BAB 20 : KENYATAAN PAHIT

2.2K 83 0
                                    

“Kondisinya sudah jauh lebih stabil, Arkana. Jadi lebih baik kamu pulang dan istirahat.” Arkana menggeleng, ia menggenggam erat tangan istrinya.

Sesekali ia mengecupnya. Tantenya mengusap bahu Arkana sebentar, “jika kamu juga sakit, kamu tidak akan bisa melihat Sasya bangun lho.”
Arkana menghembuskan nafasnya, “saya gak mau meninggalkan Sasya, saya mau di sampingnya sampai dia bangun.”

“Tap—”

“Tante tenang saja, saya akan baik-baik saja.”  Akhirnya sang Tante mengangguk pasrah. Lalu, ia pamit pergi keluar untuk membeli makan malam.

Kini, hanya ada mereka berdua. Arkana menatap istrinya yang masih memejamkan matanya. “Sayang, kapan kamu bangun? Kamu tidak merindukan aku? Sudah hampir seminggu kamu belum sadar juga. Aku sangat merindukanmu,” lagi, ia menciumi tangan Sasya. Air matanya kembali jatuh, entah kenapa ia jadi sangat lemah jika menyangkut istrinya.

“Sayang…bangun…” rengeknya. Ia memejamkan matanya sejenak dan kembali terisak. Dadanya terasa sesak. Ia takut, ia takut istrinya tidak bangun lagi. Apa…ini yang di rasakan Sasya sewaktu ia koma?

“Sayang…” lirihnya.

“Iya?”

Deg

Arkana langsung mendongak dan menatap istrinya yang sedang tersenyum hangat padanya. Laki-laki itu bangun dari duduknya dan segera memencet tombol yang memanggil dokter. Setelah itu, ia langsung menangkup pipi istrinya. “Sayang…apa kamu pusing? Sebentar lagi dok—”

“Arkana…” kedua mata Sasya berkaca-kaca, tangannya dengan sangat perlahan mengusap pipi suaminya.

“Kita…kehilangan bayi dalam kandungan aku, kan?” Tanya Sasya dengan dada yang terasa sesak.
Arkana dengan susah payah mengangguk. Ia menyatukan keningnya dengan kening istrinya. “Maafkan aku, ini salahku Sasya. Aku…yang menyebabkan mereka menyerang ki—”

“Sssttt…tidak pa-pa, wajah kamu pucat Arkana, kamu sakit?”
Arkana menggeleng, ia langsung memeluk istrinya erat. Tubuhnya bergetar, lega. Ia sangat lega Sasya tidak marah padanya. Tidak membencinya.

Sasya tersenyum sendu dan membalas pelukan suaminya itu, ia dengan lembut mengusap punggung suaminya. Perlahan-lahan matanya mulai memberat, ia kembali memejamkan matanya tanpa di sadari oleh Arkana.

Saat dokter datang, Arkana baru tau istrinya kembali memejamkan matanya. Ia mulai panik, “dia hanya tidur,” seketika Arkana langsung duduk di sofa dengan perasaan lega.
Ia tersenyum tenang. “Syukurlah…”

Laki-laki itu pun memberitahu pada Tante dan Om Sasya, lalu ia juga menghubungi Nenek dan Aksa. Raut wajahnya sangat berseri. Seketika rasa lelah hilang begitu saja. Ia jadi segar. Laki-laki itu terlihat sangat senang. Luar biasa senang.

•••

Sebulan kemudian.

Arkana menuntun istrinya untuk berjalan. Kedua mata Istrinya sedang ditutupi kain, sekarang Arkana ingin memberikan surprise istrinya.

Sasya hanya bisa pasrah mendapatkan perlakuan seperti ini. Ia mulai tidak kaget dengan tingkah suaminya ini. “Sudah sampai!” Seru Arkana senang.

Lalu, dengan gerakan lembut, ia membuka kain yang menutupi istrinya. Dengan perlahan ia mundur dan langsung mengambil kue.

Sedangkan Sasya menatap sekitarnya kaget, banyak balon dan bunga mawar di sekitar mereka. Apalagi di sekitar mereka sangat terang, sekarang sedang malam. Jadi, di luar tempat ini lumayan gelap.

“Ar,” ia menoleh kebelakang dan menutup mulutnya karena terkejut dengan Arkana yang sedang membawa kue dan tersenyum padanya. “Ini…”

Happy Anniversary, my wife!” Seru Arkana. Ia berjalan beberapa langkah hingga dia cukup dekat dengan istrinya.

MAFIA & CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang