7. Nightmare

105 16 0
                                    

Rasanya baru sebentar Sehun terlelap. Tapi ia harus terbangun akibat kebisingan yang terdengar dari kamar sebelah. Itu adalah kamar yang Chanyeol tempati. Kedengarannya seperti pria itu mengigau. Maka Sehun putuskan untuk melanjutkan tidurnya tanpa perduli. Siapa saja bisa mengigau saat tidur bukan?

Ya.. siapa saja bisa mengigau saat tidur.

Tapi Sehun tak bisa mengabaikan yang satu ini. Ucapan maaf yang berkali-kali  Chanyeol ucapkan dengan nada menyesal bercampur takut itu mengusik relung hati Sehun. Pemuda Oh itu menyesalkan fakta bahwa semua kamar di vila ini tidak kedap suara.

Maka dengan tergesa Sehun keluar dari kamarnya kemudian mendatangi kamar sebelah. Ia ketuk pelan pintu yang tertutup dihadapannya. Namun tak ada respon selain igauan yang semakin keras.

"Chanyeol!"

Sehun memanggil sambil mengetuk lebih keras. Dan masih tak ada respon berarti. Ia meraih handle pintu akhirnya, berharap pria didalam sana tidak menguncinya.

Benar saja. Sehun bisa masuk kedalam kamar tanpa bersusah payah karena pintu itu tak terkunci. Ia melangkah mendekati sosok yang bergerak gelisah diatas pembaringan. Ragu untuk mendekat lebih jauh, Sehun berdiri di sebelah ranjang untuk mendapati wajah resah Chanyeol yang basah oleh keringat. Mata pria itu terpejam, namun bibirnya terus menyerukan kata maaf dengan gelisah.

Sehun benar-benar bimbang. Haruskah ia bangunkan pemuda Park itu? Atau biarkan saja seperti itu dan tak usah perdulikan? Ada rasa bersalah dan ketakutan yang menghimpit dadanya, yang menahan dirinya untuk terlibat dengan kekacauan dalam tidur pria diatas ranjang.

"Maaf.. maafkan aku.. harusnya aku ikut denganmu.. maafkan aku.."

Sehun mengumpat ketika rasa iba mengalahkan semua rasa dalam hatinya. Ia lantas mendudukkan diri di tepian ranjang dan mulai mengguncang pundak Chanyeol untuk ia bangunkan.

"Chanyeol.."

Tak perlu mengeluarkan banyak usaha. Chanyeol langsung membuka mata. Dalam remang cahaya lampu tidur, mata keduanya bertemu. Masing-masing netra mereka memancarkan kerunyaman.

"Chan-"

Panggilan Sehun terpotong. Tubuhnya ambruk diatas Chanyeol dengan kedua lengan pria itu yang memeluknya erat.

"Jangan mati! Jangan tinggalkan aku sendiri! Maafkan aku.. jangan pergi.. jangan mati.."

Chanyeol meracau lagi. Kian lama kian melemah, kemudian berhenti. Deruan nafas yang tadinya memburu kini mulai teratur. Detak jantung yang tadinya bergemuruh kini mulai tenang.

Apakah karena ada Sehun dalam pelukannya?

Lalu.. bagaimana Sehun harus bertindak setelahnya?

Ia mencoba bangkit. Namun dalam ketidaksadarannya Chanyeol mengeratkan pelukan. Seolah tak menginginkan kepergian Sehun dari dekapannya.

Badan Sehun akan merasa pegal jika terus berdiam dalam posisi tak mengenakkan ini. Belum lagi detak jantungnya yang bertalu.

"Hey.. biarkan aku pergi.."

Sehun meronta, ingin segera enyah. Namun ia merasakan kepala Chanyeol menggeleng keras. Pelukannya semakin erat, membuat Sehun sesak.

Sehun menghembuskan nafas kasar.

"Setidaknya, biarkan aku berbaring dengan benar. Ini tidak nyaman Chan.."

Gelengan keras kembali ia dapatkan sebagai respon.

"Aku tak akan pergi. Aku akan tidur disisimu, memelukmu sampai pagi. Percayalah.. Horangi.."


























On Rainy DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang