BAB 13 : KOMA?

2.4K 95 1
                                    

DOR!

DOR!

Nafas Arkana tercekat, ia memegang bagian dada bawahnya yang mulai berdarah.

“ARKANA!” Teriak Sasya dan wanita itu langsung melayangkan tongkat bisbol yang ada di sekitar kaki nya berdiri, ke pria yang kembali ingin menembak suaminya. Dengan gerakan brutal Sasya memukuli pria itu hingga kepalanya hancur.

Sasya menjatuhkan tongkat bisbolnya. Nafasnya tersengal dan  melihat darah begitu banyak mengenai kakinya. Tidak mempedulikan hal itu, Sasya berlari ke arah suaminya yang jatuh terduduk.

“Arkana, aku sudah menelpon Daddy, Nenek dan ambulans. Jadi semuanya akan baik-baik saja.” Katanya dengan menekan luka di dekat dada suaminya itu.

Arkana tersenyum hangat, “kan aku bilang bersembunyilah sayang.”

“Aku gak bisa meninggalkan mu begitu saja!” Teriak Sasya. Air matanya mulai berjatuhan dari pelupuk matanya. “Maaf, aku terlambat…” isaknya sambil terus berusaha menahan pendarahan yang keluar dari lukanya.

Arkana terkekeh pelan, “aku kuat, jadi kamu tidak perlu khawatir.” Sasya menatap tajam Arkana yang berkata begitu, “kamu manusia!” Serunya. “Semua manusia tidak akan baik-baik saja di tembak begini!” Lanjutnya.

Arkana menghilangkan senyumnya. Ia dengan perlahan mengusap lembut pipi Sasya yang basah. “Maaf membuatmu menangis,” Sasya menggeleng. Ia menatap Arkana yang menatapnya sayu. “Aku gak mau kehilangan lagi, Arkana.”

Arkana mengangguk pelan. “Aku gak akan meninggalkan kamu, sayang.”
“Itu yang dikatakan orang tuaku, tapi mereka tetap pergi. Pergi meninggalkan aku.” Lirih Sasya.

Arkana mengigit bibir bawahnya. Luka nya memang sakit, tapi jauh lebih sakit melihat Sasya yang terlihat rapuh seperti ini. Penglihatan Arkana mulai berkunang-kunang. Sial! Jangan pingsan sekarang! Sasya masih butuh saya!

Dengan mati-matian Arkana menahan dirinya yang hampir kehilangan kesadaran nya. Sasya yang memang peka itu berusaha tersenyum. “Tidurlah, tapi jangan lupa bangun ya? Aku akan menunggumu.”

Arkana menggeleng pelan.
“Aku baik-baik saja. Aku akan baik-baik saja.” Kata-kata Sasya membuat kedua mata Arkana dengan perlahan terpejam. Dan saat itu juga, Sasya menangis histeris.

Setelah bertahun-tahun lamanya sejak orang tua nya meninggal, Sasya sudah tidak pernah menangis sehisteris sekarang. Tangisan yang begitu menyayat hati siapapun yang mendengarnya.


•••

“Jadi, mereka menyerang Arkana karena ingin menjatuhkan bisnis senjata Arkana?” Tanya Sasya. Asisten Arkana mengangguk. “Benar, Nyonya.”

“Tuan Arkana memiliki bisnis senjata yang begitu besar, tuan Arkana menjualkannya secara illegal dan legal. Dan tenang saja, bisnis senjatanya bukan untuk peperangan. Lalu, Tuan Arkana tidak pernah berbisnis yang lain, seperti  perbudakan atau prostitusi. Tapi, tuan Arkana mempunyai club. Sebenarnya club itu sudah di bangun sejak tuan Arkana masih muda, sebelum tuan Arkana menjadi Bos Mafia.” Jelas Theo.

Sasya mengangguk paham. Arkana tidak pernah menjelaskan soal pekerjaan nya seperti apa. Dan Sasya juga tidak mau terlalu ikut campur, ia takut mengetahui sesuatu yang membuat nya jadi takut atau benci kepada Arkana. Ada rasa lega kala mendengar Arkana berbisnis di dunia mafia yang tidak terlalu parah.

“Lalu, kamu ingin aku yang menggantikan Arkana selama dia koma?” Theo mengangguk. Ia tersenyum tipis kala Sasya mengangguk. Mungkin setelah ini, ia benar-benar akan sibuk. Tapi, hanya ini yang ia bisa lakukan untuk suaminya.

“Terimakasih, Nyonya Sasya.”

“Kamu hanya perlu bimbing aku, soal bisnis kalian.”

“Baik, Nyonya.”


•••

Arkana mengalami pendarahan yang cukup parah dan ia mengalami koma. Tapi, kata dokter komanya kemungkinan besar tidak terlalu lama melihat kondisi Arkana yang mulai membaik.

Sudah seminggu sejak kejadian itu, tapi Arkana belum kunjung bangun. Sasya yang sibuk menjalankan dua bisnis sekaligus tetap meluangkan waktu dengan menemani suaminya.

Selama ia sibuk, Sang Nenek yang menjaga Arkana. Kala Tevy ingin menjaga Arkana juga, Nenek melarangnya dan mengusirnya.

Terkadang, Aksa juga datang menjenguk putra sulungnya itu. Kini, hanya ada Sasya. Nenek sedang pulang ke rumah karena Sasya terus memaksa Neneknya pulang. Bagaimanapun umur Nenek benar-benar rentan jika di rumah sakit lama-lama. Jadi, Sasya yang akan menjaganya sambil bekerja diruang rawat suaminya. Rasanya tubuh Sasya mulai tidak enak. Tapi, ia tetap memaksakan dirinya.

Ponsel Sasya berdering, wanita yang sedang membaca beberapa berkas itu terkesiap dan segera mengangkat ponselnya. “Halo Tante?”

“Tante sudah sampai dan sekarang Tante sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit,”

“Tante gak pulang dulu? Tante kan habis dari London, dan itu jaraknya lumayan jauh. Pasti lelah, bukan? Leb—”

“Ssttt…Tante pokoknya akan kesana, mana mungkin Tante bisa istirahat jika keponakan Tante sedang dalam masalah?” Perasaan Sasya menghangat. Tantenya tidak pernah berubah, selalu bawel dan penuh perhatian. Mirip seperti Ibunya.

Seminggu yang lalu, Tante dan Om nya memiliki pekerjaan di London, mereka ada kerjasama disana. Jadi, ketika mendapatkan kabar suami keponakannya koma, mereka tidak bisa langsung menjenguk. Dan Sasya juga yang membujuk agar Tante dan Om nya tidak keras kepala dan tetap mengadakan acara kerjasama dengan pengusaha yang berada di London.

Sasya mematikan ponselnya kala panggilannya sudah di putus oleh Tantenya. Lalu, ia mendongak. Menatap suaminya yang masih memejamkan matanya. Tatapannya berubah sendu.

Aku merindukan suaramu, Arkana.

Beberapa menit berlalu, Sasya tersenyum hangat kala Tante dan Om nya tiba. Ia berdiri dan memeluk Tantenya.

Perlahan tubuh Sasya bergetar. Sang Tante mengusap punggung Sasya dengan lembut. “Semuanya akan baik-baik saja.”

“Pasti Arkana akan bangun.” Lanjut si Om.

•••

Keesokkan harinya, Aksa yang datang keruang rawat Arkana itu duduk di sebelah Sasya yang sedang mengerjakan kerjaannya. Kantung mata dibawah mata Sasya semakin terlihat. Raut wajah Sasya terlihat sangat lelah, dan itu membuat Aksa merasa khawatir. “Sasya, lebih baik kamu istirahat.”

“Tidak apa, Daddy. Aku masih bisa.” Aksa menghembuskan nafasnya. Ia ingin membantu, tapi Sasya menolaknya karena Aksa juga pasti sibuk dengan pekerjaannya.

Hening.

Sasya tampak menimbang apakah ia harus bertanya kepada mertuanya itu. Tapi, jujur Sasya sangat penasaran. Akhirnya, wanita itu memutuskan bertanya. “Daddy, aku ingin bertanya.”

Aksa yang dari tadi hanya menatap putranya itu menoleh pada menantunya. “Silahkan,”

“Maaf, mungkin ini sedikit menyinggung Daddy, tapi…aku sangat penasaran. Kenapa Daddy jadi baik dan hangat padaku? Bukankah Daddy tidak menyukai aku dan pernikahan ini?”

Aksa tersenyum tipis mendengar pertanyaan menantunya. Ia dengan lembut menjawab, “karena aku tau rupanya kamu adalah pilihan dari mendiang Istri saya.”

“Pilihan dari Mommy Arkana?” Aksa mengangguk dan menatap Sasya teduh.

“Apa Nenek tidak memberitahukannya padamu?” Sasya menggeleng sebagai jawaban. Ia benar-benar bingung. Pilihan Mommy? Bagaimana bisa? Ia saja tidak pernah bertemu dengan Mommy Arkana.

“Nanti, ketika Arkana bangun, aku akan memberitahukan nya padamu dan juga Arkana.” Sasya dan Aksa saling tatap, saling melempar tatapan lembut. Sasya tersenyum dan mengangguk.

Sebenarnya, ada lagi satu kebingungannya, apa benar Aksa selingkuh? Apa ada di balik cerita sebenarnya yang tidak pernah di ceritakan oleh Daddy dan Mommy nya kepada Arkana?

°°°BERSAMBUNG°°°



MAFIA & CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang