Bab 45

1.9K 106 7
                                    

Follow author Dong😅
100 voting, bab baru akan tayang






Sarah menghela nafas kasar. Hari ini akan menjadi hari yang begitu berat. Bukannya berpikir negatif kepada Abimanyu, namun melihat peringai lelaki itu selama ini, sangat tidak mungkin ia akan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin.

"Ngopi dulu." Kata Harry, dia meletakkan kopi kesukaan Sarah yang masih mengepul.

"Terimakasih. Sebenarnya gua harus keluar." Beritahu Sarah.

"Ada kerjaan diluar?" Tanya Harry. Mereka baru duduk di kursi masing-masing, dan biasanya kegiatan diluar kantor pada pagi hari terjadi pada saat-saat tertentu. Bisa dibilang sangat jarang sekali.


"Sebenarnya bukan kegiatan kantor." Jawab Sarah, wanita itu enggan memperpanjang perbincangan. Karena kalau sampai Harry bertanya lebih jauh, kemungkinan besar Sarah akan menciptakan kebohongan baru.

"Oh, ya udah. Gua kerja dulu ya."



Sarah bernafas lega. Bersyukur lah Harry bukan pria yang kepo.



Sebelum pergi, Sarah ke pantry mengembalikan gelas kopi yang sudah tandas.

"Mba Sarah, mau keluar ya?" Tanya Lastri, OB yang biasa mengurus pantry.

Sarah memang sudah membawa tas dan botol minumnya, sangat ketara kalau ia hendak meninggalkan kantor.

"Iya mba, ada keperluan diluar." Jawab Sarah dengan senyum tipis.

"Orang cantik mah bebas. Masa jam kantor seenaknya keluar, gak ada yang larang lagi. Lu beruntung banget sih sar." Celetuk Masrina yang sedang menyeduh teh.
Wanita itu tersenyum ramah, namun siapapun tahu maksud dibalik pujian itu.


"Iya, makanya lu ganti skincare biar makin bening. Kan enak kalau cantik kayak gua." Bibir Sarah tertarik, wanita itu memberikan jawaban menohok, membuat Masrina kicep.

"Gua duluan ya. Mba Lastri mari, saya duluan."
Tak lupa Sarah juga pamit pada Lastri yang diam-diam merasa tak enak karena menyaksikan perang dingin diantara atasanya.



Masrina mengepalkan tangan. Sarah yang selalu diam, memang punya mulut setajam pisau. Iya, Masrina akui Sarah memang cantik. Namun dia tidak sejelek itu sampai disuruh ganti skincare.

"Menurut mba Lastri, muka ku kusam gak." Tanya Masrina.

"Enggak mba. justru wajah mba fresh dan penuh energi. Pokoknya seger gitu." Jawab Lastri.

"Seger apaan. Emangnya muka ku es buah."
Masrina meninggalkan dapur sambil mendumel.




Sarah dan Abimanyu sampai disaat yang bersamaan.

Abimanyu yang lebih dulu keluar mobil, langsung memasuki rumah kedua orangtuanya.

Sarah mengikut dari belakang.  Mengingat Kemaren perbincangan mereka tidak berakhir baik, sudah pasti Abimanyu masih kesal. Dan Sarah harus melewati hari ini dengan segenap kesabaran.




"Hummm" Abimanyu berdehem untuk mengambil atensi kedua orangtuanya yang terlihat fokus pada lembaran kertas-kertas.

Shela segera menghambur ke pelukan Abimanyu.
"Abi, ibu kangen banget." Lirih wanita itu.

Abimanyu mengelus punggung ibunya, dia juga merindukan pelukan ini. Pelukan yang selalu berhasil menghantarkan rasa aman dan tenang.

"Abi juga rindu ibu." Balasnya.

Sarah yang baru sampai, melewati Abi dan Shela yang masih melepas rindu. dia menunduk kecil pada Adam, kemudian duduk pada salah satu kursi yang kosong.


Shela membawa Abimanyu duduk disampingnya.
"Sini, duduk disamping ibu." Ujarnya.

Adam memelototi Abimanyu. Putranya itu bahkan tidak basa-basi sekedar tersenyum, atau menyapa. 'anak kurang ajar' pikir Adam.

"Bisa kita mulai pembicara ini." Cetus Adam.

Ruangan seketika hening.
Abimanyu dan Sarah siap mendengarkan.


"Masalah Bima. Ayah sama ibu sudah mengambil keputusan. Untuk sekarang, Bima akan tetap dalam asuhan ayah sama ibu." Kata Adam.

"Sampai kapan?" Tidak ada nada keberatan, namun ekspresi Abi tidak lagi bersahabat.

"Abi, ibu setuju sama ayah. Ini semua demi kebaikan...."

"Aku tanya sampai kapan?" Sela Abi, matanya  fokus pada Adam.



"Sampai salah satu diantara kalian menikah. Intinya, ayah hanya akan melepaskan Bima, saat salah satu diantara kalian memiliki ikatan yang sakral. Dan Bima yang akan memilih dengan siapa ia akan tinggal. Ayah tidak akan membiarkan Bima hidup dalam keluarga yang berantakan" Jelas Adam.




Sarah rasa, opsi yang diberikan Adam tidak berpihak padanya. Pernikahan? Memikirkan pernikahan saja ia merasa tak pantas. Ia punya masalalu yang kelam, Sarah merasa hina dan kotor. Layak kah ia diberi cinta oleh pria baik-baik, atau mungkin rasa ikhlas yang harus Sarah tanggung karena merelakan Bima bersama Abimanyu, dan wanita lain yang akan menjadi istri mantan kekasihnya itu.

Love And SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang