TPMB - 25

3K 76 16
                                    

Btw aku bacain komen2nya mood bgtt sumpah hahaha

KOMEN LAGIIII

Greget yaak sama Bram dan Hana? Wkwk

Vote yaaa

*

"Lesu banget hari ini. Kenapa sih?"

Bram mengabaikan pertanyaan Pandu. Ia benar-benar mumet memikirkan ujung dari masalah yang menimpanya. Kintani adalah calon istri potensial yang memenuhi tipenya. Tapi Hana, ah sial! Perempuan itu kini tengah mengandung anaknya.

"Woy! Budeg ya?" Teriak Pandu di depan muka Bram.

"Ck, nggak lucu." Bram benar-benar kaget.

"Ada masalah bro? Cerita aja." Pandu menyendokkan bekal makan siangnya. Istrinya itu tidak akan rela jika Pandu mengisi perutnya dengan nasi Padang setiap hari.

"Lagi mumet." Jawab Bram sekenanya.

"Kalau yang mumet-mumet gini gue tau sih. Pasti Hana penyebabnya." Kata Pandu dengan bahasa khas Jakarta yang masih melekat pada dirinya.

Bram diam lagi. Sialan! Tebakan Pandu memang benar. Tapi tidak mungkin juga ia menceritakan masalahnya kepada Pandu. Bisa-bisa Bram akan menerima bogem mentah dari Pandu.

"Bro, masih belum terlambat kalau lo mau batalin pertunangan lo sama Kintani." Pandu menghela napas. Ia merasa Bram tidak benar-benar mencintai Kintani. Bram hanya gengsi mengakui bahwa di dalam hatinya hanya ada satu nama. Hana.

Bram tersedak minumannya. "Jangan ngawur!" Kata Bram setelah berhasil meradakan perih di tenggorokannya.

Pandu mendengus. "Jujur bro, sebenarnya gue nggak suka dengan keputusan lo yang terkesan buru-buru untuk lamar Kintani. Mungkin orang lain akan percaya kalau lo nggak ada perasaan apa pun sama Hana. Tapi gue bukan orang yang bisa lo tipu. Selama ini gue melihat lo pingin Kintani jadi istri lo tapi lo nggak rela kalau Hana jadian sama cowok lain. Gue tau banget beberapa hari yang lalu lo uring-uringan karena Hana diantar cowok lain ke kampus. Sorry, gue harus bilang lo brengsek sih. Lo kasih harapan ke Kintani seolah-olah hanya dia cewek yang ada di hati lo. Tapi kenyataannya malah sebaliknya."

Pandu menghela napas sejenak. "Gue pikir mungkin akan lebih baik kalau lo nggak usah nikahin Kintani. Pernihakan bukan untuk main-main lagi, Bram."

"Gue cinta sama dia."

Pandu terkekeh. "Dia? Dia yang lo maksud ini siapa? Bram, udah deh lo nggak usah ngomong cinta-cintaan. Jangan jadi pengecut yang berlindung dibalik kata saudara."

Hilang sudah nafsu makan Bram siang ini. Jadi selama ini Pandu memperhatikan gerak-geriknya?

"Apa jangan-jangan lo cuma jadiin Kintani sebagai batu loncatan aja? Karena mungkin kalau lo sama Hana keluarga kalian nggak akan setuju. Kalau gitu lo bangsat banget. Gue ngomong gini karena Kintani selalu cerita ke istri gue. Setiap kalian ketemu, topik pembicaraan kalian ya cuma Hana. Jujur, gue kecewa sama lo." Pungkas Pandu. Ia membereskan tempat bekalnya lalu meninggalkan Bram sendirian di kantin.

Ingin sekali Pandu membanting kepala Bram agar ia sadar kelakuannya selama ini melukai Kintani dan juga Hana. Sialan! Pandu seketika menyesal telah membiarkan Bram mengenal Kintani. Tapi akan lebih baik jika Bram segera mengambil keputusan, memutuskan hubungannya dengan Kintani sekarang tidak terlalu buruk. Meski nantinya Bram akan dihajar habis-habisan oleh Pandu.

Bram mengerang kesal. Kepalanya sangat pening memikirkan semua ini. Ia juga bingung apa maunya. Semua jadi berantakan karena Hana hamil. Ck!

*

Terjerat Pesona Mas BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang