"Terakhir kamar 15. Gak ada rencana apa-apa sih, terapinya lanjutin aja." Cika menutup buku serah terimanya, "Oke sekian operan jaga dari saya. Selamat bekerja."
Melihat Cika berdiri dari kursinya, Aya pun melakukan hal yang sama.
"Semangat!" ujarnya pada tim shift sore.
Cika merangkul Aya, "Mau makan siang apa hari ini?"
"Apa ya? Gue pulang aja deh kayanya, udah ga ada energi ini mau jalan lagi."
"Sama. Yaudah deh kita pulang."
Begitu hendak mengambil tasnya di dalam loker, mereka berdua dikejutkan dengan kedatangan Abam.
"Siang, dok." sapa mereka pada Abam.
"Siang. Eh, pada mau balik?" Abam menatap Aya.
"Iya, dok. Udah kelar shift kita mah."
"Oalah.. Lusuh amat mukanya, udah pada makan?"
Baik Aya dan Cika pun sama-sama menggeleng.
"Gih, makan."
Cika menghela napasnya, kecewa dengan respon Abam barusan, "Ih, kirain mau nraktir hehehe.."
Aya langsung menyikut lengan Cika dan melototi temannya itu.
"Bercanda aja dia, dok."
Abam tersenyum, "Serius juga gak papa, Ay. Kamu keberatan kalo saya traktir?"
"Eh gak gitu, dok--"
"Oke kalo gitu. Jumlah yang jaga hari ini berapa? Sama yang shift pagi tadi aja sekalian." Abam membuka tasnya lalu mengambil dompetnya.
Ia menyerahkan kartu debitnya pada Aya, "Nih pake ini aja, Ay. Tar balikinnya kapan-kapan aja kalo kamu sempet."
Abam diam-diam bersorak dalam hatinya dan memuji otaknya yang selalu mengeluarkan ide cemerlang mengenai alasan untuk bertemu Aya lagi.
"Ini serius, dok?" Aya masih tak percaya dengan benda yang ia pegang.
"Saya gak pernah bercanda kalo soal kamu, Ay."
"T-tapi gak perlu--"
Aya hendak mengembalikannya pada Abam, melihat itu Cika dengan cepat menahan tangan Aya.
"Makasih ya, dok.. Ini kalo saya sama Aya jajannya banyak gimana?"
"Kalo Aya nya mau, gak masalah."
"Buset dah. Oke makasih lagi dok atas kedermawanannya. Semoga selalu diberi rejeki yang melimpah." ujar Cika dengan ekspresi yang dilebih-lebihkannya.
Abam tertawa, "Sama-sama. Makan yang banyak ya, Ay."
"I-iya, dok."
"Saya ke pasien dulu." pamitnya pada Aya dan Cika.
Seperginya Abam dari hadapan mereka, Cika langsung membuat pengumuman.
"Lo pada semua jangan ada yang beli makan ye, ini gue sama Aya mau beliin. Di traktir dokter Abam nih cihuyy.."
Semua perawat yang ada disana langsung bersorak kegirangan. Lumayan menyimpan gaji yang hampir menipis karena akhir bulan.
---
"Selamat siang.." Aya menyapa pemilik kedai, "Bu, ini kita mau beli banyak loh hehe.."
"Alhamdulillah, neng. Sok atuh mau beli apa, nanti ibu diskon deh khusus buat Aya sama Cika."
"Mantap!" Cika mengacungkan kedua jempolnya lalu mulai memilih menu-menu yang akan ia pesan. Setelah selesai, ia menoleh pada Aya,
"Ya, lo pesen kopi aja gih." suruhnya, "Buat kita berdua ajalah tapi, gak enak soalnya pake kartu dokter Abam."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay To Be A Nurse
FanfictionSemua orang punya impian masing-masing. Seperti aku dan impian hebatku jadi seorang perawat. Aya.