"Yang belum istirahat makan siang, makan dulu gih. Gantian jaganya."
Kepala ruangan Pavilliun Kenanga atau kerap disapa Bu Rina, tahu bahwa rekan-rekan perawatnya sejak dimulainya shift pagi sudah dilanda kesibukan yang membuat mereka cukup kewalahan, bahkan meminum sedikit air untuk menghilangkan dahaga pun mereka tak sempat. Maka dari itu, ia dengan simpatinya membelikan makan siang untuk rekannya.
Kini giliran Aya dan Cika untuk beristirahat, sedangkan dua perawat lainnya menggantikan mereka untuk berjaga.
"Bu Rina gak ikut makan?" tawar Aya.
"Saya udah kok tadi sekalian makan diluar, kalian aja berdua silahkan. Makannya gak perlu buru-buru ya."
"Iya, makan dulu, Bu."
Setelah izin pada Bu Rina, keduanya langsung mencuci tangan bersiap untuk menyantap makan siang mereka. Baik Aya maupun Cika merasa amat kelaparan sejak satu jam yang lalu dan begitu mencium aroma hidangan yang akan disantap, mereka seolah kehilangan akal.
"Ini enak banget pasti, Ya." Cika memuja makanan di depannya, "Lo kalo gak abis, gue siap nampung."
Aya terkekeh, "Gue juga mau bilang gitu sama lo padahal."
"Dih, kaya makan lo banyak aja."
"Udah ah ayo makan." ajak Aya.
Keduanya pun makan sambil sesekali bercerita mengenai rekan dan pasien mereka. Cika bercerita bahwa salah satu keluarga pasien pernah menyatakan cinta padanya beberapa hari lalu, ia menyebutkan orangnya yang ternyata juga pernah melakukan hal yang sama pada Aya.
Sampai di pertengahan, suara teriakan dari luar pantry terdengar di telinga mereka.
"Yang jaga mana sih? Ini cairan infus nyokap gue abis woi!"
Aya berdiri hendak menghampiri orang tersebut, namun Cika melarangnya.
"Ada yang jaga di depan, Ya."
"Kayanya gak ada deh, Cik. Gue ke depan dulu deh.."
"Ih gak usah. Makan lo belum kelar, Ya. Udah dibilang Bu Rina kok tadi yang jaga gantian."
Aya menghela napasnya dan duduk kembali di kursinya. Ia pikir salah satu rekannya akan menghampiri keluarga pasien tersebut, ternyata nihil, suara teriakan itu kembali terdengar.
"Suster!!"
Aya bergegas keluar dari pantry dan menghampiri keluarga pasien tersebut.
"Iya, pak? Di kamar berapa ibunya?"
Keluarga pasien tersebut, seorang pria yang Aya lihat dari perawakannya berumur tidak jauh berbeda dengannya.
"Kudu teriak-teriak dulu baru keluar, suster disini pada budeg semua kayanya." omel pria itu, "Di kamar 15."
Aya tak meladeni kekesalan pria itu karena akan membuat kegaduhan yang lebih lagi. Maka ia bergegas ke ruang persiapan untuk mengambil cairan infus dan langsung ke kamar nomor 15 diikuti oleh pria yang tadi.
Begitu tiba disana ternyata botol infus tersebut sudah kosong dan darah pasien telah naik hingga ke selang infus. Aya cukup terkejut dan segera mengganti botol infus tersebut dengan yang baru. Langsung ia alirkan agar darah tersebut turun kembali.
"Maaf ya, bu, pak udah nunggu lama. Soalnya temen saya yang jaga kayanya lagi pergi atau ada tindakan sama pasien lain." jelas Aya pada pasien dan juga keluarganya.
Pasien tersebut memaklumi, "Oalah pantes loh saya pencet bel gak ada yang jawab."
"Iya, maaf ya bu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay To Be A Nurse
FanficSemua orang punya impian masing-masing. Seperti aku dan impian hebatku jadi seorang perawat. Aya.