Kehidupan itu tidak mungkin akan berjalan dengan mulus-mulus saja.
Contohnya kucing.
Kucing jalanan tak bertuan selalu akan mengalami kesulitan dalam mencari makan. Bahkan ketika mengorek sisa makanan manusia di tong sampah untuk mendapat sesuap makananpun, tidak jarang mereka di perlakukan kasar oleh manusia. Bukannya mendapat asupan makanan untuk bertahan hidup, mereka justru mendapat luka oleh tendangan atau pukulan dari manusia-manusia tak berhati itu.
Namun kucing rumahan yang dipelihara oleh orang kaya pun tak luput dari kesulitan hidup. Kebanyakan pemilik kucing tidak mengijinkan hewan peliharaan mereka untuk keluar rumah karena tidak ingin mereka membawa masuk kotoran kerumah mereka, atau tidak ingin repot membersihkan bulu kucing yang kotor terkena tanah diluar, belum lagi jika tanahnya becek ketika hari hujan. Pemilik kucing cenderung mengurung kucing peliharaan mereka dengan alasan kebersihan atau keselamatan si kucing. Padahal para kucing rumahan itu juga ingin bermain bebas diluar sana.
Dalam kasus manusia, jika seorang Park Chanyeol menemui kesulitan hidup dalam hal materi karena kemiskinannya, maka putra tunggal kaya raya bernama Oh Sehun juga menemui kesulitan hidupnya sendiri.
Memang, Oh Sehun terlahir dari orang tua konglomerat. Kebutuhannya selalu terpenuhi tanpa harus membanting tulang sejak ia dilahirkan. Orang tuanya memberikan semua fasilitas terbaik serta kasih sayang yang berlimpah padanya. Namun Oh Sehun tetap seorang manusia biasa.
Manusia biasa yang pasti pernah mengalami kesulitan dalam hidupnya.
Nyatanya, kekayaan berlimpah milik orang tuanya tak bisa membuat Sehun selalu bahagia. Ada masa dimana Sehun merasakan kerugian atas statusnya sebagai anak tunggal kaya raya. Pengalaman pahitnya terjadi ketika ia masih duduk di bangku Senior High School.
Kala itu, Sehun memohon pada kedua orang tuanya untuk disekolahkan pada sekolah biasa alih-alih di sekolah khusus kaum elite. Ia memiliki ide konyol tentang dirinya yang ingin merasakan menjadi orang biasa alih-alih putra mahkota pewaris tahta kerajaan bisnis sang ayah. Dengan bodohnya merasa bosan menjalani hari-hari dilingkungan elite yang hanya mengagungkan tahta dan harta.
Orang tuanya menyetujui setelah tak tahan lagi mendengarkan rengekannya yang membuat pusing kepala. Namun petaka justru menghampiri ketika keinginannya diwujudkan.
Sehun dijauhi siswa lain disekolah hanya karena ia anak konglomerat. Anak-anak dengan latar belakang keluarga sederhana itu beranggapan bahwa semua orang kaya adalah manusia sombong yang suka menindas rakyat kecil. Beberapa anak disana memiliki pengalaman buruk tentang rumah mereka yang digusur oleh perusahaan besar dengan ganti rugi yang tak sepadan. Mereka kehilangan tempat tinggal yang layak karena tanah yang dirampas ingin dijadikan pusat perbelanjaan bagi kaum borjuis.
Sehun mendapatkan kebencian karena mereka menganggap Sehun adalah bagian dari orang-orang kaya yang egois dan kejam. Akibatnya, ia tak punya teman. Ia dikucilkan, bahkan mendapatkan bullyan secara fisik dan verbal.
Sebenarnya, Sehun bisa mengatasi kesulitan itu dengan kekuasaan ayahnya. Namun ia memilih bungkam karena tak ingin mereka semakin membencinya. Pikiran naif dari seorang remaja polos yang baru sekali menapaki kerikil tajam dijalan yang ia pijak.
Bersyukurlah karena Oh Sehun dikaruniai otak yang cerdas dan hati yang lembut serta lapang. Ia menjadikan perlakuan tak mengenakkan tersebut sebagai pelajaran hidup agar lebih berhati-hati dalam mengambil langkah. Jadi bukannya menyimpan dendam, setelah lulus dari sekolah yang lebih mirip disebut neraka baginya itu, Sehun justru meminta ayahnya untuk merogoh kocek yang sangat dalam demi memberikan beasiswa pada teman-teman seangkatannya agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Rainy Days
FanfictionDi hari hujan ia menyaksikan kematian sang sahabat. Dan dihari hujan pula ia melihat raut wajah familiar yang tak pernah ia lupakan. Wajah yang terus mengingatkannya akan masa lalu yang kelam. Melukai hatinya dengan penyesalan setiap kenangan buruk...