TPMB - 14

4.7K 161 13
                                    

Janda Memang Menggoda aku unpub ya, aku masih mkirin gmn kedepannya😂

Kok labil sih thor?

Iya, tau deh si Dikta sama Hera tuh tiba2 ilang aja naskahnya. Makanya aku agak gmn gitu mau ngetik dari 0.

😶😶😶

Siapa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa?






Iya pinterrr. Ini Hana heheh😂😂

*

"Ayah sama ibu nggak mau liat dulu gitu calonnya Mas Bram kayak gimana? Kok langsung mau di lamar aja? Emang nggak takut Mas Bram salah pilih? Siapa tahu kan ceweknya Mas Bram sebenernya ya... Gitu deh."

Murni yang tengah menggoreng tempe terkejut mendengar perkataan putrinya. Apalagi ini masih jam lima pagi, biasanya Hana masih bergelung dalam selimut.

Jalu pun tak kalah terkejutnya dengan Murni. Ia sampai meletakkan buku yang ia baca ke meja makan. Hana dengan santainya meminum air putih sambil memainkan kakinya.

"Gitu gimana maksud kamu?" Kata Jalu penasaran.

"Ya siapa tahu kan, dia cewek nggak bener?" Kata Hana lalu mencomot tempe yang masih hangat.

Jalu menaikkan alisnya tinggi. Pun dengan Murni yang langsung mematikan kompornya. Ia duduk disebelah Jalu yang berhadapan langsung dengan Hana.

"Siapa yang ngajarin kamu ngomong nggak sopan gitu?" Tanya Jalu tenang.

Hana lupa, ayahnya memang tidak pernah marah. Tapi ketika marah, siapa pun tidak bisa menghentikannya. Dan sekarang Hana tersenyum kikuk. Ia melihat raut wajah ayahnya yang sedikit... Menyeramkan?

"Ya-ya, siapa tahu kan Hana bilang." Jawab Hana gugup.

"Hana, ibu sama ayah nggak pernah mendidik kamu agar pandai berprasangka buruk dan ngomong seenaknya gitu." Kata Murni sambil menatap kedua bola mata Hana.

"Ma-maaf, Bu."

"Ibu dan ayah pernah ketemu sama istrinya Pandu. Dia adalah perempuan baik dan taat agama. Kalau ibu nggak lupa, mertua Pandu adalah guru ngaji. Meskipun ibu belum secara langsung ketemu Kintani, tapi ibu yakin Kintani kurang lebih sama seperti Mega." Terang Murni.

"Sekarang ayah tanya, kamu sudah jadi gadis sebenar apa sampai bisa ngomong Kintani itu perempuan nggak bener?" Tanya Jalu membuat Hana kalah telak.

"Ayaaah, Hana kan udah minta maaf." Rengek Hana.

Jalu menggelengkan kepalnya. "Ayah tadi kan nanya, kok malah bahas minta maaf."

"Ibuuu." Rengek Hana meminta bantuan Murni.

Murni mengangkat kedua bahunya tanda tidak mau membela Hana yang jelas-jelas salah.

"Meski kamu anak ayah, dengan berat hati ayah akan ngomong kalau ini membuktikan kamu adalah gadis yang sangat buruk etikanya. Kamu yang paling tahu ayah gimana, harusnya kamu jaga sikap dan ucapan kalau kamu nggak mau ayah ngomong kasar." Tutup Jalu lalu meninggalkan Murni dan Hana di meja makan.

Ucapan Jalu membuat Hana sukses meneteskan air mata. Meski Jalu tidak membentaknya, tapi Hana yakin Jalu sangat kecewa dengannya. Hana sampai terisak, ketika dia merenungkan ucapan Jalu tentang etikanya yang buruk.

"Udah udah. Jangan nangis lagi. Ibu tahu maksud kamu baik, mau ngingetin kita untuk selektif sama calon masmu. Tapi nduk, ibu, ayah, dan eyang yakin kalau masmu itu nggak akan salah pilih. Masmu itu kan sangat tahu, kalau eyang nggak akan setuju kalau calon masmu bukan perempuan baik-baik." Kata Murni yang kini tengah mendekap Hana. Ia membiarkan bajunya basah oleh air mata dan ingus Hana.

Hana masih saja menangis sesenggukan. Sekarang ia menangis karena orang tuanya sangat mendukung jika Bram melamar Kintani. Lalu bagaimana dengan Hana? Hana tidak bisa membayangkan jika akan melihat Bram menikahi gadis lain.

"Tap-tapi, Bu...."

"Sssttt, nanti Cakra dan Emma bangun loh denger kamu nangisnya kenceng gini." Tegur Murni karena anak-anak Ifa sedang tidur di lantai bawah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari ruang makan.

"Kenapa sih? Kayaknya kamu nggak rela banget Bram mau lamar cewek." Kata Ifa yang tiba-tiba muncul menggendong Emma yang bermuka bantal.

Hana menjauhkan diri dari pelukan ibunya. Ia berpikir jawaban apa yang terdengar wajar untuk menjawab pertanyaan Ifa.

"Nanti Mas Bram bakal berubah sama aku kalau udah punya istri. Aku kan paling nggak bisa mbak dicuekin gitu." Jelas Hana sambil membersihkan ingusnya dengan tisu.

"Ya iyalah! Ngapain manja-manjain kamu lagi, mending manjain istrinya. Lagian kamu sama Bram tuh bukan muhrim kali dek. Nggak boleh ah terlalu deket gitu meski jatuhnya kita tuh masih saudaraan." Ifa sengaja mengingatkan lagi fakta bahwa mereka adalah saudara sepupu.

Murni mengangguk setuju. "Iya, ayah sama ibu tuh udah sering ngingetin kalian. Kirain ayah sama ibu, kalian bakal deket pas masih kecil aja. Eh nggak tahunya kebawa sampai bangkotan."

"Udahlah, kamu tuh gini karena nggak punya pacar kan? Tuh temennya Riko banyak yang jomblo, ganteng, dan mapan. Kamu bisa tuh kenalan sama mereka." Tawar Ifa kepada Hana yang langsung dihadiahi gelengan kepala oleh Hana.

"Iihh, nggak ah! Mbak apaan sih." Hana hanya mau Bram, bukan teman Riko.

Riko yang merasa disebut-sebut namanya, kini juga duduk di ruang makan.

"Kenapa sih kok nyebut-nyebut nama aku?" Tanya Riko heran.

"Iya le, ada nggak temen kamu yang mau sama Hana? Ibu jadi khawatir, kenapa cowok-cowok itu pada takut deketin Hana. Apa karena Hana bareng Bram terus dikira mereka pacaran kali ya?" Kata Murni dari balik kompor.

Ifa dan Riko tertawa. Murni menawarkan anaknya seperti sedang menawarkan barang dagangan. Lain dengan Hana yang kini tengah kesal karena menjadi bulan-bulanan.

"Ibu apa sih! Hana nggak mau ya dikenal-kenalin gitu. Awas ya mas kalau ada cowok yang deketin aku, itu berarti gara-gara Mas Riko!" Hardik Hana lalu meninggalkan meja makan menuju kamar Cakra.

Lebih baik dia mengganggu Cakra saja. Itu akan lebih baik dibanding bertahan di meja makan hanya dijadikan bahan obrolan yang tidak penting.

"Hana! Kalau sampai Cakra bangun kamu aku jewer ya! Itu anakku baru tidur jam tiga. Tadi malem nangis minta pulang terus!" Teriak Ifa.

"Siapa suruh ngeselin. Rasain pembalasan aku!" Jawab Hana mengancam.

Hana segera menghilang di balik pintu kamar Cakra. Hana sangat suka mencium pipi bocah laki-laki yang baru berusia enam tahun itu.

*

Pendek? Iya tauuu. Makanya rameiiiin😂😂😂

Aku blm nemu cast yang ccok buat Bram sih hehe. Mungkin kalian punya rekomendasi bisa ya komen wkwk😜

Terjerat Pesona Mas BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang