Di hari minggu pagi yang cerah ini, Aya kedapatan shift pagi. Ia merasa dirinya sangat beruntung karena biasanya shift pagi di hari minggu tidak terlalu banyak kerjaan dan jumlah pasien yang sedikit berkurang. Jika dibandingkan dengan hari biasa Aya bahkan tak bisa mengecek ponselnya sekalipun, tapi hari ini ia sampai bisa menonton beberapa drama Korea.
Ia shift bersama Cika, rekan seperjuangan.
"Ya, mau kopi gak?" Tawarnya pada Aya.
"Boleh. Lo mau pesen atau beli di depan?"
"Gue pengen kopinya Bang Akmal sih, tapi mager banget mau ke depan."
"Biar gue aja sini." Aya berdiri dari kursinya, "Eh tapi gak papa kan lo gue tinggal sendiri?"
"Aman. Ini kita tinggal nunggu shift sore dateng aja udah gak ada kerjaan lagi."
"Oke. Lo mau apa?"
Cika berpikir sebentar, "Gue vanilla latte aja deh kayanya. Lagi gak pengen yang manis banget."
"Tumben."
"Iya soalnya gue udah manis."
Aya meraup wajah Cika, "Ngomong sama tembok." Katanya, lalu pergi berpamitan pada Cika.
Jarak ruangan Aya dan coffee shop milik Akmal lumayan jauh. Aya harus berjalan sejauh kira-kira beberapa ratus meter untuk sampai disana. Aya kira hari ini Tanu yang berjaga, ternyata ada Akmal disana.
"Sianggg.." Aya menyapa laki-laki itu dengan ceria.
Akmal berdecih, "Sok imut lu."
"Yeee.. Sendirian aja, Bang?"
"Ada si Tanu tadi lagi keluar bentar. Lo mau pesen apa?"
"Ooh.. Gue pesen vanilla latte satu sama matcha latte satu. Yang matcha gulanya dikit aja ya, Bang."
"Siap. Gue bikinin dulu, lo duduk aja tar pas jadi gue samperin."
Aya mengangguk lalu kemudian ia mencari kursi dan menunggu pesanannya. Sembari menunggu Aya melanjutkan tontonannya tadi, namun tiba-tiba pergerakan kursi di seberangnya mencuri perhatiannya.
"Shift pagi, Ay?"
"Eh? Siang, dok." Sapa Aya, "Iya saya shift pagi. Dokter tumben minggu gini ke rs?"
Abam tertawa sarkas, "Ya hidup mah gini, Ay. Kaga dibolehin libur saya kayanya."
"Gak papa dijalanin aja, dok."
"Iya mau gak mau--"
"Busett bro kaga bosen-bosen dah gue liat muke lu."
Abam menghela napasnya melihat kedatangan Vano dengan rambut yang sedikit berantakan, sepertinya temannya itu baru selesai tindakan operasi. Jika dibandingkan dengannya, jadwal Vano sebagai residen bedah jauh lebih padat.
"Lah ada si Aya. Shift pagi?"
"Iya, dok."
"Oohh.. Eh ada pasien vaskuler ya di Kenanga? Tar gue kesana deh mau liat pasiennya, besok senin rencana pasang CDL soalnya."
"Boleh banget. Tuh pasiennya udah nanyain katanya dokternya kapan nengokin, padahal saya udah dari kemarin di rawat, gitu." Jelas Aya.
"Boong lu. Orang gue udah nyuruh si Dipta kemarin."
"Hehee.. Emang."
"Ye dasar."
"Aya ini pesenan lo udah jadi. Lah nih orang dua kapan datengnya?" Akmal datang lalu ikut bergabung bersama mereka bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay To Be A Nurse
Fiksi PenggemarSemua orang punya impian masing-masing. Seperti aku dan impian hebatku jadi seorang perawat. Aya.