Chapter 22

483 16 0
                                    

Happy reading!!!

-------

Jakarta, Indonesia

Wajah Asyifa terlihat tegang karena sang kakak menatap intens dirinya. Gadis itu hanya bisa menunduk tak berani menatap orang dihadapannya.

Ia tak menduga hal ini akan sampai dengan cepat pada sang kakak karena yang ia tahu kakaknya sedang ada perjalanan bisnis di Singapura.

"Jadi..." Sang kakak mulai angkat bicara.

Asyifa tak berani mendongak sambil memainkan jarinya dengan gugup. Mereka berdua sedang berada di kamar Asyifa.

"Kamu bohongin abang, ya?" tanya sang kakak masih dengan nada santai. Kedua tanganya bersidekap dada sambil menatap sang adik yang tengah ketakutan.

"Syifa..."

"Asyifa.. "

"Asyifa Atmadja!" sentak sang kakak dengan kesal.

Asyifa tersentak kaget. Matanya mulai berkaca-kaca. Sang kakak memanggil nama lengkapnya. Itu artinya ia benar-benar dalam masalah.

"Abang..." panggil Asyifa dengan suara serak seperti ingin menangis.

"Apa?" sahut sang kakak. Detik selanjutnya Asyifa menangis karena tak kuasa menahannya. Gadis itu memeluk erat sang kakak sambil menceritakan semua yang terjadi padanya dan Annisa selama di Amerika.

"Abang, Nisa ilang disana. Aku udah coba nyari-nyari tapi gak ketemu. Te-terus aku juga minta tolong sama pengawal ayah buat bantu tapi tetep aja gak ketemu"

"Terus sekarang bunda marah sama aku dan larang aku buat datang ke panti lagi"

"Ak-aku bingung, bang. Aku gak tahu Nisa ilang kemana. Aku takut, bang. Kalo Nisa gak ketemu gimana? Bunda bakal marah sama aku selamanya"

"Ini salah aku. Aku nyesel, bang. Bang Fathan harus bantuin aku buat cari Nisa"

Asyifa bercerita sambil menangis sesenggukan. Gadis itu menyesali perbuatannya. Jika saja ia tidak memaksa Annisa untuk menemaninya menonton konser, sahabatnya itu pasti masih ada disini.

Fathan mengelus punggung adiknya itu guna menenangkannya. Pria itu tak berkomentar apapun. Ia ingin Asyifa menceritakan semua kronologinya terlebih dahulu agar ia bisa mengambil keputusan untuk langkah selanjutnya.
Dan sebenarnya ia sudah mengetahui hal ini sekilas dari Nashra.

Setelah dirasa tenang, Fathan mulai bertanya. Posisinya masih memeluk sang adik. "Kenapa gak cerita dari awal?"

"Ak-aku kira bisa selesain semuanya sendiri tapi ternyata nggak, te-terus.." Asyifa menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan sebelum akhirnya melanjutkan perkataannya, "takut ketahuan bohong juga sama abang karena aku kesana buat nonton konser bukan penelitian kampus"

"Jadi bener kamu bohong sama abang?" tanya Fathan tenang.

Asyifa mengangguk takut dan semakin mengeratkan pelukannya pada sang kakak. Percayalah, walaupun terdengar sangat tenang, pria itu aslinya sedang marah. Asyifa sangat takut.

"Bang, maaf" cicit Asyifa dengan takut.

"Abang gak ngerti sama kamu Syifa. Kenapa kamu harus libatin orang lain dalam kebohongan kamu"

"Dengan kamu gak jujur sama abang, kamu malah makin nambah masalah, Syifa" Fathan masih berusaha untuk tenang meskipun ia kesal dengan adiknya.

"Abang gak bakal ijinin aku.." balas Asyifa mencoba membela diri.

"Ya, jelaslah. Abang gak akan pernah ijinin kamu buat pergi kesana kalo niatnya cuman nonton konser!" Kekecewaan tercetak jelas diwajah pria itu. Ia hanya tak menyangka jika adiknya bisa berbuat sampai sejauh ini hanya untuk sebuah konser sialan itu.

DANGEROUS BILLIONAIRE (New Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang