TPMB - 24

2.8K 64 26
                                    

Bram ini tipikal cowok yg redflag bgtt haha

Di dunia nyata emg ada bbrpa org yg sifatnya kayak Bram ini.

Happy reading. VOTEEEEEEE

*

Setelah menurunkan Hana di depan gerbang Rama langsung pulang. Ia beralasan akan menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Hana meminta maaf sekaligus berterima kasih karena sudah merepotkan Rama. Dalam hati Hana bersyukur bertemu laki-laki sebaik Rama. Ia tidak memojokkan Hana sedikit pun. Malah Rama memberikan beberapa rekomendasi vitamin untuk ibu hamil. Kondisi Hana juga sudah membaik sore ini.

"Dek."

Hana urung membuka pagar rumahnya. Ia memutar badannya menghadap sumber suara yang memanggilnya. Senyum Hana merekah melihat Bram. Laki-laki itu sengaja menunggu Hana di depan rumah.

"Kenapa masku sayang?"

Bram tersenyum tipis. Jujur ia rindu Hana bersikap manja padanya. Tapi sekarang mungkin sudah tidak bisa lagi.

"Sore banget pulangnya, darimana kamu?"

"Kuliah, darimana lagi?"

"Jangan bohongin mas. Kamu nggak pernah pulang sesore ini."

Hana tersenyum lebar. Ia suka Bram mulai perhatian lagi padanya. "Emang kenapa? Lagian aku udah gede. Jalan-jalan sebentar nggak masalah."

Bram mengernyit tidak suka. "Mas nggak suka kamu jalan sama dia. Jangan dekat sama laki-laki dek, kamu masih kuliah. Selesaikan dulu kuliah kamu, baru boleh."

"Aku juga nggak suka mas tunangan. Aku udah berkali-kali mohon jangan tinggalin aku, tapi kamu tetep melamar cewek lain setelah kita 'tidur'. Apa sih mau kamu mas?" Sentak Hana. Ia bingung dengan sikap Bram.

"Kamu lupa? Kamu yang goda mas sampai mas lepas kendali. Sekarang kamu malah nyalahin mas. Udah lah jangan dibahas terus. Lagian kamu nggak hamil kan?" Tanya Bram tidak yakin.

Hana tertawa hambar. Ternyata Bram menganggapnya perempuan penggoda yang suka rela memberikan keperawanannya kepada laki-laki. Ingin sekali Hana menimpuk kepala Bram, agar Bram sadar yang Hana lakukan demi membuktikan ketulusan cintanya.

"Aku hamil."

Tubuh Bram menegang seakan tidak percaya ucapan Hana. Tangannya mengepal, tidak siap menerima fakta bahwa Hana mengandung anaknya. "Jangan bercanda."

Sudah Hana duga, Bram tidak akan langsunh percaya jika Hana hamil. Hana mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ia menyerahkannya kepada Bram.

"Nggak mungkin kan Hana?!" Pekik Bram. Tubuhnya gemetar. Ia tidak sanggup rasanya akan menghadapi hari-harinya setelah ini. Bram tidak bisa berpikir jernih.

Bagaimana nanti ia akan menghadapi keluarga Kintani?

Bagaimana nanti ia menjelaskan 'kecelakaan' ini pada ayah dan ibu Hana?

Berbeda dengan Bram yang ketakutan, Hana justru berdiri dengan tenang di depannya. Baginya, kehamilan ini adalah anugerah agar mimpinya hidup bersama Bram segera terwujud.

"Jangan jadi pengecut. Jangan minta aku menggugurkan janin ini, jelas aku nggak akan mau mas."

Bernapas saja rasanya sangat sulit untuk Bram lakukan saat ini. Hal yang ingin ia hindari justru sekarang tepat berada di depan matanya.

"Ini semua gara-gara kamu!" Sentak Bram.

Hana tersentak, ucapan Bram menusuk hatinya terlalu dalam. "Mas?"

"Coba aja kamu nggak nekat waktu itu. Sekarang coba kamu pikir, aku dan Kintani terancam gagal nikah. Mau taruh dimana muka aku, HANA!"

Baiklah, sekarang Hana mengerti. Bram hanya mengkhawatirkan Kintani dan harga dirinya sendiri. Sedikitpun Bram tidak pernah memikirkan kehidupan Hana.

Terjerat Pesona Mas BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang