ku singkat.

"Hey, Bella benar-benar mencintaimu. Percayalah. Bella sering mengatakannya ke Cindy. Dan yaa, Cindy mengatakannya pada ku." Ucap Harry sambil menepuk bahu ku.

"Tapi dia mencintai Zayn." Jawab ku.

"No. Cintanya dengan Zayn tidak sebesar cintanya pada mu. Aku berani bertaruh." Kata Harry yakin.

***

Haii haloo ketemu lagiii. Maaf banget nihh ceritanya rada gak jelas banget hehehehe. Tapi semoga suka yaa dan tunggu part selanjutnya karena lebih seruu semoga huehehheeheheh.

Makasihh bangeeet sama yang udah sempet baca cerita ini dan udah ngasih vote/komen. Makasihh banyaaaak sebanyak-banyaknyaa ^^

Tolong vote yaa dan komen buat kritik/saraan. Eheheheh. Makasih banyaaak.

- all the love as always. x

Fool's Gold [Niall Horan] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang