Setelah masalah pagi tadi, Aya dan Cika dapat wajangan hangat dari Bu Rina. Hati Aya sudah terasa sangat dongkol karena ditambah perkataan residen tentangnya pagi tadi. Pekerjaannya yang selalu ia lakukan dengan semangat, kini tak lagi untuk hari ini. Ia yang biasanya meladeni cerita konyol setiap pasiennya, hari ini ia tanggapi seadanya.
Selesai mengantar pasiennya ke ruang operasi, Aya kembali ke ruangan karena jam kerjanya sudah hampir selesai, saatnya ia bersiap untuk operan jaga dengan shift sore.
Niatnya ingin ke pantry di urungkannya, karena saat ingin membuka pintu ia mendengar percakapan rekan kerjanya yang kurang mengenakkan.
"Aya sama Cika tadi di marahin sama dr. Mita, njir. Lo pada udah tau?"
"Pasien dr. Mita ada yang USG hari ini, mereka berdua gak ada yang tau. Gila sih.."
"Dia kan hapal banget ya dr. Mita gimana, masih aja.. Heran gue."
"Kerjaannya tebar pesona mulu sih."
"Ya wajarlah kerjaanya gak becus begitu, orang masuk ke rs ini aja karena pihak rs kasian sama dia."
"Oh iya, nyokapnya Bu Dahlia yang di poli ginjal hipertensi itu, kan? Paham gue."
Aya sakit hati bukan main mendengar kalimat terakhir itu. Pegangannya pada knop pintu melemas. Sampai tiba-tiba Cika yang baru selesai memasang infus menghampirinya.
"Kenapa, Beb?" Tanya Cika, namun Aya tak bergeming sama sekali, "Beb?"
"Hah? Eh, gak papa." Aya tersenyum menutupi, "Panggilin yang lain, Cik. Mau operan."
Aya pergi ke nurse station, lalu duduk disana sedangkan Cika masih menatapnya dengan penuh tanya.
"Guys?" panggil Cika pada rekannya yang di ruang perawat.
Semua orang yang di dalam sana kelihatan terkejut di mata Cika. Lantas gadis itu bertanya.
"Gosipin gue ya lu pada?!" namun ia tak dapat jawaban apapun, para rekannya malah bergegas keluar menuju ke nurse station.
Cika berdecak, "Semua orang pada aneh hari ini, kenapa dah?"
---
Sudah hampir sepuluh menit Bian menunggu kedatangan Aya di depan pintu masuk utara. Bian sedikit kesal belum lagi panas matahari sore yang menyengat. Tak lama, Aya memunculkan keberadaannya.
"Lama banget, njing. Gue udah gosong begini."
"Helm, Bang." pinta Aya tanpa menanggapi keluhan Bian.
Bian menyodorkan helm pada Aya. Diam-diam Bian memperhatikan raut wajah adiknya itu yang tampak murung. Sepertinya ada masalah yang menghampiri Aya.
Di atas motor pun, Aya sedikit diam dari biasanya. Bian pun penasaran.
"Lo hari ini ada masalah di tempat kerja, dek?" Tanyanya namun tak dapat jawaban.
"Dek?" panggilnya sekali lagi.
"Aya?"
"Hm? Lo nanya apaan, Bang?"
Benar. Suara berat Aya cukup membuat Bian paham.
"Gak ada." Jawab Bian, lalu mengintip dari kaca spion motornya nampak Aya yang mengusap air matanya dengan cepat.
Setelah itu Bian diam dan tak lagi mencoba mengajak Aya untuk berbicara hingga mereka tiba di rumah.
Terlihat Dahlia yang tengah menyapu halaman, rutinitas wanita itu setiap sore.
"Eh, pulang anak-anak cakep gue. Yuk masuk, mandi dulu abis itu makan ya. Mama udah masak banyak tuh." Sapa Dahlia dengan ceria seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay To Be A Nurse
FanfictionSemua orang punya impian masing-masing. Seperti aku dan impian hebatku jadi seorang perawat. Aya.