11. ZERO

501 10 0
                                    

𝐓𝐘𝐏𝐎 𝐁𝐄𝐑𝐓𝐄𝐁𝐀𝐑𝐀𝐍 𝐃𝐈𝐌𝐀𝐍𝐀-𝐌𝐀𝐍𝐀!!
.
.
.
.
𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐈𝐍𝐆

"Apa maksud kamu aldian zero alfatah"

Suara berat itu berhasil membuat ibu dan anak itu menoleh ke sumber suara dan ternyata itu adalah fatah yang saat ini sudah kelihatan bahwa dirinya sedang menahan amarah.

Sepertinya fatih sudah mendengar semua apa yang zero dan widya ucapkan tadi, itu sebabnya wajah merah menahan gejolak amarah itu sudah muncul  di wajah fatih.

"Papah.. " Gumam zero

"Katakan sekali lagi kepadaku aldian zero alfatah" Dingin fatih menatap sang anak

Tak ingin membuat fatih tambah marah zero menceritakan semua dari awal, baru sampai tengah cerita..

Bugh.. Bugh..

Dua pukulan di layangkan fatih kepada zero yang diam saja tanpa niat menghindari atau pun membalas. Tak hanya itu saja, fatih bahkan memukul zero beberapa kali lagi hingga wajah tampan zero kini berubah dengan tato yang sudah di buat dengan alami oleh ayahnya sendiri.

Zero sudah babak belur di tangan fatih, widya yang melihat itu hanya bisa dia dan menangis. Percuma saja jika widya menyuruh fatih untuk berhenti memukuli anaknya itu.

"Papa tidak pernah marah bahkan memukuli kamu waktu kamu pulang dengan keadaan babak belur" Kata fatih yang masih mencambuk punggung zero yang sudah polos tanpa baju

"Papa tidak melakukan itu karna itu hal yang wajar bagi anak remaja seusia kalian" Tambah fatih yang masih dengan kegiatan mencambuk punggung anaknya

"Papa sudah cukup!! Kasian zero, dia kesakitan" Ujar widya mencoba memberhentikan suaminya, karna menurutnya itu semua sudah cukup untuk zero.

Zero tampak sudah seperti korban pembegalan dengan keadaan seluruh tubuh yang di penuhi dengan lebam dan darah yang mengalir dari hidungnya.

Merasa zero tak bergerak widya mengecek keadaan zero. Tapi nihil, zero sama sekali tidak merespon apa yang widya lakukan kepadanya. Persetan dengan rasa kecewanya terhadap sang anak kini sepasang suami istri itu sudah membawa zero ke rumah sakit agar mendapat penanganan.

"Selamatkan anak saya dokter" Pinta widya pada dokter yang akan menangani keadaan zero

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin" Balas dokter itu lalu masuk ke ruang dimana zero berada

"Anak ku hiks.. " lirih widya dengan memeluk fatih

"Anak kita bukan anak yang lemah" Kata fatih mencoba menguatkan widya

Memamb benar adanya, mau se-kecewa apapun kepada sang anak ibu akan tetap khawatir jika anaknya terluka meski itu hanya goresan saja.

Ditempat lain tepatnya di kediaman tanubaharja

Setelah mereka selesai makan malam kini mereka sudah singgah di kamarnya masing-masing. Tidak ada obrolan setelah makan seperti biasanya.

Saat ini zira yang lagi berada di kamarnya pun merasa aneh dengan dirinya belakangan ini. Dimana dirinya yang sering lelah, keadaan mood yang berantakan, dan yang paling aneh menurutnya adalah kejadian siang tadi diamana tiba-tiba saja zira ingin sekali memukuli wajah tampan althan tanpa ada sebab yang jelas.

Saat asik memikirkan itu mata zira tak sengaja melihat kalender. Tangannya langsung saja mengambil kalender tersebut dan melihat tanggal yang ada di sana.

"Seharusnya seminggu yang lalu gue udah dapet, tapi ini kenapa belum? Mana telatnya hampir tiga minggu lagi" Gumam zira saat menyadari jika dirinya sudah telat datang bulan hampir tiga minggu

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang