PART 11

892 273 12
                                    

Malam berganti pagi, kicauan burung terdengar merdu bersahut-sahutan dan matahari pun tampak mulai keluar dari persembunyiannya. Pagi itu Naruto dan teman-temannya kembali untuk melanjutkan perjalanan mereka untuk pulang ke desa Konoha tercinta.

Di tempat lain, di sebuah pohon besar yang berada tidak jauh dari gerbang desa, terlihat seorang pria bersurai raven yang tengah bertengger diatasnya. Ia duduk bersandar pada salah satu dahan pohon dengan bersedekap dada dan kaki yang menyilang, sesekali mata hitam pekatnya melirik ke arah luar gerbang desa, menantikan kehadiran seseorang yang akan datang dari sana.

Beberapa menit terakhir Sakura selalu berada dalam pengawasan Naruto, ketika rombongan hendak melanjutkan perjalanan, pria bersurai kuning itu berdiri di hadapan sang gadis musim semi "Sakura chan, apa kau sanggup berjalan?" yang dipanggil hanya diam tak menggubris sedikitpun, kondisinya telah jauh membaik dari sebelumnya, berkat bantuan Hinata.

Naruto akan mencoba mengerti, ia meletakkan kedua tangannya ke atas pundak Sakura mensejajarkan pandangannya menatap mata hijau yang masih terlihat keruh itu "jika kau tak sanggup berjalan, aku akan menggendongmu" senyuman lebar Naruto terkembang meyakinkan dan menghibur sang gadis, hingga akhirnya Sakura mengangguk pelan menyetujui.

Dengan cepat Naruto berbalik memutar tubuhnya dengan kaki yang sedikit di tekuk "Yyooosshh, ayo naik ke punggungku" Sakura mendekat, menempelkan tubuhnya di punggung lebar Naruto, lalu menyandarkan kepala pinky-nya di bahu bidang sang pahlawan desa.

Naruto berdiri tegap. Ia memiringkan kepala menoleh pada Sakura yang bersandar di pundaknya. Jarak mereka cukup dekat saat ini yang hanya dipisahkan oleh jarak beberapa senti "Sakura chan jangan menangis lagi, aku sedih melihatmu menangis dattebayo" bujuknya pada sang gadis sembari tersenyum lebar sementara Sakura hanya memberi satu hentakan anggukan kepala.

Disaat hendak melangkah, iris sapphire Naruto tak sengaja bertumbuk dengan mata seindah bulan Hinata, mata yang sembab tampak berkaca-kaca. Hinata menundukkan kepala menyembunyikan wajahnya yang sedih, menyembunyikan hatinya yang remuk retak dan tercabik-cabik.

Hinata menggenggam tali ranselnya kuat-kuat, melampiaskan rasa sakit yang hatinya rasakan disana. Ia kembali menangis di tengah malam yang terlarut dalam kebingungan. Apa kesalahan yang telah ia lakukan, apa yang membuat Sakura marah kepadanya, apa dan apa. Ribuan pertanyaan muncul begitu saja, dan Hinata juga menangis karena Naruto yang mengabaikannya disaat dirinya juga sangat terluka.

                                      ***

Setelah memakan beberapa jam dalam perjalanan, akhirnya para shinobi yang di utus dari Sunagakure kini telah sampai pada tanah kebanggaannya, desa Konohagakure. Sasuke dapat merasakan chakra besar yang dimiliki Naruto, ia memalingkan pandangan dan melihat rombongan kemarin yang ia tinggalkan dari kejauhan, dengan sigap Sasuke turun melompati pohon bergegas menuju gerbang.

Pria tampan, jangkung, dan bersurai raven, serta berjubah hitam "Sasuke kun!" pekik Sakura melihat Sasuke yang berdiri di depan gerbang. Sakura pun bergegas turun dari gendongan Naruto lalu berlari menghampiri sang Uchiha.

Dengan mata yang berair Sakura melompat ke dalam pelukan Sasuke, ia memeluk tubuh bidang pria itu erat-erat "kau jahat, hikss, kau jahat sekali Sasuke kun, hikss, hikss" Sakura memeluk Sasuke sembari memukul mukul pelan dada bidangnya.

Sasuke hanya diam tak bergerak bahkan tidak membalas pelukan erat dari Sakura, yang sebenarnya ia rasakan ialah risih dan tidak nyaman. Namun Sasuke membiarkannya, karna meskipun terkenal dengan sosok kepribadian yang sangat cuek dan dingin, tak banyak yang tahu jika sebenarnya sang bungsu Uchiha adalah sosok orang yang sangat perasa dan peka terhadap situasi maupun kondisi.

Sasuke melirik ke arah gadis indigo. Manik arang itu menilik sang gadis hingga melihat bajunya yang tampak kotor dan lusuh, serta tangan kanannya yang berbalut perban berwarna putih dengan sedikit bercak darah yang menembus perbannya. Onyx Sasuke sontak membeliak, dengan cepat ia melepaskan tautan tangan Sakura yang melingkar di tubuhnya, lalu berjalan menghampiri Hinata yang berantakan.

