Chapter 14

719 22 0
                                    

Happy reading!

______

07:00 a.m

Pagi harinya pintu kamar Annisa dibuka. Masuklah seorang wanita paruh baya yang diyakini salah seorang pelayan di mansion ini.

Annisa bernafas lega kala wanita itu masuk. Tadinya jika pria itu yang masuk, Annisa akan berpura-pura tidur lagi.

"Nona, anda sudah bangun?" Pelayan itu terkejut melihat Annisa yang sedang duduk diatas ranjang.
Memang tujuannya datang kesini untuk membangunkan gadis itu atas perintah tuannya.

Annisa mengangguk sambil tersenyum. Gadis itu menghampiri wanita itu, "Bibi, apakah boleh aku pergi keluar?" tanyanya penuh harap.

Wanita itu menggeleng, "Maaf, nona. Tapi tuan tidak mengizinkannya"

Seharusnya Annisa jangan terlalu berharap setelah kejadian malam kemarin. Karena mau berapa kali pun ia berharap, jawabannya pasti akan tetap sama.

"Baiklah" ujar gadis itu dengan lesu.

Wanita tersenyum tipis menanggapi respon nona mudanya itu. "Nona, bersiaplah 30 menit lagi anda harus turun ke bawah. Tuan Adrian ingin sarapan bersama dengan anda"

Annisa menggeleng ribut sambil menjauh, "Ak-aku akan sarapan di kamar saja, bibi"

"Tapi tuan akan marah besar jika nona tidak ingin menurutinya" ujar wanita itu seolah menyentil akal sehat gadis itu.

Benar. Pria itu pasti akan marah jika dirinya membantah seperti ini. Apalagi setelah kejadian kemarin. Pria itu tidak pernah bermain-main dengan ucapannya.

Baiklah, Annisa akan mengalah. Setidaknya sampai dirinya menemukan cara untuk kabur dari tempat ini.

"Baiklah, aku akan turun sebentar lagi" ujarnya.

"Kalau begitu saya permisi, nona" Pelayan wanita itu menunduk hormat.

30 menit kemudian...

07:32 a.m

Perlahan Annisa menuruni anak tangga. Dalam hati ia berdoa, semoga pria itu tidak ada disana seperti malam kemarin.

Jadi Annisa hanya perlu sarapan dan setelah itu ia akan langsung kembali ke kamarnya dengan cepat.

Namun, harapannya musnah seketika. Dari jauh, ia mendengar suara pria itu dengan sangat jelas. Terdengar seperti sedang menelpon seseorang.

Tangannya tiba-tiba bergetar. Gadis itu meremas ujung pakaiannya ditambah keringat dingin mulai membasahi seluruh tubuhnya.

Ruang makan itu dekat dengan kolam renang. Pria itu berdiri didekat kolam renang dengan posisi membelakanginya. Adrian sudah rapi dengan setelah kemeja hitamnya.

Langkah Annisa berhenti tepat di depan pintu penghubung antara dapur dan kolam. Pria itu hanya berjarak beberapa meter saja darinya.

"Kau terlambat 2 menit, baby" Adrian berbalik menatap dirinya.

"Maaf.. " Lirihnya yang dapat didengar  dengan kepala yang menunduk. Annisa tidak berani menatap Adrian.

"It's okay, aku masih memiliki waktu beberapa menit lagi" balas Adrian dengan lembut

Pria itu membimbing gadisnya menuju kursi yang berhadapan dengannya. Sesaat Annisa terkejut.

"Makanlah" titah pria itu yang sudah duduk dihadapannya. Annisa mengangguk samar.

Annisa membiarkan pria itu lebih dulu menyantap sarapannya. Setelah itu dirinya menyusul. Bagaimanapun juga pria itu tuan rumah disini.

Keduanya sarapan dalam hening. Tak ada yang berniat memulai percakapan. Adrian hampir menghabiskan makanannya. Sejenak ia melirik gadis itu yang malah melamun, memainkan makananya.

Adrian yang melihatnya, sedikit emosi. Ia membanting alat makannya dengan kasar sampai menyadarkan gadis itu.

"Apa perlu aku menyuapimu dengan paksa?!" tanya Adrian dengan nada bicara yang tidak bersahabat.

Annisa menggeleng ketakutan. Dengan gerakan cepat ia memakan sarapannya sampai akhirnya gadis itu tersedak sendiri.

Uhuk

Uhuk

Annisa memukul pelan dadanya lalu mengambil segelas air putih yang sudah tersedia. Kemudian meminumnya sampai tandas.

Adrian hanya diam memperhatikannya tanpa berniat membantu. Beberapa menit lagi seharusnya ia harus pergi bekerja sekarang. Tapi nyatanya tidak. Pria itu hanya ingin memastikan gadisnya memakan sarapannya.

Hell, untuk apa Adrian melakukan semua ini? Entahlah ia sendiri tidak tahu.

Annisa selesai dengan sarapannya meskipun agak sedikit kacau. Secara reflek juga gadis itu membereskan piring dan juga gelas kotor di meja itu.

"Pelayan akan datang membereskannya!" ujar pria saat melihat Annisa yang akan beranjak membereskan semuanya.

Gadis itu mengangguk patuh dan kembali duduk. Dalam hati Adrian tersenyum penuh kemenangan. Ah, ia jadi suka saat gadisnya penurut seperti ini.

Adrian beranjak dari duduknya, "Setelah ini kau kembali masuk ke kamarmu dan jangan keluar sampai malam nanti karena teman-temanku akan datang kemari!" Tegasnya tak terbantahkan.

Annisa mendongak menatap pria itu. Ada sedikit perasaan kesal dalam hatinya. Pria itu benar-benar membuatnya seperti tahanan. Tapi ia tidak bisa melakukan apapun. Melawan pun percuma.

"Kau mengerti?!" tanya Adrian dan gadisnya mengangguk lagi.

"Bisakah aku meminta satu hal padamu?" tanya Annisa yang memberanikan diri menatap pria itu.

"Apa?"

"Jangan menyentuhku sembarangan. Ma-maksudnya kau tidak boleh memegang tanganku, wajahku, kepalaku atau apapun itu" jawab Annisa sedikit takut.

Adrian tersenyum dengan smirk-nya, "Baiklah tidak masalah. Lagi pula aku juga tidak tertarik denganmu. Jadi jangan terlalu percaya diri!"

Hati Annisa sakit mendengarnya. Matanya sedikit berkaca-kaca. Kenapa pria itu malah menghinanya? Annisa bukannya percaya diri, tapi ia hanya tidak ingin pria itu seenaknya.

Karena sejak pertama kali bertemu, pria itu selalu bebas memegang dirinya. Yang mana itu bertentangan dengan kepercayaan yang dianutnya.

"Kau harus memegang kata-katamu. Jangan pernah melanggarnya!" Annisa berkata dengan tegas tanpa membuat pria itu merasa tersinggung ataupun marah.

Apa hal itu sangat penting?, pikir Adrian dengan tak peduli. Akhirnya pria itu pergi tanpa berpamitan, meninggalkan gadis itu disana.

Tak lama setelahnya, Stefan-tangan kanan pria itu- menghampiri Annisa.

"Mari nona, saya akan mengantarkan anda ke kamar" ajaknya.

Annisa menggeleng, "Tidak perlu, aku akan pergi sendiri" pamitnya.

_______

To be continued....

Sejauh ini gimana ceritanya?

Vote sama komennya jangan lupa ya 🤓

DANGEROUS BILLIONAIRE (New Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang