Bab 9

3.7K 88 1
                                    

Jangan lupa tekan vote!!!!!!








Sergio menyenggol lengan Petra, "itu Abi" bisiknya.

Petra berlari kecil mengejar Abi yang hendak pulang. "Abi!" Serunya supaya sahabatnya itu menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" Balas Abi.

"Nongkrong yok!" Ajak Petra. Menunjuk teman-temannya. "Tuh! Anak-anak udah standby" lanjut Petra.

"Sorry banget ya! Gua harus pulang!" Pungkas Abi menolak.


"Lu masih marah ya? Kayaknya belakangan lu sengaja menghindar." Tanya Petra to the point.

"Gak juga, gua mau fokus belajar aja."

"Berarti sekarang udah bisa nongkrong dong.  Ujian kan udah selesai." Ungkap Petra.

"Sorry gua harus pulang" tolak Abi.

"Lu ada masalah ya sama kita, lagian untuk kejadian yang lalu, kalau lu gak merasa bersalah harusnya gak perlu semarah itu." Ucap Petra yang sarat akan sindiran.

"Gua pulang" Abi berlalu, dia malas berbasa-basi atau sekedar menanggapi sindiran sahabatnya itu.

"Kayaknya Petra gak berhasil" kata Liam.

Petra kembali bergabung bersama teman-temannya. Dia menggelengkan kepalanya. "Dia gak mau ikut" ungkapnya.

"Udahlah! Toh kita sudah minta maaf. Dia aja yang baperan." Ungkap Bian.

Mereka sudah bersahabat cukup lama, sayang aja kalau rusak hanya karena masalah sepele.

"Balik aja yok! Nongkrongnya lain kali aja."

"Iya! Gua jadi gak mood" tambah Petra.


Seharian Abi uring-uringan. Dia juga masih ingin berkumpul bersama teman-temannya, masih ingin bebas seperti teman-temannya. Masalahnya dia tidak seperti Petra, Liam, atau temannya yang lain. Abi seorang calon ayah, tanggung jawab menunggunya didepan. Apalagi sebentar lagi Sarah akan melahirkan, dia tidak bisa bermain-main dengan waktu.








Shela memperhatikan putranya yang termenung di depan laptopnya. Belakangan Abi lebih sering dirumah, walau pulangnya kesorean, tapi Abi sudah tidak pernah keluar malam, teman-temannya yang bisanya datang tidak pernah menampakkan diri lagi.

"Abi, rencana kuliah mau dimana?" Tanya Shela. Mereka sudah membahas ini sebelumnya, tapi Abi tidak pernah lagi menyampaikan keperguruan tinggi mana dia akan melanjutkan kuliahnya.


Abi terhentak mendengar suara ibunya, dia melamun sampai tak menyadari kedatangan sang ibu. "Abi kuliah disini aja." Balas Abi.


"Kenapa, katanya mau kuliah dibelanda" tanya Shela penasaran. Tentu saja dia terkejut dengan penuturan putranya, kuliah diluar negeri adalah impian Abi. Sama seperti dirinya dan Adam, sedari dulu Abi juga ingin mengikuti langkah kedua orangtuanya.


"Disini juga bagus" balas Abi, dia tidak punya penjelasan yang logis kenapa dia harus melanjutkan kuliah di Indonesia.


"Nanti bicarakan lagi sama ayah, soalnya kemaren ayah udah mulai cari kampus buat kamu." Beritahu Shela.

"Kenapa gak ngomong sama aku." Geram Abi, dia coba menahan nafa suaranya. Pokoknya dia tidak boleh kuliah jauh-jauh.

"Karena dari dulu kamu bilang mau kuliah diluar aja."

"Aku mau kuliah disini" pungkas Abi.

Shela terhenyak mendengar hardikkan Abi. "Abi, kalau kamu ada masalah cerita sama ibu" Tedeng Shela. Entah kenapa dia selalu merasa kalau Abi dalam masalah, aura dan pembawaannya sangat berubah, tentu saja selalu ada pemicu dari perubahan.


"Aku gak apa-apa, tolong kasih tau Ayah, Abi mau kuliah disini aja" Jawab Abi.

"Ibu akan coba bicara sama ayah, tapi menurut ibu, lebih baik kamu kuliah diluar saja. Kamu bisa eksposur budaya yang luas, pengalaman belajar interaktif dengan beragam siswa internasional, akses ke sumber daya akademik disana bagus, selain itu kamu akan menemukan peluang global yang luas untuk karir dimasa depan." Beritahu Shela, dia mau putranya mempertimbangkan keputusannya.

"Pokoknya aku harus kuliah disini." Sahut Abi. Tentu saja semua yang dijelaskan ibunya sangat menggiurkan, itu juga keinginannya sejak dulu, tapi sekarang berbeda. Abi harus stay di Indonesia.

Love And SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang