Chapter 2

1.5K 44 0
                                    

Happy reading !!!

---

Pagi harinya, setelah mereka selesai sarapan, Annisa dan Asyifa berencana untuk pergi mengeliling kota Los Angeles. Bagi Asyifa mungkin ini biasa karena ia sering pergi berlibur ke luar negeri bersama keluarganya. Tetapi bagi Annisa ini hal yang baru. Ini pertama kalinya ia pergi ke luar negeri. Maklum saja, Asyifa berasal dari keluarga yang kaya, sedangkan Annisa ?? Jangankan untuk berlibur keluar negeri, tamat S1 pun ia sudah sangat bersyukur. Beruntung Annisa mendapatkan beasiswa karena otak cerdasnya saat itu.

Perlu kalian ketahui, Annisa adalah anak yatim piatu. Ibunya meninggal saat melahirkanya dan ia hanya bisa melihat wajah ibunya melalui satu foto yang ia punya. Sedangkan ayahnya meninggal karena sebuah kecelakaan. Sejak bayi hingga tamat SMA Annisa tinggal di panti asuhan. Barulah saat dirinya memasuki jenjang perkuliahan, ia memutuskan untuk tinggal sendiri disebuah Apartemen, membiayai hidupnya dan membantu membiayai hidup anak-anak panti dengan bekerja

Tapi itu semua tidak membuat persahabatan mereka menimbulkan adanya batas diantara keduanya. Asyiga sudah menganggap Annisa sebagai saudaranya sendiri, pun begitu dengan Annisa.

Saat ini mereka sedang berada disebuah pameran buku yang berada disalah satu Mall dikota Los Angeles. Sebenarnya ini tidak ada dalam daftar rencana awal mereka, tetapi karena permintaan Annisa jadi mereka datang ke tempat itu. Asyifa sendiri tidak terlalu menyukai buku. Menurutnya buku itu sangat membosankan. Berbeda dengan Annisa yang sangat menyukai semua jenis buku. Entah itu novel, komik dan jenis buku lainnya.

Sedari tadi Annisa terus mengelilingi pameran ini tiada hentinya, entah apa yang ia cari sampai-sampai Asyifa dibuat kesal olehnya.

"Nis bentar aku capek" ujar Asyifa ngos-ngosan.

"Kamu kayaknya capek banget" celetuk Annisa tanpa dosa.

"Bukan kayaknya, tapi emang capek kali" kesalnya.

Annisa terlihat menahan senyumnya, "Oke maafkan hambamu ini ratu" guraunya seraya menyerahkan air mineral.

"Udahlah, sebenarnya kamu nyari apa sih ?? Dari tadi kita keliling terus"

"Gak ada, aku cuman pengen keliling aja" ucap Annisa dengan wajah polosnya.

"Allahu akbar.. Nis kamu kebangetan ya, kamu tau gak kita udah keliling hampir tiga jam dan kamu dengan polosnya ngomong kayak gitu" ucap Asyifa mengelus dadanya beberapa kali.

"Iya gitu ??"

Aduhh.. punya sahabat polos amat ya, untung sayang kalo enggak udah di.. Ah nggak deh

"Yaudahlah mendingan sekarang kita cari makan siang yuk" ajaknya.

"Oke"

🐼🐼🐼

Siang sudah berganti tugasnya dengan malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 09:00 p.m. Tetapi tidak ada tanda-tanda kehadiran dua gadis remaja di hotel itu. Tentu saja karena mereka--ralat-- Annisa belum puas mengelilingi kota ini.

"Nis ayo kita pulang, aku udah capek nih" ajak Asyifa.

"Bentar lagi".

Sedari tadi Asyifa sudah mengajak Annisa untuk pulang ke hotel, akan tetapi ia memaksa untuk tetap mengelilingi kota ini sebentar lagi. Wajah lelah Asyifa seakan tidak terlihat olehnya.

Asyifa menghela nafasnya. Percuma saja berbicara dengan gadis itu. Tidak ada gunanya. Karena Annisa sibuk melihat pemandangan disekitarnya. Jika Annisa tertarik pada sesuatu, ia akan melupakan semuanya. Termasuk melupakan sahabatnya sendiri. Poor Asyifa.

10 menit..

30 menit..

"Pulang yuk !!" ajak Annisa.

"Alhamdulillah Ya Allah, dari tadi kek, gak tahu apa aku udah ngantuk dari tadi". Asyifa sangat bersyukur sekali akhirnya Annisa mengajaknya untuk pulang ke hotel. Bukannya apa-apa, hanya saja saat ini sudah larut malam dan juga mereka sedang berada dinegeri orang. Asyifa hanya khawatir jika terjadi sesuatu dengan mereka. Apalagi mereka berdua perempuan.

Sesampainya di hotel, mereka langsung merebahkan dirinya diatas kasur. Tidak sampai lima menit, Asyifa sudah memasuki alam bawah sadarnya. Sepertinya Asyifa sangat kelelahan, pikirnya.

Sedangkan Annisa tidak bisa tidur walaupun ia sudah mencoba memejamkan matanya. Tidak biasanya Annisa begini. Ia merasakan sesuatu yang mengganjal dihatinya. Seperti perasaan takut, cemas dan khawatir. Tetapi ia tidak tahu apa itu.

Sebenarnya Annisa sudah merasakan ini sejak pagi tadi. Ia mencoba untuk mengabaikannya. Mungkin dengan jalan-jalan tadi, ia bisa menghilangkan perasaan itu. Tapi nyatanya it doesn't work.

Otak cantiknya itu mulai berpikir kemungkinan terburuknya. Apakah mungkin sesuatu yang buruk akan menimpanya ?? Tapi apa itu ??

Annisa mengubah posisinya menjadi duduk bersandar dikepala ranjang lalu meraih ponselnya yang berada diatas nakas dan mencari sebuah kontak seseorang yang selalu menenangkannya disaat seperti ini.

Panggilan pertama tidak ada jawaban. Kedua pun sama, sampai akhirnya ia mencoba untuk ketiga kalinya dan berhasil.

"Halo Assalamualaikum bunda" ucap Annisa.

"Waalaikumsalam, gimana kabar kamu disana Nis ??" tanya sebuah suara disebrang sana.

"Alhamdulillah baik bun, gimana sama bunda dan anak-anak panti disana ??"

"Alhamdulillah Bunda baik kok, anak-anak kangen sama kamu. Mereka gak sabar pengen ketemu kamu dan pulang bawa oleh-oleh katanya"

Annisa menepuk jidatnya, "Oh iya aku baru inget hampir aja aku lupa, untung bunda ingetin. Insya Allah aku bakal bawa oleh-oleh dari sini untuk kalian, bunda mau apa ??" tanyanya.

Terdengar helaan nafas dari sana, "Bunda gak mau apa-apa, bunda cuman mau kamu cepet pulang Nis, soalnya disini sepi gak ada kamu dan jujur bunda khawatir kamu gak ada didekat bunda"

"Iya bun, aku akan usahain buat pulang secepatnya dan bunda gak usah khawatir aku bisa jaga diri kok" ucapnya menenangkan sang bunda.

"Iya kalo gitu bunda tunggu kepulangan kamu secepatnya, ngomong-ngomong kamu kenapa telpon bunda ?? bukannya disana udah malam, ya ?? Kamu belum tidur ?? Kamu gak ada masalahkan ??"

Annisa tertawa kecil, "Bunda nanyanya satu-satu dong, aku bingung mau jawab yang mana dulu"

"Iya maaf, bunda cuman khawatir sama kamu"

"Gak ada apa-apa kok bun, aku cuman mau dengar suara bunda. Disini emang udah malam, aku bakal tidur bentar lagi kok"

Sangat bohong jika saat ini dirinya berkata baik-baik saja. Tapi dia tidak ingin membuat bundanya khawatir. Jadi dia memutuskan untuk berbohong demi kebaikannya. Setidaknya untuk kali ini saja.

Ya Allah maafkan aku telah berbohong pada bunda, batinnya.

"Alhamdulillah, bunda pikir kamu kenapa-napa, kalo gitu bunda tutup dulu ya telponnya, bunda lagi masak buat anak-anak panti. Assalamualaikum sayangnya bunda"

Anissa tersenyum, "Iya bun, waalaikumsalam"

Annisa meletakkan kembali ponselnya semula. Sekarang dirinya merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Memang terbukti bundanya selalu dapat membuatnya tenang, walaupun hanya dengan mendengar suaranya. Rasa kantuk pun mulai menyerang gadis itu dan tak lama kemudian ia memasuki alam bawah sadarnya.

---

Thanks you so much for reading 😊 Jangan lupa buat vote and comment 😉

DANGEROUS BILLIONAIRE (New Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang