BAGIAN 4 : LIBURAN (2)

4.2K 135 3
                                    

Sasya tersenyum puas. Ia menatap bangga hidangan makanan yang baru saja dia buat. Perempuan cantik itu mengambil ponselnya yang berdering lembut.

Menatap layar nya yang menunjukan nama Arkana. Membuat senyumannya semakin lebar. Dengan semangat ia mengangkat panggilan itu.

"Sayang, aku malam ini tidak bisa pulang, jadi maaf tidak bisa menemanimu malam ini," ujar Arkana. Pipi Sasya sedikit memerah kala mendengar kata 'sayang'.

"Sasya?"

"Ah... ekhem... ya, tidak pa-pa. Jaga dirimu baik-baik." Akhirnya setelah satu menit Sasya diam, ia membuka suaranya. Sasya menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Arkana. Sasya tersenyum tipis. "Ya, I'm fine."

"Oke. Selamat malam."

"Hm, malam. Se-semangat ...." cicit Sasya di akhir kalimat. Ia mematikan ponselnya kala panggilan terputus. Ia menatap hidangan makanan itu sendu.

Apakah ia bisa menghabiskan semuanya sendirian? Para pelayan sudah ia suruh untuk tidur. Agar ia bisa menikmati waktu berdua dengan suaminya. Tapi, memang semuanya tidak selalu sesuai ekspektasi.

Sasya menarik kursi dan duduk. Tidak pa-pa, ia bisa panaskan makanannya buat sarapan. Jadi tidak mubazir. Dengan tenang, Sasya makan, makanan yang dia buat.

Keesokan harinya. Jam 04.00 Pagi. Arkana masuk ke dalam kediamannya. Ia buru-buru ke lantai atas, menuju kamarnya. Ia sangat merindukan Sasya.

Dengan pelan ia membuka pintu kamarnya, agar tidak membangunkan istrinya. Senyum nya mengembang kala melihat Sasya sedang tidur dengan tenang. Setelah itu, ia menutup pintu kamar nya dengan pelan lagi.

Laki-laki tampan itu membuka jasnya dan berjalan masuk ke dalam ruang ganti. Setelah berganti pakaian. Ia berjalan tanpa suara ke tempat Sasya tidur. Mengecup kening Sasya lembut. Mengusap pipi Sasya dan menatap wanitanya dalam.

Sejak kapan ia jadi begitu menyukai menatap wajah yang selalu tanpa ekspresi itu? Sejak pertama kali bertemu Sasya, ia sudah cukup tertarik. Dan ketika ia bertemu dengannya setiap hari, mengobrol. Anehnya, perasaan nya selalu tenang ketika mengobrol dengan Sasya.

Mungkin karena Sasya tidak pernah menatapnya dengan tatapan yang sama seperti perempuan di luar sana yang menatap nya haus sentuhan.

Neneknya itu memang paling tau yang terbaik untuk cucunya ini. Arkana menyatukan keningnya dengan kening Sasya. "Aku...tidak pernah menyesal menerima perjodohan ini, Sasya. Terima kasih karena sudah menerimaku apa adanya. Aku kira... ketika kamu mengetahui aku adalah seorang bos mafia, kamu akan pergi dan tidak jadi menikahiku," gumamnya sambil mengangkat kepalanya.

Menatap Sasya yang masih tertidur lelap dengan tatapan teduh.

"Aku... bersyukur kamu tidak pergi," gumamnya. Ia menatap bibir Sasya. Laki-laki itu memejamkan matanya dan mengecup bibir Sasya sekilas. Kemudian, ia berjalan memutari ranjang nya dan naik ke ranjang nya itu.

Merebahkan tubuhnya yang lelah. Ia berbaring menghadap Sasya dan menarik tubuh kecil Sasya lembut. Lalu, ia memeluknya dengan erat. "Aku... tidak akan pernah melepaskan kamu, Sasya." Arkana mengecup puncak kepala Sasya. Dengan perlahan ia memejamkan matanya. Menyusul Sasya menyelami mimpi.

°°°°°°°

Arkana menganga kaget melihat Sasya menaruh beberapa makanan ke atas meja. "Ini semua makanan yang kamu masak tadi malam?" tanya nya. Rasa bersalah semakin membesar kala melihat begitu banyak makanan yang dimasak Sasya untuknya tadi malam.

MAFIA & CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang