BAB 6 : PULANG

3.8K 117 1
                                    

Sudah seminggu Sasya dan Arkana di Italia. Sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang. Pukul sebelas malam mereka tiba di rumah. Setelah makan malam pun Sasya dan Arkana segera tidur untuk istirahat agar besok pagi mereka bisa beraktivitas dengan segar.

Keesokkan harinya, Sasya sedang bersiap-siap untuk ke kantornya. Ia sudah bangun dari pukul empat pagi, untuk olahraga sejenak dan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suaminya.

Setelah sarapan selesai, buru-buru ia mandi. Satu jam berlalu, Sasya sudah siap. Ia membangunkan suaminya yang masih menyelami mimpi.

"Arkana!" serunya dan terus menggoyangkan bahu Arkana. Tak kunjung bangun, Sasya pun mendekatkan dirinya ke tubuh Arkana dan berbisik, "Sayang, bangun!"

Spontan Arkana bangun. Wajahnya memerah dan melotot ke arah Sasya yang sedang menatap nya datar. "Ayo bangun, katamu tadi harus berangkat pagi karena kamu ada jadwal mengajar pagi," ujar Sasya dan keluar kamar. Meninggalkan Arkana yang masih belum bangun sepenuhnya.

"Sayang? Tadi dia memanggilku begitu, bukan?!" Arkana langsung menutup wajahnya dengan telapak tangan nya yang besar. Ia berucap lirih. "Sasya..."

Sejam lebih kemudian Arkana turun dari kamar dan tersenyum ceria ke Sasya yang menunggunya untuk sarapan bersama. Ia menatap hidangan tersebut berbinar. Kebaikan apa yang sudah ia lakukan sampai ia mempunyai istri yang begitu mengagumkan?

Sebelum duduk Arkana mengecup pipi istrinya dan mengucap selamat pagi. Di balas hangat dengan senyuman Sasya.

Selesai makan, Arkana dan Sasya segera ke tempat kerjaan mereka masing-masing. Kali ini, Sasya di antar oleh Arkana. Padahal Sasya sudah bilang ingin naik mobil sendiri, tapi Arkana tidak memperbolehkan, ia ingin mengantar dan menjemputnya.

Jadi, lebih baik Sasya menurut. Lagi pula, ia ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan suami mafianya itu.

"Jadi, dosen hanya kerja sampinganmu saja?" tanya Sasya dan melirik pakaian Arkana yang begitu rapih. Sangat tampan. Entah Sasya melakukan kebaikan apa sampai ia mendapatkan suami yang begitu tampan.

"Iya, agar tidak di curigai. Walaupun itu cukup melelahkan karena dosen sangat menguras tenaga dan otak," jawab Arkana pelan. Sasya terkekeh pelan. Tentu saja Arkana jadi meliriknya heran. "Kenapa, hm?"

"Lagian kerja sampingan kamu dosen, di tambah lagi kerja sebenarnya kamu mafia, itu udah sangat melelahkan," jawab Sasya sambil tersenyum tipis.

Arkana terkekeh geli mendengarnya. "Aku tau, tapi hanya itu yang lumayan gampang. Aku tidak ingin menjadi ceo. Lebih baik dosen, bukan?" Perlahan Sasya mengangguk setuju. Ia kembali bertanya sembari menunggu sampai di kantornya.

"Aku selalu ingin bertanya tentang ini, kenapa kamu menjadi bos mafia? Aku tau ini sedikit menyinggung, tapi... aku bingung kenapa kamu bisa menjadi bos mafia di umur kamu yang terbilang muda dan kamu ingin menjadi bos mafia."

Tepat sekali sedang lampu merah sehingga Arkana bisa menatap Sasya lama. "Kakekku dulu seorang bos mafia, tapi dia meninggal di umurku yang ke tujuh belas tahun, jadi aku yang memang akan menjadi penerus kakekku harus menjadi bos mafia jauh lebih cepat. Aku mau jadi bos mafia juga bukan karena paksaan. Tapi, karena aku ingin membalas budi ke Kakek dan Nenek. Mereka sangat berjasa dalam hidupku, sayang," jelas Arkana dan kembali menjalankan mobilnya ketika lampu sudah berubah berwarna hijau.

Sasya menunduk mendengarnya. Sepertinya ia tidak bisa menyuruh Arkana keluar dari pekerjaan nya. Sebenernya ia bertanya seperti itu juga ingin tau apakah Arkana terpaksa atau tidak. Ia sangat khawatir dengan Arkana. Pekerjaan nya mempertaruhkan nyawanya.

Walaupun ia tau Arkana kuat. Namun, tetap saja ia takut. Ia tidak ingin jadi janda muda!

Arkana yang melihat Sasya menunduk itu perlahan tersenyum dan mengusap rambut Sasya lembut. "Tenang saja, aku akan menjaga diriku dengan baik. Kamu tidak perlu khawatir." Perlahan Sasya mendongak.

MAFIA & CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang