Typo bertebaran.....
.
.
" APA....!"
Jaemin Giselle bahkan seorang laki-laki yang memakai setelan jas putih pun menolehkan kepala dengan serempak ke samping kanan. Dimana ada seorang gadis yang mempunyai tinggi badan sekitar 160 cm sedang menangis menjerit menutupi wajah menggunakan kedua tangannya. Giselle hanya bisa menampilkan wajah bingung, disaat dirinya tengah was-was dengan keadaan sepupunya, ini malah ada orang yang membuat dirinya jantungan. Tapi kasihan juga gadis itu.
" jadi keadaan tunangan saya bagaimana dok..?" Giselle kembali mengalihkan tatapannya dari gadis itu, dia mencoba fokus akan jawaban yang keluar dari dokter. "tunangan mu...?"
"Winter, pasien yang mengalami henti jantung" ujar Jaemin menjelaskan lebih detail siapa Winter. Sang dokter pun menganggukan kepalanya lalu, "tunangan tidak apa-apa, detak jantungnya kembali normal, tidak ada luka serius dari hantaman kuat yang menghentak keras dadanya" Jaemin baru bisa menghembuskan nafasnya dengan lega, mengusap dadanya menggumamkan kata syukur beberapa kali. "Lalu, bagaimana dengan sepupu saya dok..?" Sekarang giliran Giselle yang mendesak dokter untuk segera memberitahu keadaan Karina saat ini juga.
" keadaaan sepupu anda..."
" Karina, sepupu saya Karina yang babak belur dihajar sama cowok cupu ini" Giselle menjelaskan sembari menyindir Jaemin yang berada tidak jauh dari tempatnya berada, Jaemin yang mendengarnya pun hanya bisa mendengus kesal. "Sepupu lo aja yang lemah" ucap Jaemin sedikit membela dirinya. "Dih, situ kali. Cowok kok pukul cewek, ganti aja burungnya jadi lubang" mendengar penuturan Giselle yang semakin memojokkan dirinya, membuat Jaemin hanya bisa mengepalkan kedua telapak tangannya, Jaemin tidak mungkin memukul Giselle disini bukan?.
" saudari Karina hanya mengalami luka lebam dan goresan diluar tubuhnya saja, selama pemeriksaan berlangsung, tidak terdeteksinya luka dalam, mudah-mudah untuk kedepannya Karina tidak mempunyai efek samping yang membuat tubuhnya kesakitan"
Akhirnya Giselle bisa bernafas dengan teratur, sepupu bodohnya itu membuat dirinya takut setengah mati, apalagi disaat Giselle melihat Karina dipukuli secara babi buta oleh Jaemin tetap didepan mata kepalanya sendiri.
"syukurlah jika seperti itu" sang dokter menganggukan kepalanya, menepuk bahu Giselle dan Jaemin secara bergantian sambil berkata "mereka baik-baik saja, kalian bisa melihat mereka untuk memastikan apakah pertanyaan saya benar atau tidak"
"baiklah dokter terimakasih atas bantuannya" dokter itu pun tersenyum lalu "sama-sama Jaemin, lain kali jangan seperti itu lagi, memukul wanita" ucap dokter itu kemudian, hal itu membuat Jaemin menundukan kepalanya menahan malu dan marah. Giselle yang berada di samping tubuh tingginya pun hanya bisa tertawa meskipun pelan tapi cukup membuat Jaemin semakin menundukan kepalanya menatap lantai dingin rumah sakit.
" bisa menjenguk sekarang dok..?" Tanya Giselle kemudian, "sebentar lagi, setelah mereka berdua dipindahkan ke ruang rawat" Giselle menganggukan kepalanya pertanda mengerti.
"Kalo begitu saya permisi" Giselle kembali menganggukan kepalanya untuk yang kedua kalinya, "terimakasih dokter"
Sang dokter itu pun mulai melangkahkan kedua kakinya menjauhi Giselle dan Jaemin yang masih berdiri di depan pintu gawat darurat.
Tidak lama kemudian, pintu ruang UGD pun terbuka, menampilkan satu ranjang yang didorong oleh dua perawat mulai keluar dari ruang gawat darurat. Dan ternyata orang yang sedang tidak sadarkan diri di atas brangkar tersebut adalah Karina. Giselle mendekat untuk melihat Karina, memastikan perkataan sang dokter yang mengatakan jikalau sepupunya itu baik-baik saja.