2 - A Fine Man

232 38 12
                                    

"Siap dok, siap. Ini saya lagi ambil rekam medis dari poli, terus nanti langsung ke aula, dok."

"Iya siap dok, ini udah dijalan. 5 menit saya sampe."

Fyuuhhh..

Laki-laki itu menyeka peluhnya. Saat ini ia tengah mengantri di sebuah coffeeshop tempat ia bekerja.

"Mang enak lu gua boongin? Lima menit lima menit urusan lu dah, yang penting ngopi dulu brayy.. Diomelin dikit gak ngaruh gua mah." ucapnya, "Cold brew ya, biasa."

Pelayan tersebut tersenyum dan mengangguk, "Seminar lagi, Bam?"

Laki-laki bernama Abraham atau kerap dipanggil Abam tersebut menghela napasnya, "Udah hapal banget ya lu."

"Hahaha.. Hapal gua mah. Kalo cold brew tandanya seminar, kalo ice americano two shot..."

"Ape tuh?"

"Ape ye? Banyak konsulan?"

"Bener.. Pinter banget lu, Mal. Bisa kali di diskon?"

Akmal, temannya Abam mendecih, "Duit lo banyak ege, minta diskon mulu."

"Dih pelit lu ini coffeeshop punya lu juga."

"Tetep gue punya tuntutan gaji karyawan gue bego! Dah ini kopi lu, sono pergi lu rusak pemandangan aje."

"Yeee jomblo!" Ledek Abam, lalu berlalu dari hadapan Akmal.

"Busett. Ngaca, anjing!"

Abam terus berjalan sambil sesekali meminun kopinya. Ia turut menyapa pasien yang biasa konsultasi dengannya di poli. Abam terkenal sebagai dokter penyakit dalam paling ramah, ya walaupun saat ini ia sedang dalam masa residensi, dirinya tetap dipandang sebagai dokter yang menyembuhkan penyakit bagi pasiennya.

Tak terasa, ia sudah hampir sampai di aula. Tapi, tiba-tiba ia melihat sebuah keributan.

"Makanya, tadi saya mau jemput ibu saya pake mobil aja. Kalo kaya gini kan nyusahin jadinya."

Abam melihat dengan jelas, meski keberadaannya cukup jauh. Ia melihat seorang pria, mungkin lebih tua darinya, memarahi seorang perawat wanita.

"Iya.. saya mohon maaf yang sebesar-besarnya ya, Pak. Kebijakan rumah sakit untuk menjemput pasien memang seperti ini. Pasien diantar ke depan oleh perawat, karena tidak ada jalur untuk masuk hingga ke depan pintu rawat inap."

"Meski barang pasien segini banyak? Kalian perawat-perawat bantuin juga nggak!"

"Bapak.. Saya sudah disini artinya perawat sudah membantu.. Meskipun, maaf, gak bisa bantu banyak karena perawat yang bertugas juga terbatas punya tugas masing-masing."

"Alah.. Udah deh. Pokoknya nanti saya bakal komplain ini rumah sakit pelayanan dan fasilitasnya jelek banget!" Keluarga pasien itu mengancam.

"Baik, kalo gitu tugas saya sudah selesai ya pak, saya izin-"

"Eh.. Tar dulu!" Keluarga pasien tadi menarik kasar lengan perawat yang hendak pergi dari hadapan mereka.

Emosi Abam sedikit tersulut melihat kejadian tersebut. Lantas ia berjalan mendekati TKP.

"Gimana, pak?" Tanya perawat itu.

"Lo ambil dulu dah mobil gue di parkiran, bisa bawa mobil kan lo?" Pria itu melempar kunci mobilnya.

Perawat itu sudah habis kesabarannya, lantas ia mengembalikan kunci mobil tersebut, "Bapak, maaf. Tadi sebelum ibunya diizinkan pulang sudah saya beri tahu berkali-kali kalau mobil penjemput untuk diparkirkan dekat pintu masuk graha, kan? Itu tujuannya biar memudahkan."

It's Okay To Be A NurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang