Chapter 23

442 21 0
                                    

Happy reading!!!

___________

"Baby, come here!"

Annisa yang sedang duduk melamun sambil memeluk kedua lututnya itu terkesiap mendengar suara beratnya. Sejenak ia terdiam, namun detik selanjutnya Annisa langsung menggelengkan kepalanya dan segera turun dari ranjangnya untuk menghampiri sumber suara.

Annisa berjalan ke arah walk in closet, tempat dimana pria itu berada. Saat sampai Annisa melihat Adrian yang sudah rapi dengan setelan jas ala kantorannya tengah menata rambut didepan cermin.

Menyadari kehadiran gadisnya, Adrian berbalik dan mengisyaratkan Annisa mendekat ke arahnya. Pria itu langsung menyerahkan sebuah dasi. Annisa yang langsung mengerti pun memposisikan dirinya dihadapan pria itu. Kedua tangannya dengan lihai mengikat dasi tersebut tanpa butuh waktu yang lama.

"Selesai.." Lirihnya takut. Bagaimana tidak, selama Annisa mengikat dasi tersebut pria itu terus menatapnya dengan dalam. Annisa bahkan harus menahan nafasnya. Tatapan pria itu seolah-olah siap menerkamnya.

Annisa yang bersiap untuk menjauh tiba-tiba saja tubuhnya didorong sampai punggungnya menabrak cermin. Annisa yang menyadari tanda bahaya itu langsung berontak.

"To-tolong, jangan..." Kedua tangannya ditahan diatasnya dan itu mengingatkannya pada kejadian dimana pria itu menghukumnya.

"Why not?" Bisik Adrian yang membuat tubuhnya merinding seketika. Aura gelap dan dominannya sangat terasa.

Matanya tak berani menatap sang lawan bicara. Matanya berkaca-kaca. Rasa takut dan trauma itu menjadi satu.

Annisa memalingkan wajahnya kala pria itu akan menciumnya. Adrian merasa harga dirinya sebagai seorang pria terlukai. Ia tidak terima dengan penolakan tersebut.

"Baiklah, kau menolakku. Bagaimana kalau kita melanjutkan hukumanmu?"

Deg. Apa maksudnya? Jadi hukuman gila itu akan ia dapatkan lagi?

Annisa menggeleng ribut dengan air mata yang mulai bercucuran. Memikirkannya saja sudah membuat gadis itu ketakutan setengah mati apalagi jika pria itu benar-benar melakukanya kembali.

Semua perlakuan Adrian saat itu cukup membuatnya trauma berat pada laki-laki meski Adrian tidak jadi melakukan sesi unboxing padanya. Entah apa alasannya, namun Annisa sangat bersyukur hal itu tidak terjadi.

Kedua tangannya terlepas.Tanpa aba-aba Adrian langsung melumat bibir mungil itu dengan lembut. Satu tangannya memeluk tubuh gadisnya kemudian tangan lainnya memegang rahang gadisnya, memastikan bibir mereka tetap beradu manja.

Sama halnya seperti hari itu, Annisa tak berdaya. Ia tak punya pilihan selain melakukan semua yang pria itu inginkan.

"Open your mouth, baby.."

Tidak! Annisa tidak mau. Tapi apa semuanya berjalan sesuai keinginannya? Tentu tidak. Tahu apa yang Adrian lakukan?

Dengan gilanya Adrian meremas pantatnya sampai membuat Annisa menjerit dan otomatis membuka mulutnya.

Pria itu tersenyum. Lagi-lagi Adrian dibuat candu oleh gadisnya. Lumatan kecil itu perlahan semakin menuntut. Ia sama sekali tak ingin berhenti. Pria itu terus memperdalam ciumannya meski gadisnya mulai kehabisan nafas dan terus memukuli bahunya agar pria itu segera berhenti, hingga..

Prangg

Salah satu pintu lemari berbahan kaca itu pecah tanpa sebab membuat Adrian mengumpat dan terpaksa mengakhiri kegiatannya. Manik abu tajamnya langsung tertuju pada pecahan kaca itu.

Apa kau benar ada disini, Cia? tanyanya dalam hati.

