Shift sore hari ini Aya benar-benar kewalahan. Ia baru saja memulangkan beberapa pasien yang sudah diperbolehkan pulang dan saat ini ia tengah menerima telepon dari Poli rawat jalan bahwa ada pasien yang ingin rawat inap untuk penjadwalan operasi.
Aya mengambil catatan yang berisi daftar pasien baru. Ia memijat kepalanya, merasa pusing melihat lima nama yang tertera disana, dan sekarang ia akan mencatat yang ke enam.
"Gimana, kak? Kami bisa pesen tempat?"
"Bisa. Tapi agak sorean aja ya kirimnya, soalnya masih ada yang belum pulang ini." Jawab Aya.
"Boleh dikabarin aja kak kalo udah pulang. Telpon di 152 ya."
"Iya, siap-siap."
Aya menutup telepon seraya menghela napasnya, membuat perhatian Pandu beralih padanya.
"Pasien apa, Ya?" Tanyanya.
"Bedah, biasa repair CDL."
"Oh, berarti sekalian HD?"
"Iya. DPJPnya dr. Reza sama dr. Hendri. Kayanya abis CDL ya HD sih."
Pandu mengangguk, "Eh pasien yang barusan udah di lapor?"
"Baru DPJP aja, ini gue mau nelpon dokter jaga PDL."
"Gih."
Aya melirik daftar nomor telepon kamar residen penyakit dalam dan melakukan panggilan. Butuh beberapa waktu sampai panggilan tersebut di jawab.
"Iya, dengan dokter jaga penyakit dalam."
"Koas, ya?"
"Iya, kak.."
"Residennya ada?"
"Ada, sebentar.."
Aya menunggu beberapa saat hingga suara berat di seberang telepon menyapanya.
"Residen PDL."
"Halo, dok. Dari Pavilliun Kenanga izin lapor ada pasien baru dari IGD atas nama Tn. A dengan diagnosa CKD Stage V on HD + Hipertensi."
"DPJP nya?"
"dr. Hendri, dok."
"Oke, nanti saya kesana ya. Terima kasih."
"Baik, dok. Terima kasih." Aya mengakhiri panggilan, "Ndu, gue pengkajian pasien baru bentar ya. Tar kalo ada dokter jaga PDL suruh langsung ke kamar pasiennya aja di kamar lima. Hasil lab sama status IGD gue taroh disini semua ya."
"Siap."
Aya beranjak untuk mengambil catatan serta alat TTV dan pergi ke kamar pasien. Sedangkan Pandu menatap kepergian Aya dengan perasaan campur aduk. Ia memikirkan waktu yang tepat untuk meminta maaf kepada Aya atas keteledorannya kala itu.
---
Time skip
Bram menutup panggilan mengenai laporan pasien baru tersebut. Ia meregangkan tubuhnya sebelum keluar dari kamar residen untuk menjelajahi ruangan-ruangan yang menelponnya barusan.
"Ke Pavilliun kenanga dulu aja lah yang deket." gumamnya sambil terus memeriksa pesan di ponselnya.
Tak butuh waktu lama, ia sampai di ruang pavilliun kenanga.
"Soreeeee.." sapanya dan disambut oleh Pandu, "Eh bro, shift sore lu?"
"Iya, dok. Pasiennya di kamar 5."
"Sip, gue kesana dulu."
Bram membawa stetoskop sebelum ke kamar pasiennya. Saat ini ia sedang di stase ginjal hipertensi, maka tugasnya mengurus pasien-pasien hemodialisa atau cuci darah. Butuh beberapa menit hingga ia akhirnya selesai melakukan anamnesa pasiennya. Ia kembali lagi ke Nurse Station untuk melengkapi rekam medis pasien di komputer.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay To Be A Nurse
FanfictionSemua orang punya impian masing-masing. Seperti aku dan impian hebatku jadi seorang perawat. Aya.