Sasuke meraih tangan kanan Hinata yang berbalut perban "ceroboh sekali!" onyx-nya memperhatikan tangan Hinata yang terluka, sehingga dahinya sedikit berkerut membentuk kernyitan tidak suka.

Naruto lagi-lagi dengan egois merasa cemburu dan memanas. Hatinya spontan mendidih saat melihat Hinata bersama Sasuke, derapan langkah kakinya mendekati Hinata lalu melepaskan kaitan tangan Sasuke dari sang gadis indigo begitu saja "jangan sentuh Hinata sialan!" bentak Naruto mendelik sangar menatap Sasuke.

Hinata tersenyum kecut melihat tindakan Naruto yang seakan-akan peduli kepadanya. Setelah menyingkirkan tangan Sasuke, dengan santainya Naruto menggenggam tangan Hinata. Sasuke tak boleh menyentuh Hinata, Hinata tak boleh dekat dengan Sasuke, itulah isi pikiran pria bermata indah bak samudera itu saat ini.

Karena merasa muak dengan sikap Naruto yang plin-plan, dalam satu sentakan Hinata menepis tangan yang bergelayutan di tangannya untuk dileraikan.

Naruto tercengang melihat Hinata yang menyingkirkan tangannya. Gadis ini tak seperti biasanya, entah kenapa hati si pirang terasa sakit disaat mendapatkan perlakuan seperti itu dari Hinata yang terkenal lembut dan gemulai.

Hinata menghadap ke arah Sasuke "Sasuke kun aku akan menepati janjiku" alunan suara lembutnya terlontar seakan-akan mengabaikan keberadaan Naruto disana. Disaat masih berada di Sunagakure Sasuke sempat meminta onigiri kepada Hinata, dan Hinata berjanji akan memberikannya saat telah berada di Konoha.

"Hn, aku akan menunggu" senyuman yang amat tipis terbit melukis wajah stoic Sasuke. Rasanya menyenangkan memiliki tempat yang dirindukan, pikirnya.

Cukup untuk hari ini, Shikamaru tak ingin menyaksikan hal buruk lainnya "Hinata pulanglah, biar kami saja yang akan melapor pada Hokage-sama. Pulang beristirahat dan obati lukamu dengan benar" pinta sang tangan kanan Hokage ke-6 itu bijak.

Hinata berojigi, membungkuk hormat "ha'i arigatou." Ia kembali mengangkat tubuh meluruskan pandangan "gomennasai jika aku kembali lebih awal minasan" dengan tubuh dan hati yang lelah, Hinata pun mengangkat kaki beranjak dan berjalan meninggalkan para anggota tim.

Terdengar bunyi langkah kaki nan mengiringi gadis indigo yang telah beringsut pergi, dan rasa curiga mendorong tubuh mungilnya untuk berhenti. Ia membalikkan badan dan menemukan seseorang "Sasuke kun!."

Setelah tertangkap basah telah membuntuti, Sasuke dengan enteng berkata "aku ingin onigiri sekarang!" wajah datarnya terlihat sangat polos.

Hinata terkejut dan kebingungan, ia memang berjanji membuatkan makanan yang di inginkan Sasuke, tetapi bukankah waktunya saat ini tidak tepat?. Mereka baru saja melakukan misi dan perjalanan panjang, tentu saja sangat melelahkan. Hinata menghela napas singkat lalu mendongak menatap kedua pasang mata hitam pekat milik Sasuke. Dengan kebaikan hati dan kelemah lembutan yang dimilikinya membuat dirinya tak bisa menolak. Pada akhirnya mereka tetap berjalan beriringan bersama, masih dengan Sasuke yang berjalan di belakang sang gadis, membuntuti seperti anak ayam.

Sakura menyaksikan ketidakwarasan Sasuke, ia meremat sisi baju terusan merah mudanya kuat-kuat. Tubuh Sakura bergetar hebat menahan amarahnya yang semakin besar. Tanpa basi-basi atau pun sekedar berpamitan, Sakura langsung pergi angkat kaki meninggalkan semua temannya yang masih tertinggal. Membawa hatinya yang memanas.

Tatapan sinis dilontarkan Shikamaru, ia menatap ke dalam manik biru yang kini sangat terbakar "bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu hm, Naruto!" cibir Shikamaru terlihat puas.

Naruto mengepal tinjunya kuat, lalu beberapa detik berikutnya ia meloncati atap para warga dengan kecepatan tinggi. Si pirang menghilang secepat kilat.

Angin berhembus sangat kencang, Naruto berdiri di atas pahatan patung Yondaime Hokage, ya, patung kepala milik ayahnya Namikaze Minato. Ia mengeluarkan sebuah kalung berhiaskan ruby amethyst dari dalam sakunya lalu menatap kalung itu sejenak. Kemudian setelah puas, Naruto langsung melemparkan kalung itu ke sembarangan arah pada semak-semak dan pepohonan di bawah sana.

LOVE STORY ON KONOHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang