TPMB - 27

3.8K 90 9
                                    

Happy reading

Baca juga Bastian-Belvia

Vote dan komeeen

*

Bugh!

Bram tersungkur ke lantai. Ia tiba-tiba menerima bogeman mentah dari sahabatnya sendiri tanpa tahu alasannya.

"Woy! Maksud lo apa pukul gue?!" Teriak Bram setelah berhasil bangkit. Ia menarik kerah baju Pandu meminta penjelasan.

"Lo masih nanya? Lo bikin ulah apa sampai Kintani mau batalin rencana pernikahan kalian?!" Balas Pandu sengit.

Deg!

Bram melepaskan cengkramannya. Ia menatap Pandu heran. "Batal?"

Pandu berdecih. "Jangan sok-sokan nggak tau. Nanti malam mertua gue mau datang ke rumah lo buat nyelesaiin semuanya. Sekarang gue minta penjelasannya. Ada apa sebenarnya?"

Kerutan di dahi Bram semakin bertambah. Ia sangat shock mendengar penuturan Pandu. Kintani benar-benar tidak bicara apa pun padanya.

"Gue nggak tau." Ucap Bram lirih. Ia tidak berbohong. Tidak tergambar lagi bagaimana rasa hatinya sekarang.

Bugh!

Pandu menghajar Bram lagi. "Brengsek! Lo jangan bohongin gue!"

Mata Bram memerah, rasa sakit di pipinya tidak ada apa-apanya dibanding rasa perih yang menjalar di hatinya. Mana mungkin Kintani memutuskan hubungannya secara sepihak seperti ini.

"Gue nggak bohong! Semalam kita nggak ada kontakan sama sekali. Gue dan Kintani juga nggak ada masalah apa pun. Gue juga bingung kenapa lo tiba-tiba bilang Kintani mau batalin rencana pernikahan." Jelas Bram.

Pandu mengendurkan cengkramannya. Ia melepaskan Bram, membiarkan lelaki itu mengelap ujung bibirnya yang berdarah. Sepuluh menit lagi waktunya mereka bekerja. Pandu juga tidak ingin membuat keributan kalau ada yang melihat perkelahiannya dengan Bram di loker dan berujung di skors.

Setelah Pandu pergi dari loker, Bram merogoh ponselnya. Mencoba menghubungi Kintani berkali-kali meski pun hanya ada suara operator yang menjawab panggilannya.

Bram mendesah kesal. Ia lalu membuka room chat-nya dengan Kintani. Tidak ada yang aneh. Pesan terakhir waktu Bram memberitahu Kintani kalau ia sedang menemani eyang. Tapi yang sebenarnya terjadi ia membawa Hana ke suatu tempat.

Tempat yang membuat Bram tidak berhasil menguasai dirinya sendiri. Ia kembali jatuh ke dalam pesona Hana. Bram dan Hana bergumul dengan panas melawan hawa dingin.

*

Benar saja. Jam tujuh malam sebuah mobil SUV berhenti di depan rumah Bram. Ayah Tirto, Ibu Nisa, Pandu, Mega, dan juga Kintani keluar dari mobil. Cukup sulit menahan Kintani agar tetap di rumah. Tapi Ayah Tirto pada akhirnya mengijinkan Kintani ikut karena gadis itu akan mengatakan alasan yang sebenarnya kenapa ia ingin membatalkan semuanya.

Jalu melirik Bram seolah meminta penjelasan, tapi Bram mengendikkan bahunya. Bram pun seolah bertanya lewat tatapannya kepada Kintani, tapi tunangannya itu menundukkan kepalanya. Wajah ibu mertuanya yang masam menandakan kalau ini adalah berita buruk untuknya.

"Kedatangan saya dan keluarga kemari, karena ingin membahas sesuatu yang sangat penting. Ini soal Kintani dan Bram." Kata Ayah Tirto.

Eyang duduk dengan tenang di samping Murni. Membiarkan Ayah Tirto menjelaskan lebih dulu maksud kedatantannya secara tiba-tiba.

"Sepertinya hal ini mendesak sekali, sampai njenengan sekeluarga secara mendadak berkunjung ke sini tanpa memberitahu lebih dulu." Ucap Jalu.

Ayah Tirto mengangguk. "Kami ingin rencana pernikahan Kintani dan Bram dibatalkan."

Terjerat Pesona Mas BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang