1. Nasib Buruk si Penghantar Ajal.

144 13 2
                                    

Di dunia ini, terkadang ada orang yang menyambut pagi dengan rasa lelah yang menghinggapi seluruh tubuhnya. Orang-orang dengan beban pikiran yang berat, mereka akan merasa lelah meski mereka baru saja membuka mata setelah tidur semalaman.

Park Chanyeol adalah salah satunya.

Oh.. ia bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak setiap malamnya. Bekerja keras seharian sudah membuatnya sulit terlelap karena rasa pegal di seluruh tubuhnya. Dan dia masih harus menguras tenaga dengan menghadapi mimpi buruk yang sangat sering mengganggu waktu tidurnya.

Ingatan tentang tragedi menyedihkan belasan tahun lalu selalu menjadi mimpi buruk yang terus menghantuinya. Bahkan ketika ia tengah terjaga, ingatan itu selalu mengusik ketenangan hidupnya.

Jarum jam masih menunjukkan pukul lima pagi. Kebanyakan orang di Seoul-kota tempat Chanyeol tinggal-biasanya masih terlelap pada jam ini. Namun Chanyeol yang harus mengawali hari dengan bekerja sebagai pengantar koran sudah harus bangkit dari kasur lantainya untuk bergegas melakukan pekerjaannya.

Agak aneh memang jika pada jaman modern ini, dimana orang-orang sudah lebih dimudahkan oleh gedget untuk membaca berita, tapi ada beberapa orang yang masih mau berlangganan koran harian guna memperoleh informasi. Tapi itu adalah suatu keberuntungan untuk si pemuda Park. Karena ia bisa mendapatkan uang tambahan untuk membeli asupan makanan.

Maka ia segera memasuki kamar mandi minimalis didalam kamar sewanya untuk menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Ia tak harus mandi sekarang karena masih terlalu pagi untuk membuat tubuhnya membeku oleh air dingin di musim semi. Lagipula ia akan banjir keringat setelah berkeliling kompleks perumahan guna mengantarkan koran dengan mengendarai sepeda yang bosnya pinjamkan sebagai transportasi ketika bekerja setiap paginya.

Setelah semua koran selesai diantarkan, ia akan kembali ke kamar sewanya dengan sebungkus nasi kotak yang ia beli di kedai sederhana yang terletak di ujung gang, lalu mandi kemudian sarapan dan berangkat ke perusahaan tempatnya bekerja sebagai office boy.

Itu adalah kehidupan si miskin. Si kaya tentu memiliki kondisi yang berbeda.

Sangat berbeda.

Si kaya yang dimaksud adalah seorang putra dari keluarga konglomerat. Salah satu yang terkaya di kota Seoul saat ini. Sang Tuan Muda yang terlahir dengan sendok emas di mulutnya.

Tidak seperti Park Chanyeol yang terbangun dengan lingkaran hitam di sekeliling kelopak matanya, diatas kasur lipat di dalam sebuah kamar sewa yang sempit. Nasib putra tunggal pemilik salah satu agency idola terbesar di Korea Selatan ini tentu berbanding seratus delapan puluh derajat dari si pemuda Park.

Sudah bisa di tebak, ia menempati sebuah kamar yang luasnya dua kali lipat lebih besar dari pada kamar sewa milik Park Chanyeol. Dengan ranjang King Size yang empuk serta bantal guling berisi bulu angsa yang lembut dan nyaman. Ketika ia terbangun, sinar mentari yang menerobos masuk melalui celah gorden berharga ratusan ribu Won berhasil menyilaukan indera penglihatannya.

Ia meregangkan otot-ototnya yang sedikit kaku sambil menguap lebar. Kemudian menyingkirkan selimut tebal yang membelenggu kakinya lalu turun dari ranjang untuk berjalan memasuki kamar mandi. Kamar mandi yang luasnya hanya sedikit lebih besar dari kamar sewa Chanyeol.

Bak seorang pangeran di dalam negeri dongeng, begitu ia menuruni tangga yang menghubungkan lantai satu tempat kamarnya berada dengan lantai dasar yang merupakan ruang makan, beberapa pelayan tengah sibuk mengatur meja makan dengan hidangan mewah sebagai menu sarapan majikan mereka.

Kedatangannya di sambut dengan bungkukan dari para pelayan berseragam tersebut sebagai sapaan hormat. Meski tidak terlalu suka dengan perlakuan yang kaku menurutnya, ia tetap membalas sapaan tersebut dengan anggukan kepala ringan.

On Rainy DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang