¤¤¤
Jarrel terbatuk-batuk saat banyaknya debu di buku-buku berterbangan di sekitarnya, ini sudah jam istirahat dan Jarrel kembali ke perpus saat pagi tadi belum selesai juga beres-beres.Jarrel mengusap dadanya saat merasa nyeri ketika batuk. Memar di dadanya pasti penyebabnya, hingga membuat anak itu meringis kecil.
Jarrel duduk di lantai perpus dan menyender pada rak buku.
"Sial, mana masih banyak lagi" Ujar Jarrel saat melihat satu rak lagi yang masih begitu berantakan.
Jarrel mengusap perutnya yang berbunyi, karena mengurus hukumannya anak itu tak sempat ke kantin, hanya sarapan tadi pagi ia makan.
"Gara-gara Bu Tini nih, cacing-cacing di perut pada lapar" Gumam Jarrel.
Anak itu bangkit dari duduknya, menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Ayo Rel semangat" Ujarnya dengan mengepalkan kedua tangannya.
Jarrel mulai menyusun rak satunya lagi, mulai dari ujung kiri ke ujung kanan. Hampir semua buku di rak berantakan, tidak di kembalikan ke tempatnya dengan benar.
Jarrel dengan sabar merapikannya, agar cepat selesai dan ia bisa pergi dari tempat ini, sungguh debu yang menempel di buku membuatnya sesak.
•••
Jarrel tersenyum pelan menuju gerbang, anak itu lega saat tadi ia ke perpus bersama Bu Tini, syukurlah Bu Tini puas dengan hukuman Jarrel. Jadi anak itu bebas dan bisa pulang seperti biasa.
Langkah kaki Jarrel berhenti di dekat gerbang.
"Pak bentar, aku mau jajan itu dulu" Seru Jarrel pada supirnya yang menunggunya, lalu anak itu malah berjalan ke sisi gerbang yang terdapat beberapa pedagang pinggiran yang nangkring.
Jarrel membeli sepuluh tusuk telur gulung, ia lapar jadi beli banyak.
Tak lama Jarrel berjalan kembali ke mobil, wajahnya berseri saat memakan telur gulungnya dengan nikmat.
"Bapak mau?" Tawar Jarrel pada sang supir.
Pria dewasa itu menggeleng pelan dan tersenyum tipis. Jarrel mengangguk lalu naik dan duduk dengan tenang, mulutnya terus mengunyah telur gulungnya hingga tusukan terakhir.
•••
Sore hari tiba dengan hujan yang juga turun. Jarrel baru saja selesai mandi sore dengan air hangat, rasanya nyaman.
Jarrel melirik jam dinding, sudah mau jam enam sore Bibi Art pasti sudah pulang ke rumahnya.
Jarrel memasuki area dapur, lalu mengambil panci kecil untuk merebus air. Lalu Jarrel ambil gelas bening di dalam lemari alat makan.
Jarrel menurunkan dua toples bening kecil dari atas lemari kabinet dapur. Anak itu lantas menyicip isinya.
"Iuhhh asin" Ujar Jarrel saat mencoba toples pertama isinya garam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAWA [END]✔
General FictionCandramawa yang berarti Hitam bercampur Putih. Lalu keduanya bercampur dan menghasilkan abu-abu netral, dalam artian Jarrel tak selalu bahagia seperti Hitam, namun tak juga bahagia sepenuhnya seperti Putih. ⚠️ENDING ADA DI KARYAKARSA⚠️ Awal: 11 Nov...