Chapter 5

2.3K 39 1
                                    


[Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca]

Tolong tandai jika ada typo dalam penulisan! Terimakasih

.
.
.

15.30

"Haissss, kapan aku bisa mendapatkan seorang laki-laki kaya" Rengek Hanum di depan para teman-teman kerjanya

"Owhhh ayolah jangan terus ber khayal, kenapa dirimu saja yang tidak kaya? " Ucap Aira sambil menyeruput kopi Hazelnut nya

Para pekerja sedang berkumpul karena jam sudah menunjukan istirahat

"Nah betul tuh" Ucap jes setuju

"Memangnya kau kaya jes? " Nyinyir Hanum

"Yah walaupun gak kaya banget sih yang penting kebutuhan hidupku selalu ada"

"Akupun sama seperti mu tapi tidak ada laki-laki yang memanjakan ku sekali saja"

"Ada suatu saat nanti kau pasti akan menemukan laki-laki yang tepat" Aira kembali bersuara

"Iya tapi kapan? "

"Yang terpenting kau jangan sampai jauh dari Tuhan"

Saat sedang asik-asik mengobrol tiba tiba mereka kedatangan tamu, seorang perempuan berambut merah panjang dengan menjinjing tas belanjanya

Aira pun bangkit dari duduk nya karena melihat seorang yang ia kenal

"Sarah"

Wanita yang di panggil sarah pun berlari ke arah Aira dan memeluknya dengan kencang

"Aku merindukanmu Aira" Ucap sarah dengan suara compreng nya, Aira pun membalas pelukan sarah

"Ya kau tidak mengabariku"

Saat pelukan mereka terlepas Aira memperkenalkan teman-teman kerjanya pada sarah, sedangkan sarah yang di perkenalkanpun tersenyum

"Oh ya ada apa sampai kau kemari? " Tanya Aira

"Tidak aku hanya rindu padamu"

Aira memasang muka gelinya di hadapan sarah

"Kau normal kan? "

"Astaga, kau pikir aku wanita tidak normal? "

"Pasti ada sesuatu yang kau ingin katakan tidak mungkin sampai datang ke tempat kerja ku"

Sarah menyengir kemudian ia berbisik di telinga Aira

"Besok aku akan mengabarimu"

"Hah, Maksud mu? "Tanya Aira bingung

Sarah pun mencium tangan Aira dan pergi pamit

" Hei sarah! "Panggil Aira pada sarah yang sudah pergi keluar

Sahabat satunya ini pun memang sangat tidak jelas Aira pun hanya menggelengkan Kepala nya saja ia memang sudah biasa dengan sifat prik nya sarah

BackrestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang