Part 13: Cindy?

6.3K 686 22
                                    

Author's POV

Harry tampak sedang menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan mengelilingi kota London. Hanya berbekal hoodie dan kacamata untuk menutupi identitas dirinya agar tidak ketahuan oleh fans-fans nya.

Cuaca sore hari ini terlihat sangat cerah. Nampaknya tanpa Harry sadari, kakinya melangkah pada sebuah taman yang besar di pusat kota London. Rerumputan hijau memenuhi seisi pemandangan mata. Terlihat beberapa anak yang sedang bermain lari-larian dengan temannya. Suasana cukup ramai namun masih tenang.

Namun tiba-tiba mata Harry menangkap sesosok perempuan yang sedang duduk di kursi taman senang menutupi wajahnya. Seperti sedang menangis.

Dari postur tubuhnya, sepertinya Harry pernah bertemu dengan perempuan itu. Harry tampak mendekat dan duduk di sebelah perempuan itu. Dia sedikit menutupi wajahnya dengan hoodienya. Takut-takut kalau dia ternyata adalah fansnya.

Perempuan itu masih menangis dan belum menyadari kehadiran seseorang di sebelahnya. Harry hanya menatapnya dan memperhatikannya. Harry seperti mengenal suara dari tangisannya.

Apa itu Cindy? Batin Harry bertanya pada dirinya sendiri.

Setelah beberapa lama, Harry memberanikan diri untuk memanggilnya.

"Cindy?" Tanya Harry pada perempuan itu sambil menepuk bahunya.
Memastikan apakah benar itu Cindy atau bukan.

Perempuan itu berhenti menangis. Merasa mengenali suara yang memanggilnya. Akhirnya wanita itu pun menengok.

Ternyata benar, dia Cindy. Batin Harry.

Wajah Cindy nampak sembab sehabis menangis. Cindy diam sebentar mengamati lelaki di sebelahnya yang berpakaian sangat tertutup itu.

"Kau Harry?" Tanya Cindy dengan suara pelan. Harry hanya tersenyum.

"Kenapa kau menangis?"

"Ah tidak. Aku hanya kelilipan." Jawab Cindy sambil mengusap wajahnya dan matanya sekali lagi dengan senyum paksaannya.

"Hei. Jangan berbohong. Aku tau kau menangis. Kau boleh bercerita kalau kau mau. Aku siap mendengarkan." Kata Harry lagi-lagi tersenyum dan mengacak-ngacak rambut Cindy pelan.

Cindy hanya diam tidak menjawab sambil tersenyum malu-malu. Harry menatapnya gemas.

"Thomas. Dia bersama perempuan lain. Aku melihatnya sendiri di club." Ucap Cindy singkat menceritakan ceritanya.

Harry tampak mengerti dan mengangguk paham. Lalu tiba-tiba Harry langsung mengarahkan Cindy menghadap ke arahnya dan memeluknya. Tubuh Cindy pun seketika membeku.

"Don't cry, Love. Biarkan dia bersama jalangnya. Dia bukan yang terbaik untuk mu. Percayalah." Bisik Harry dengan lembut di telinga Cindy masih dengan keadaan memeluknya.

Cindy semakin menangis di pelukan Harry dan Harry berusaha menenangkan Cindy.

"Ssshh.. Don't waste your tears for that jerk. You deserve better." Ucap Harry lagi yang membuat Cindy berangsur-angsur berhenti menangis.

"Good. Jangan menangis lagi. Bagaimana kalau sekarang kita pergi ke mall? Kau bisa belanja sesukamu. Aku yang akan bayar." Tawar Harry pada Cindy.

"Harry, aku tidak suka ke mall. Aku lebih suka jalan-jalan di sekitar London mengamati pemandangan dari pada di mall." Jawaban Cindy membuat Harry bingung. Selama ini, wanita yang selalu di dekatinya pasti meminta sesuatu yang mahal-mahal.

"Eh? Benarkah? Okay baiklah."

***

Harry dan Cindy masih berjalan bersama di pusat kota London. Gelap malam sudah menyelimuti atmosfer kota London. Mereka berjalan sambil memakan es krim masing-masing.

Tiba-tiba, Harry mengingat tentang misi yang di berikan Louis. Mencari tau masa lalu Bella dari sahabatnya. Dan mungkin ini saat yang tepat.

"Cindy, tampaknya kau sangat dekat ya dengan Bella?" Tanya Harry pelan-pelan. Dia ingin berbasa-basi dulu sebelum menanyakan hal intinya.

"Ya. Kami berteman sejak di taman kanak-kanak dulu di Indonesia." Jawab Cindy sambil menjilati es krimnya.

"Dia menjadi Directioner sejak kapan?" Tanya Harry lagi berhati-hati.

