*
"Halo, Ndu?"
"Lagi sibuk nggak lo?"
"Nggak. Kenapa?"
"Lo bisa jemput Kintani nggak, Bram? Motornya mogok di jalan. Gue lagi nganterin mertua nih ke rumah sakit nih check up. Lo kan tau Mega nggak bisa nyetir."
Otomatis bibir Bram melengkung ke atas. "Bisa. Lo kirim aja alamatnya. Gue bakal langsung otw." Katanya semangat.
"Ck, insting gue emang nggak salah. Gue udah duga lo pasti mau pake banget."
"Apaan sih. Udah cepet!"
"Eh tapi lo ke rumah gue dulu bawa mobil gue yang satunya. Lo juga jangan sendirian, Kintani pasti nggak mau semobil berdua sama lo doang!"
Sesaat Bram kebingungan akan mengajak siapa untuk menjemput Kintani. Bram baru sadar bahwa Hana sedang memandanginya dengan alis yang berkerut sambil bersandar santai pada cabang pohon.
"Iya. Bareng Hana kok. Tenang aja." Hana semakin bingung ketika namanya disebut-sebut.
"Ntar Hana cemburu. Gimana tuh?" Tanya Pandu jail.
"Bawel amat sih lo! Ntar Kintani nunggu lama. Kasian!" Omel Bram.
"Oh iya! Ya udah gue segera kirim alamatnya ke elo. Makasih yak!"
Telepon dimatikan, berikutnya ada sebuah pesan dari Pandu yang berisi alamat dimana Kintani sedang berada.
"Mas?" Hana tak tahan untuk tidak menanyai Bram.
"Dek, ikut yuk. Barusan Pandu telepon minta tolong mas buat jemput iparnya. Motornya lagi mogok." Ajak Bram semangat.
Hana mengangguk mengerti. "Terus ngajak Hana juga, alasannya apa?"
"Dia nggak mungkin berduaan sama mas. Kan bukan mahromnya. Udah yuk, kasian ntar Kintani nunggu kita lama."
Dengan setengah hati Hana menuruni pohon mangga. Hana masih ingin disini menikmati udara malam yang sejuk. Bram buru-buru mengambil motornya di rumahnya sendiri. Jelas, Bram khawatir jika Kintani menunggunya sendirian di pinggir jalan.
"Ayo dek cepet! Nggak usah ganti baju." Seru Bram.
Hana menghampiri Bram dengan bersungut. Bram menyerahkan helm warna coklat untuk Hana. Setelah mengenakan helm, Hana naik ke boncengan Bram.
"Pegangan yang kenceng dek!" Teriak Bram.
Hana menuruti, karena motor yang mereka kendarai melaju dengan cepat. Apalagi cuaca yang sangat dingin dan Hana tidak memakai jaket membuatnya menggigil.
Meskipun banyak yang Hana akan tanyakan, tapi ia lebih memilih diam daripada harus berteriak di jalan. Nanti saja, pikir Hana.
Setelah mampir ke rumah Pandu untuk mengambil mobil, Bram dan Hana dengan cepat menyusul Kintani. Bram menghentikan mobil Pandu tepat di sebelah motor Kintani yang kini tengah mogok. Kintani sendiri sedang duduk di trotoar sambil memangku beberapa map dan tas jinjing.
Bram dan Hana bergegas keluar dari mobil menghampiri Kintani. Meski penampilan Kintani sudah tidak rapi, menurut Hana Kintani memiliki aura berbeda sehingga ia tampak tetap cantik.
"Assalamualaikum, dek. Maaf ya lama."
Kintani mengangguk. "Wa'alaikum salam. Nggak apa-apa mas. Maklum dari rumah ke sini kan jauh." Jawab Kintani kalem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Pesona Mas Bram
Teen Fiction"Mas, jadi pacar Hana mau nggak?" Tanya Hana tiba-tiba. Bram hanya diam. Tak menyangka sepupunya akan bertanya seperti itu. "Eh, Hana ganti deh pertanyaannya. Hana mau kok jadi pacar mas. Ini pernyataan loh mas! Mas nggak boleh nolak!" Kata Hana ser...