Tak lama kemudian pandanganya beralih pada gadisnya yang tengah mengatur nafasnya dan mencengkram erat jasnya.

"Sorry, babe.." Adrian langsung menggendong gadisnya untuk keluar dari sana lalu mendudukannya diatas ranjang.

Adrian berjongkok menyamakan tingginya dengan gadis kecilnya itu.
"Jangan masuk kesana sampai pelayan membersihkannya, kau mengerti?"

Annisa diam dengan sebelah tangan yang terkepal kuat, karena satu tangan lainnya sibuk mengusap bekas menjijikan yang pria itu tinggalkan.

Ingin rasanya marah tapi ia tidak mungkin melakukannya. Annisa takut pria itu akan melakukan hal-hal diluar nalarnya.

Hening sesaat. Namun, tak lama kemudian pria itu membuka suaranya.

"Baby, mulai hari ini aku tidak akan mengurungmu lagi.." Adrian sengaja menjeda ucapannya dan ingin melihat reaksi makhluk kecil dihadapannya. Dan itu semua terbukti dengan tatapan penuh harapan yang tertuju ke arahnya.

Adrian terkekeh sambil mengusap pucuk kepala gadisnya, "tapi kau hanya bebas berkeliaran disekitar mansionku!" Lanjutnya.

"Kenapa? Ak-aku juga ingin pergi keluar, menghirup udara bebas seperti orang lain" Manik coklatnya bertubrukan dengan tatapan tajam itu. Ia bahkan sampai lupa jika dirinya sedang berhadapan dengan siapa.

"Dan membiarkanmu kabur, begitu? Itu tidak akan pernah terjadi, sayang. Hanya di mansionku kau bisa bebas. Tidak dengan dunia luar!" tegas Adrian. Ia mulai tidak suka dengan perlawanan gadisnya.

"I'ts not fair. Kau bisa pergi kemanapun tapi aku tetap terkurung disini" Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Jujur Annisa takut tapi ia tak ingin diam saja saat diperlakukan dengan tidak adil.

Stres dan tertekan, itulah yang Annisa rasakan saat pria itu terus mengurungnya di kamar seperti tahanan.

Semenjak datang ke tempat ini, hidupnya benar-benar gelap dan suram seolah tak memiliki masa depan. Terlalu banyak aturan yang merugikannya. Annisa harus inilah, tidak boleh beginilah. Lama-lama Annisa bisa gila.

Adrian terdiam sejenak, mengatur emosinya yang perlahan naik. Manik abunya menatap tajam gadis itu. Tangannya mengepal. Annisa yang melihatnya reflek meremas ujung jilbabnya.

"Anggap saja itu masih bagian dari hukumanmu!"

Hukuman lagi? Tidak cukupkah pria itu memperlakukan Annisa dengan seenaknya?

"Aku tidak suka dibantah, Annisa!" Pria itu memperingati gadisnya lewat suara dinginnya. Itu artinya tidak boleh ada siapapun termasuk dirinya yang membantah.

"Kau jahat!" Tidak ada yang bisa Annisa katakan selain itu. Selain jahat pria itu juga egois. Adrian tak pernah memikirkan perasaannya dan mentalnya yang semakin lemah setiap harinya. Sepertinya Annisa akan gila sebentar lagi.

Adrian mengusap pipi chubby favoritnya yang kini semakin tirus, "I'm not. Semua yang ku lakukan untuk kebaikanmu dan keselamatanmu. Kau akan aman disini!"

Aman katanya? Annisa tidak akan pernah aman jika dirinya terus bersama Adrian. Pria itu sering melakukan hal aneh padanya. Tiba-tiba memeluknya dan menciumnya tanpa ijin.

Entah berapa banyak dosa lagi yang akan ia perbuat nantinya. Sudah tak terhitung semenjak pria itu mengatakan kalau dirinya harus menuruti semua keinginannya, jika tidak ingin mendapat hukuman gila itu lagi.

"Aku ingin pulang bertemu ibuku.." Cicitnya Annisa takut.

"Tidak!" tolak Adrian mentah-mentah yang kemudian berlalu pergi meninggalkan gadisnya.

And it always ends like this!

***

To be continued....

DANGEROUS BILLIONAIRE (New Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang