BAGIAN 3 : LIBURAN

4.6K 134 0
                                    

"Ke Italia?" Sasya yang sedang merapihkan baju-bajunya itu menoleh Ke Arkana yang menyenderkan punggungnya di pintu ruangan ganti pakaian.

"Iya, kita ke Italia dan liburan di sana. Kebetulan aku ada pertemuan penting di sana, aku ingin kamu ikut bersamaku," jelas Arkana. Sasya tampak berpikir, akhirnya wanita itu mengangguk.

"Baiklah, berapa lama?" Arkan tersenyum lebar dan menjawab. "Seminggu." Sasya pun mengangguk lagi. Ia kembali fokus merapihkan dan memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari.

Arkana perlahan mendekati Sasya. Kemudian ia berjongkok dan mengecup puncak kepala Sasya. Eh? Kedua pasutri itu terdiam kaku. Arkana spontan berdiri dan berjalan keluar dari ruangan itu dengan telinga yang memerah.

Sasya mengerjapkan matanya dan tersenyum tipis. Ia menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan kelakuan Arkana. Sudah tiga hari ia tinggal bersama Arkana, dan Arkana selalu saja bersikap begitu. Ia akan menciumnya lalu pergi menjauh. Aneh, bukan?

Selesai merapihkan bajunya. Sasya pun bangkit dari duduknya dan mengangkat koper besarnya itu. Ia mengangkat nya dan ingin menaruhnya di atas lemari. Lemarinya yang cukup tinggi itu pun membuat nya cukup kesulitan.

Hingga...

BRUK!

"Aw ...." Sasya mengusap dahinya yang berdarah. Untung saja dia sempat menghindar jadi ketika kopernya terjatuh dia tidak terluka parah.

"Kenapa berisik banget?!" tanya Arkana. Ia kembali masuk ke dalam ruangan ganti baju. Tubuhnya membeku kala melihat darah yang keluar dari dahi Istrinya.

"SASYA!" seru Arkana. Ia dengan sigap menendang koper itu menjauh dan langsung menggendong Sasya. Raut wajahnya sangat panik.

"Kenapa ceroboh banget sih?!" omel Arkana kala mendengar penjelasan Sasya. "Aku kan udah bilang sama kamu! Kalo perlu bantuan bilang ke aku! Jangan diam aja! Aku ini udah jadi suami kamu!" omelnya lagi sambil mengobati dahi Sasya.

"Untung aja lukanya kecil, kalo kepala kamu langsung terkena koper sebesar itu, pasti kamu gegar otak!" Sasya menganggukkan kepalanya. Ia merunduk sedih.

"Maaf ..." lirihnya. Arkana menatap Sasya tajam. "Jika mengulanginya lagi, aku akan membuat kamu tidak bisa berjalan selama seminggu." Sasya melotot dan menggeplak bahu Arkana.

"Itu mah maunya kamu!"

"Makanya jangan bandel!"

"Iya, aku gak bakal gitu lagi!"

"Janji?" Arkana mengulurkan jari kelingkingnya setelah mengobati luka dahi Sasya. Sasya pun terpaku dan tertawa pelan. Ia mengangguk dan membalasnya. "Janji."

°°°°°°°°°°°°°

Sore harinya mereka berdua pun sudah di dalam pesawat menuju Italia—Milan. Sasya menyenderkan kepalanya di bahu Arkana. Ia perlahan memejamkan matanya.

Arkana meliriknya dan tersenyum tipis lalu matanya ikut terpejam. Tetapi, matanya kembali terbuka kala Sasya mengangkat kepalanya dari bahunya. Ia menoleh ke Sasya yang terdiam. "Kenapa?" tanyanya.

Sasya menoleh dan mendongak. "Aku lapar." Jawabnya. Arkana tertawa pelan. "Mau apa, hm?"

"Aku ingin nasi goreng spesial." Arkana mengangguk dan mengangkat tangannya. Sehingga pramugari di pesawat itu mendekati mereka dan tersenyum ramah. Di saat pramugari itu ingin bicara. Arkana lebih dulu membuka suaranya.

"Nasi goreng spesial dan minumannya ice choco." Pramugari mengangguk mengerti. Ia pamit dan pergi.

Sasya mengerjapkan matanya. Baru menyadari sesuatu. "Kamu tau minuman kesukaan aku? Terus memangnya ada ice choco di pesawat ini?" tanya Sasya. Arkana tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Ia kembali memejamkan matanya.

MAFIA & CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang