BAGIAN 2 : HANYA MASA LALU

5.8K 171 3
                                    

Sasya mengerjapkan matanya. Merasa agak silau karena cahaya matahari pagi mulai masuk dari celah hordeng yang terbuka.

"Sudah bangun, hm?" Spontan Sasya menoleh ke sebelahnya. Terdapat seorang pria yang rambutnya agak berantakan dan sedang menatap nya.

"Jam berapa?" tanya Sasya. Dengan pelan bangun dari tidurnya. Ia terduduk sambil meringis pelan.

"Jam depalan pagi. Ingin sarapan dulu atau mandi terlebih dahulu?" tanya Arkana. Ia ikut duduk di sebelah Sasya.

Sasya melirik sebentar ke dada bidang Arkana. Keduanya masih naked. Ia menggenggam erat selimut yang menyelimuti tubuhnya. Sedikit malu jika memikirkan kejadian kemarin malam.

"Aku ingin mandi dulu," jawab Sasya. Maju sedikit, hingga ia duduk di sisi kasur. Lalu, ia menunduk dan mengambil handuk kimono yang terjatuh di dekat kasur.

"Inginku mandikan?" Arkana tersenyum penuh arti. Sasya menatap Arkana datar. "Kau ingin membuatku sakit?"

"Hahaha bercanda kok, sakit bukan jika berjalan? Aku hanya akan menggendongmu ke kamar mandi, aku tidak akan melakukan apapun lagi," kata Arkana dengan diselingi tawanya.

Sasya tampak menimbang. Memang rasanya sakit sekali. Arkana serem banget tenaganya. Perlahan ia mengangguk. Melihat jawaban Sasya. Arkana bangkit dari duduknya. Mengambil boxernya dan memakainya.

Setelah itu, ia berjalan mendekati Sasya dan segera menggendongnya. "Kamu cuti kerja berapa hari?" tanya Arkana dan menurunkan tubuh Sasya di dalam kamar mandi.

"Dua minggu, tapi aku akan tetap mengawasi perusahaan dari sini." Arkana mengangguk mengerti. Kemudian ia berbalik dan menutup pintu. Meninggalkan Sasya sendirian di dalam kamar mandi.

Sasya tersenyum tipis. "Makasih Arka!" serunya. Arkana yang mendengarnya ikut tersenyum. "Pilihan Nenek gak pernah salah," gumamnya pelan.

Satu jam kemudian, kedua pasutri itu keluar dari kamar. Lagi dan lagi Arkana menggendong Sasya menuju ruang makan.

"Kamu juga cuti?" tanya Sasya.

"Tentu saja," jawab Arkana. Sasya menatap Arkana dari bawah. Ia memerhatikan leher Arkana yang jenjang. Jakunnya yang menonjol. Membuat Sasya ingin menyentuhnya. Tangannya perlahan naik dan menyentuh leher Arkana.

"Ada apa?" tanya Arkana, menunduk. Kemudian, ia menurunkan Sasya ketika sudah sampai di ruang makan. Sasya yang sadar dengan kelakuannya hanya diam dan buru-buru duduk di kursi. Sedikit malu.

"Kenapa menyentuh leher ku?" tanya Arkana lagi. Ia duduk di sebelah Sasya sambil bertopang dagu. Menunggu jawaban Sasya.

"Ti-tidak sengaja," jawab Sasya mengalihkan tatapannya ke arah lain.

"Sasya," panggil Arkana lembut membuat Sasya langsung menoleh ke samping.

Arkana menatap lekat Sasya. "Aku sempat mencari tau soal dirimu sebelum kita menikah, dan anak buah ku bertanya-tanya ke karyawanmu. Mereka menjawab kalo kamu kaku dan selalu memasang raut wajah dingin atau lebih tepatnya seperti tidak ingin di ganggu. Tapi... setelah aku lihat kamu dan mengobrol dengamu, rupanya mereka salah. Kamu... sangat lembut dan tenang."

Sasya terpaku. Ia tidak bisa berkata-kata mendengar ucapan Arkana. Matanya berkaca-kaca. Kata-kata seorang laki-laki lain mulai memasuki ingatan nya.

"Gue selingkuh karena lo kaku! Gak mau sex lah, gak mau ciuman lah, lo pikir pacaran begitu enak?"

"Lo itu cuman perempuan yang menang cantik doang!"

"Kekasih baru gue jauh lebih baik dari pada lo, dia gak kaku dan dingin kayak lo!"

MAFIA & CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang