" kamu beneran mau pergi? Ninggalin aku?"
Seminggu kemudian. Aku akhirnya mengabari Karin lewat nomor telepon virtual jika aku benar-benar akan pergi dari Indonesia selamanya. Aku bilang aku akan pindah ke negara paling terpencil di dunia , dan aku mungkin tidak akan kembali lagi hingga 10 atau 20 tahun yang akan datang. Ia sempat terdiam
" aku pengen ketemu kamu. Seenggaknya sekali lagi sebelum kita pisah "
Aku menyetujuinya. Kami berencana malam itu juga di Mall pertama dan terbesar di Kota Mandala , Plaza Langit Biru, yang diatasnya terdapat hotel milik PT Langit Biru. Aku akan terbang ke Hong Kong tengah malam itu , lalu transit beberapa jam dan melanjutkan penerbangan ke sebuah pulau tak dikenal dengan pesawat perintis. Jadwal penerbangan ke pulau itu tidak tetap tergantung pembeli dan cuaca yang sering berbahaya bagi penerbangan. Wajar saja jika negara tersebut tidak populer bahkan banyak yang tidak tahu keberadaannya. Di sana aku akan memulai hidup baru dan mungkin menikah dengan wanita mana pun yang aku mau
Aku check out dari hotel dan sempat mampir ke hotel El Classico sore itu untuk berpamitan dengan Mami. Aku masuk ke ruangan beliau dan saat itulah aku juga bertemu dengan pemilik hotel itu sendiri , Tuan Mori , pemimpin keluarga Mori, Raksasa Jepang yang bergerak di bidang Pariwisata. Beliau sudah lama berbisnis di Indonesia namun sangat bertentangan dengan Agung Mandala Putra. Di samping semua itu, keluarga Mori mengirim karangan bunga di pemakaman Agung Mandala Putra. Kami berjabat tangan dan Tuan Mori mengatakan ia punya telinga jika kami akan bertemu lagi.
Aku juga berpamitan dengan gadis-gadis di sana. Mereka bilang Karin baru saja berhenti dan mereka mengira ia akan ikut denganku pindah keluar Indonesia. Aku bilang aku pergi sendiri dan aku tidak tahu jika Karin berhenti. Kami semua berpelukan dan aku pun segera pergi dari hotel itu. Seperti seorang sales aku membawa koper kecil bersamaku dan naik taxi ke Mall.
Aku menunggu di sebuah kedai ramen di foodcourt Mall. Aku tiba jam setengah 7 dan kami berjanji bertemu jam 7 malam. Foodcourt itu perlahan sepi dan semakin sepi. Jam setengah 8 Karin pun muncul dan kami saling bertatap-tatapan satu sama lain. Ia berlari dan aku langsung memeluknya
" Awan..."
" Karin...."
" aku nyesel kamu harus pergi "
" aku tahu. Maafkan aku Karin. Ini pilihanku "
Ia pun meneteskan air mata.
" aku mau jujur Awan , aku ..... aku gak mau kamu pergi.... aku mohon "
Aku peluk erat tubuhnya dan sambil mengusap pelan punggungnya aku berbisik
" kenapa? "
Dan saat itu juga SatJaring muncul dari tangga eskalator dari parkiran mobil dan dari tangga darurat. Bahkan beberapa pelanggan dan pemilik foodcourt ternyata adalah SatJaring yang menyamar. Mereka mengeluarkan senjata dan langsung mengepungku. Empat drone anti huru hara diluncurkan dan membidik kepalaku.
" karena aku sudah buat janji sama Ryan. "
Karin pun tersenyum licik. Aku terkejut dengan apa yang terjadi.
" tidak mungkin"
Gumamku. Ryan pun muncul dan langsung bertepuk-tepuk tangan sambil tersenyum licik
" Bravo teman-teman. Bravo"
Bahkan Jancuk dan rekan-rekannya yang menyerbu Filipina ikut mengepungku. Riwayatku tamat.
" aku kasian sama kamu Awan. Di dunia ini gak ada yang benar-benar sayang sama kamu. Cinta ama kamu. Bahkan keluarga kamu udah sangat membenci kamu. Untuk sesaat aku pengen kamu mengira aku cinta sama kamu aku sayang sama kamu karena aku tahu di atas dunia ini, udah gak ada lagi yang cinta sama kamu. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripper 🔞
Teen Fiction18+ baca kalau sudah cukup umur ya Cerita ini penuh adegan sex dan kekerasan jadi ga cocok buat sebagian pembaca