Bagian 21

3.7K 150 8
                                    

¤¤¤⚠️JANGAN LUPA BACA YG DIBAWAH⚠️¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤
⚠️JANGAN LUPA BACA YG DIBAWAH⚠️
¤¤¤

Jarrel jatuh terjerembab di lantai koridor, anak itu baru saja ingin menuju kantin, namun naas saat melewati kelas Dito dan Paul, keduanya malah dengan sengaja mencekal kaki Jarrel dengan kaki mereka.

Suara tawa murid-murid membuat Jarrel merasa malu. Anak itu langsung bangun dan pergi begitu saja, meninggalkan rombongan Dito dan murid-murid lain yang menertawakannya.

Jarrel berjalan menuju deretan stan makanan di kantin. Anak itu memutuskan membeli roti isian coklat dan juga cookies coklat yang bulatnya selebar donat, tak lupa Jarrel beli juga sekaleng susu milo.

Jarrel itu tidak tuli, telinganya berfungsi dengan baik. Anak itu bahkan bisa mendengar bisikan dari murid-murid di belakangnya.

Namun Jarrel itu dasarnya kadang bodoamat, jika ada yang membicarakannya, Jarrel akan diam selagi yang diomongin tidak begitu penting baginya. Walau pun kadang ada sedikit rasa sakit hati yang anak itu rasakan.

Setelah membayar jajanannya, Jarrel memilih memakannya di taman samping, anak itu duduk di kursi taman sambil memakan cookies coklatnya. Jarrel pandang langit siang ini yang cerah, seperti tak ada tanda-tanda akan hujan.

Lalu mata anak itu beralih menatap sekitar, ada banyak murid yang memilih beristirahat di taman sepertinya, bedanya Jarrel sendiri sedangkan yang lain bersama teman-teman mereka.

Jika di tanya apakah Jarrel tidak ingin punya teman, anak itu akan menjawab ia juga ingin. Setidaknya satu orang yang bisa berteman dengannya, tulus tanpa niat lain di belakangnya. Namun Jarrel selalu sulit mendapatkan itu, sekalinya dapat modelannya kaya Dito dan Paul, siapa coba yang betah di porotin.

Jarrel terkekeh miris memikirkan itu, murid-murid sering membicarakan Jarrel soal ini. Soal bagaimana dirinya yang tidak punya teman, tak jarang Jarrel dengar perkataan murid lain tentangnya dan merasa kasihan terhadapnya. Dan itu membuat Jarrel terkadang bisa sakit hati, Jarrel benci di kasihani, walaupun faktanya anak itu memang terlihat suram karena selalu sendirian di sekolah. Bahkan dengan teman sekelasnya saja anak itu bicara seperlunya saja, Jarrel sebenarnya mau-mau saja bicara dengan teman sekelasnya, hanya saja melihat respon teman sekelasnya yang minim membuat Jarrel juga jadi sungkan bergaul dengan teman-temannya yang terkenal pintar-pintar itu.

Jarrel menunduk menatap tangannya yang memegang plastik cookies yang sudah habis ia makan.

"Apa home schooling aja ya?" Gumam Jarrel pelan.

Sekelebat sekolah di rumah mampir di benaknya.

Jarrel memgangguk-angguk kecil, entah apa yang anak itu bayangkan hingga berpikir ingin home schooling.

CANDRAMAWA [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang