" aku pulang "
Sore itu aku pulang ke apartemen. Karin menunggu di sana. Ia berdiri, menatapku dengan tatapan kesal , lalu mendekat dan menamparku dengan keras
" kamu gak tahu apa aku khawatir beberapa hari ini karena mikirin kamu? Apa kamu pernah mikirin aku? "
" maafin aku Karin"
Aku bilang padanya belakangan aku dihantui rasa takut. Aku takut seseorang tiba-tiba membunuhku atau menangkapku dan menyiksa seumur hidup.
" mereka lagi?"
Aku mengangguk. Namun sekarang aku lebih tenang karena aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan dan siap dengan setiap resikonya.
" aku ada di sini Awan. Kamu bisa cerita "
Aku tersenyum dan langsung memeluknya
" terima kasih Karin "
Aku bingung apakah aku harus bercerita pada Karin tentang semua masalahku seperti dulu. Entah kenapa aku memilih sendiri , menghindari semua orang , berusaha menyelesaikan sendiri. Atau lari.
Aku memindai semua perangkat Karin dan tidak menemukan apa pun yang mencurigakan. Aku mungkin dapat memperkirakan bagaimana Rian bisa melacakku dengan banyak cara. Bisa dengan peretasan, bisa juga dengan membayar profesional untuk melacakku, dan cara lain yang tidak aku. Intinya, aku cukup bodoh dengan menganggap beberapa aplikasi murahan dapat menyelamatkanku dari SatJaring dan semua orang yang mengejarku. Kudekap dia, dan kulumat pelan bibirnya. Ie pejamkan matanya , dan membalas cumbuan bibirku dengan pelan dan penuh perasaan.
Kami saling melucuti pakaian. Ia merebahkan tubuhku di atas kasur , menindih tubuhku dan cumbuannya mulai bertambah liar. Kuselipkan jemariku di bibir vaginanya dan mulai menggosoknya sambil terus mencumbu bibirnya. Lidah kami saling beradu dan bibirnya terus melahap liar bibirku tanpa ampun.
" nggghh oohhhh ahhhh "
Kami langsung ke permainan utama. Karin menggenjotkan memeknya dengan irama yang ganas. Desahannya melengking ke seluruh ruangan. Kugenggam buah dada dan membalas genjotannya dengan nafsu. Ia dekatkan wajahnya dan kami pun bercumbu liar sambil terus saling menggenjot satu sama lain.
Kami berganti posisi. Karin menungging di atas sofa dan aku menggenjot vaginanya dari belakang sekencang-kencangnya. Desahannya semakin keras diiringi suara selangkanganku yang menepuk-belum pinggulnya. Kupercepat genjotanku dan ikut mendesah bersamanya. Karin memekik kuat dan kami pun akhirnya keluar bersama-sama di atas sofa. Sungguh sex yang singkat tapi memuaskan.
Kami berpindah ke atas kasur. Karin menunggangi wajahku dan melahap penisku tanpa ampun dengan posisi 69. Lidahnya berkeliling menjelajah batang penisku , melumurinya dengan air liurnya. Ia kembali mendesah karena jilatan lidahku , dan bibirnya lalu tanpa ampun mengulum-ngulumi batang penisku.
Aku tahan kedua tangannya dan kembali menggenjotnya dengan posisi misionaris. Karin menggeleng-geleng kepala dan terus mendesah keras. Kami kembali bercumbu. Bibirku melahap bibirnya ganas , dan sesekali kuhisap liar lehernya. Kudekup dia , mempercepat genjotanku dan siap untuk bagian klimaks yang kedua.
Karin orgasme hebat. Kucabut penisku dari vaginanya dan mengarahkannya ke bibir manisnya. Ia buka mulutnya dan langsung melahap penisku. Ia kulum penisku , memompanya dengan perlahan tapi pasti. Sesekali ia jilat , ia kecup bagian kepalanya hingga tak lama penisku meledak di dalam mulutnya. Kucabut penisku , lalu Kukocok dan mengeluarkan sisa-sisa sperma ke wajah manis Karin.
Kami bercumbu , melakukan adegan sex berulang-ulang kali siang hari itu sampai tujuh kali. Karin akhirnya lemas dan dengan nafas terengah-engah ia mengatakan ia sudah tidak kuat kali. Kami pun tertidur. Aku terbangun jam setengah empat sore dan Karin masih tertidur karena kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripper 🔞
Novela Juvenil18+ baca kalau sudah cukup umur ya Cerita ini penuh adegan sex dan kekerasan jadi ga cocok buat sebagian pembaca