"Sekitar lima tahun yang lalu sejak dia sering di bully karena---" Cindy langsung menghentikan kalimatnya saat baru menyadari dia hampir saja membocorkan rahasia sahabatnya.

Gotcha! Batin Harry merasa puas bisa memancing Cindy.

"Kenapa Cin? Oh ayolah kau membuat ku penasaran." Ucap Harry.

"Tidak, tidak. Tidak apa-apa." Jawab Cindy panik.

"Cin, aku tidak akan memberi tahu siapa-siapa. Aku mohon. Kau membuat ku penasaran setengah mati." Pinta Harry memaksa Cindy.

Cindy tampak terdiam berfikir dan menghela nafasnya berat.

"Baiklah akan aku ceritakan. Ah, jika Bella tau, aku bisa di bunuh olehnya." Kalimat Cindy membuat Harry terkekeh. Harry benar-benar gemas melihat ekspresi dan tingkah Cindy.

"Jadi, saat kami SMP, Bella sangat gendut. Kau tidak akan percaya kalau kau tau Bella pernah sebesar itu. Dia sangat obesitas. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Semua orang merasa bahwa Bella itu menjijikkan. Dia di bully. Dia bahkan pernah depresi dan berkali-kali keluar-masuk psikiater. Semua cemoohan selalu dia dapat, Har. Teman satu-satunya hanya aku. Sampai suatu Harry, dia mendengar berita tentang kalian. Ya, One Direction."

Cindy menjelaskan cerita awal masa lalu Bella terlebih dahulu. Harry semakin menyimaknya, tidak mau terlewat info sedikit pun. Lalu Cindy melanjutkan cerita.

"Saat pertama kali melihat kalian, Bella langsung jatuh cinta pada Niall. Disaat directioners lain suka dengan Zayn, Liam, Louis, dan Kau, tidak ada yang menyukai Niall, tapi Bella benar-benar langsung tergila-gila dengan Niall. Dia menjadi fangirling kalian. Sampai kalian merilis album dan ada lagu kalian yang berjudul Little Things. Dia sangat suka lagu itu. Karena menurutnya, kalian bisa membuatnya seperti perempuan yang spesial. Dia merasa kalian selalu membuatnya merasa cantik walaupun dia merasa tidak cantik. Dan... Di lagu Little Things bagian Niall, dia benar-benar semakin jatuh cinta."

Cindy masih menceritakan Bella sambil menghabiskan sisa-sisa es krimnya. Harry pun juga masih menyimak Cindy.

"Lalu akhirnya, Bella memutuskan untuk diet mati-matian. Impiannya dulu adalah saat bertemu kalian, dia sudah langsing dan cantik. Agar kalian tidak malu mengakuinya sebagai fans. Dia takut kalian akan jijik melihatnya karena menurutnya, hanya kalian yang bisa membuatnya spesial."

"Hei! Kami tidak jijik saat melihatnya." Komentar Harry.

"Karena dia sudah langsing. Kalau dia masih seperti dulu?"

"Asal kau tau ya Cin, kami tidak pernah melihat fisik fans kami. Menurut kami, mereka semua itu cantik. Bahkan yang botak karena kanker sekali pun. Apapun akan kami lakukan untuk fans. Aku sering memarahi fans karena mereka merasa diri mereka gendut. Fuck about size of the body. They're all so beautiful as fuck." Jawaban Harry membuat Cindy tertegun.

Menurut Cindy, ternyata Harry tidak seperti yang selama ini dia pikirkan. Playboy dan hanya melihat wanita dari fisik. Cindy hanya tersenyum menatap Harry. Harry yang merasa di perhatikan pun melirik Cindy.

"Mengagumi ku diam-diam eh?" Sindir Harry membuat pipi Cindy merona.

"Ah? Tidak. Uh.. Eh.. Ayo kita pulang sudah malam." Jawab Cindy gugup.

"Hahaha. Baiklah. Ayo aku antar sampai rumah mu." Ajak Harry sambil menggandeng tangan Cindy dan mengantarnya pulang.

Sepertinya aku menyukainya. Batin Harry.

***

Halooo readerss ketemu lagi nih huehehehehe^^ maaf yaa part ini gak ada Niall/Bellanyaa. Hmm. Kira2 gimana yaa kelanjutan ceritanyaa?

Makasihh banyaaaaak buat yang udah ngikutin cerita ini, dan juga yang udah ngevote. Entah harus berapa banyak makasih yang aku ucapin hehehe aku seneng bgtt soalnya :)

Btw, jangan lupa vote atau komen yaaaa huehehehe makasih banyaaaakkkk! xxxxx

- all the love as always x

Fool's Gold [Niall Horan] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang