"Salam kenal lagi, saya Mita."
Kalimat singkat yang diucapkan oleh dr. Mita memutar memori lama dalam otak Aya. Kejadian perkenalannya dengan dr. Mita samar-samar terekam di otaknya. Benar, dr. Mita adalah orang yang cukup dekat dengannya. Dulu.
"Kak-- maksud saya, dokter bener orang yang saya pikirin kan?"
"Kalo yang kamu pikirin Kak Mita mahasiswa koas yang suka main sama anak sekolahan namanya Aya, kamu bener."
"Bener Kak Mita yang itu?"
dr. Mita lagi-lagi menatapnya dengan remeh, sangat berbeda dengan tatapannya sepuluh tahun yang lalu bagi Aya. Sosok 'Kak Mita' yang ia kenal bukan pribadi yang angkuh seperti 'dr. Mita' yang berada di depannya saat ini.
"Sekarang kamu udah inget siapa saya, kan?" dr. Mita melipat tangannya di depan dada, "Lebih baik kamu balik ke Abam lagi. Nanti dia curiga kamu di toilet lama banget."
"Hah? Oh..iya." Aya tersadar dari lamunannya.
dr. Mita lalu menyuruhnya pergi kembali lagi ke Abam yang padahal masih banyak yang Aya ingin tanyakan.
Aya menghampiri Abam yang sedang menata meja makan mereka dengan rapi membuat Aya sedikit tersentuh akan kelakuannya. Aya tersenyum pada Abam.
"Niat banget, dok."
"Keliatan ya?"
"Iya."
"Udah segitu keliatannya niat saya, tetep belum ada timbal baliknya dari kamu."
"Hah?"
"Bukan apa-apa." Abam kemudian mempersilahkan Aya untuk makan, "Keburu dingin gak enak, Ay. Kamu lama banget tadi di toiletnya, ngapain? Main genshin?"
Aya terkekeh, "Log in tinder, dok." ia juga bermaksud untuk bercanda.
"Makin gak ada gunanya." Abam menghela napasnya, "Ay, ini saya di depan kamu tinggal di genggam aja gampang, gak perlu cari di tinder."
"Emang iya?"
"Iya. Kamu mau coba?" Abam mengulurkan tangannya pada Aya.
Melihat itu, Aya tersenyum lalu menggeleng. "Nanti aja, dok."
Abam menarik kembali tangannya, "Gak papa. Bakal saya tawarin terus sampe kamu mau."
Aya lagi-lagi merespon Abam dengan senyumannya. Ia berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja, walaupun sedang menampung banyak pikiran di kepalanya.
"Makan, Ay." ajak Abam, "Gak perlu dipikirin banget omongan saya, jangan dijadiin beban buat kamu."
"Iya, dok"
---
Time skip
---Beberapa kali Aya menghela napasnya membuat Bian yang sedang mengendarai motor itu sedikit terusik.
"Berat banget kayanya idup lu. Ada masalah ape lagi sih?" tanya Bian sedikit berteriak.
"Bang,"
"Oi?"
"Gue mau nanya tapi lu gak usah kaget sampe harus rem mendadak ya? Drama."
"Buset. Pertanyaannya soal duit nih kayanya kalo sampe bikin gue kaget."
Mendengar itu, Aya memukul helm Bian.
"Duit mulu pikiran lu!"
"Gue mah realistis."
"Gak peduli."
"Yaudah mau nanya apaan?"
Aya mendekatkan sedikit tubuhnya pada Bian, "Lu masih inget sama Kak Mita, gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay To Be A Nurse
FanfictionSemua orang punya impian masing-masing. Seperti aku dan impian hebatku jadi seorang perawat. Aya.