BAB 14 : BANGUN?

2.3K 102 1
                                    

Dua hari pun berlalu, hubungan Sasya dengan Aksa menjadi lebih baik dan cukup dekat. Bahkan Aksa selalu datang sambil membawa makanan kesukaan Sasya, yaitu mie ayam. Kini, Sasya habis memakan mie ayam yang di bawa mertuanya. Mereka berdua tampak berbincang ringan, membicarakan bisnis. Dua jam sudah berlalu.

Aksa semakin menyukai Sasya, menantunya ini sangat pintar soal bisnis. Jadi membicarakan bisnis seperti ini sangatlah menyenangkan dan tidak membosankan. Sasya yang juga suka soal bisnis pun jadi merasa senang dan tidak bosan.

“Daddy sungguh ingin bekerjasama dengan perusahaan aku?” Tanya Sasya kaget. Ia tau kalo perusahaan mertuanya sangatlah besar dan berbeda jauh dengan perusahaan nya yang tidak terlalu besar.

“Tentu saja, mana mungkin menantuku yang memiliki perusahaan juga tidak aku ajak kerjasama? Aku benar-benar jahat jika tidak melakukannya.” Sasya tersenyum lebar. Ia mengangguk semangat kala Aksa mengulurkan tangannya sebagai persetujuan atas kerjasama mereka. Sasya pun membalasnya. Mereka berdua bersalaman.

“Apakah kalian sudah selesai mengobrol?”

Deg

Sasya dengan gerakan kaku menoleh ke arah suaminya. Ia langsung berdiri kala melihat Arkana telah membuka matanya. Tatapan nya datar. Tampak tidak suka melihat Sasya asik mengobrol dengan Daddy nya dan tidak menyadari bahwa suaminya sudah bangun.

“Kamu jahat, gak sadar aku bangun.” Rajuknya. Sasya berlari pelan dan menubrukkan tubuhnya pada Arkana yang langsung tersenyum lebar kala di peluk begitu erat oleh Istrinya.

“Sayang…” Isak Sasya.

“Maaf, aku membuatmu menunggu lama.” Arkana memeluk Sasya erat. Ia mengecup pucuk kepala Sasya.

Aksa tersenyum tipis melihatnya. Ia berjalan maju mendekati mereka dan memencet tombol yang berada di dekat brankar Arkana. Tombol yang berguna untuk memanggil Dokter.

•••

“Jadi, sejak kapan kamu dekat dengan Daddy?” Tanya Arkana setelah ia selesai di periksa, dan Daddy nya sudah pulang. Jadi, hanya ada mereka berdua.

“Sejak kamu koma,” jawab Sasya santai. Ia menyodorkan sendok yang berisi bubur ke Arkana yang sudah membuka mulutnya. Sambil mengunyah, Arkana kembali berkata.

“Sepertinya kamu senang di dekat Daddy dibanding di dekat aku.” Sasya melotot mendengarnya. Ia memukul pelan bahu suaminya itu.

“Jangan ngomong yang aneh-aneh, kamu satu-satunya cowok yang bikin aku paling nyaman setelah Papah aku.” Wajah Arkana yang pucat langsung memerah. Laki-laki itu menerima suapan Sasya.

Ia ingin tersenyum tapi di tahan. Kedua sudut bibirnya sudah berkedut tapi Arkana berusaha menahannya. Ia ingin masih pura-pura ngambek pada Istrinya.

“Gak usah di tahan kalo mau senyum, dasar bayi gede.” Spontan Arkana melotot, sedangkan Sasya sudah tertawa geli.

“Kok kamu tau?”

“Wajah kamu gak bisa bohong, Arkana.”

“Curang, padahal aku pengen kamu bujuk aku.” Cemberutnya. Arkana kesal karena ia jadi laki-laki yang murahan, yang gampang senang atau luluh setiap Sasya berkata sedikit manis padanya.

“Kamu gak suka aku dekat dengan Daddy?” Tanya Sasya sendu. Arkana terlihat ragu untuk menggeleng. Sebenarnya ia cukup senang melihat Sasya akrab dengan Daddy nya. Tapi, ia masih membenci Daddy nya. Ia masih belum bisa memaafkan kelakuan Daddy nya yang benar-benar di luar batas. Masih terbayang bagaimana ia melihat secara langsung Daddy nya sedang berpelukan dengan Tevy di saat Mommy pergi untuk selamanya. Ia…masih belum bisa memaafkan dan melupakan itu semua.

MAFIA & CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang